banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Ouch! Anak Saya Hobi Nonton Film Horor!

author

?author?10 Apr 2017

Ouch! Anak Saya Hobi Nonton Film Horor!

Kecil-kecil sudah hobi nonton film horor? Jika kasus ini sedang terjadi pada mommies, lakukan beberapa kiat dari psikolog anak berikut ini.

Masa iya sih anak kecil sudah suka nonton film horor? Tadinya saya juga nggak percaya sih mom, sampai mbak Fia cerita pengalamannya sendiri. Ini bukan tentang anak-anaknya, namun tentang ponakannya mbak Fia yang baru berusia 4 tahun!!! Jadi, si balita ini hobiiiiiii banget menikmati film horor, mulai dari zombie, vampire hingga setan-setanan jenis lain.

Sebagai tante, mbak Fia sudah mencoba mengingatkan orangtua si anak, namun orangtuanya tetap anteng wae memutarkan si anak film horor. Padahal, akhirannya, si anak ini jadi penakut berat. Selain bahwa adegan di film tersebut sudah pasti nggak cocok untuk dikonsumsi oleh balita. Sedih ya *__*.

ANAK MENUTUP MUKA-2

Dari sisi logika, film horor memang nggak diperuntukkan untuk anak-anak sih, ya. Inilah pentingnya sedari awal mommies memerhatikan rating usia pada setiap film yang beredar di bioskop atau media nonton lainnya.

“Kan kalau nonton film ada rating usianya. Itu satu warning buat orangtua dari awal, boleh nggak sih anak nonton film ini? Apapun itu filmnya. Tapi kan umumnya , kalau anak nggak ada yang horor ya, jadi pada dasarnya film horor bukan untuk anak-anak,” tegas Mbak Vera Itabiliana, Psikolog Anak dan Remaja.

Mbak Vera bilang, jika anak-anak di bawah usia 12 tahun nonton film horor, kemampuan dia untuk membedakan mana yang fantasi, dan kenyataan masih belum maksimal. Jadi kadang, habis nonton film masih kebawa-bawa ketakutan dan ngeri.

Baca juga: Serunya Nonton Sambil Bermain di Cinemaxx Junior

Bagaimana jika anak saya terlanjur hobi nonton film horor?

Ada kalanya si kecil nonton film horor karena pengaruh teman-temannya, artinya dia nggak murni suka sama film tersebut. Artinya menurut Mbak Vera, ada isu lain yang menyertai. Misalnya, nih, kalau nggak ikutan nonton dibilang kurang gaul, nggak asik dan sebagainya.

Jika hal ini terjadi, ajak anak diskusi dan beri solusi pada dirinya bagaimana cara menghindari pembicaraan teman-temannya jika sudah mengarah mengajak atau sekadar mengulas film horor. Misalnya izin pura-pura ke toilet atau kegiatan lainnya yang berada di area terpisah agak jauh.

Baca juga: Orangtua, Anak dan Tontonan Film

Lain hal jika si kecil sudah terlanjur terkena dampak langsung, contohnya menjadi takut dan cemas. Mau nggak mau, saran solusi dari Mbak Vera untuk kasus yang seperti ini, STOP! Menoton film horor! Rasa takut pada manusia, menurut keterangan Mbak Vera, karena adanya sesuatu yang muncul dan belum kita kenal.

“Kalau anak takut, kita ajak kenali proses pembuatan film horor sebenarnya seperti apa, sih? Untuk jadi seperti Valak, makeup-nya seperti apa? Bisa cari di youtube. Jadi mereka tahu, dan mungkin tidak sama sekali menghilangkan ketakutannya, tapi bisa mengurangi. Bisa lebih rasional, memikirkan isi film tadi,” ungkap Mbak Vera.

Atau bisa juga dengan cara, disalurkan ke sesuatu yang lebih bermanfaat. Jadi maksud Mbak Vera, nggak sekadar hobi nonton. Tantang anak, membuat cerita horor versinya sendiri.  Cari tahu, dia mau mendalami dunia film dari segi mana. Bisa menjadi penulis skenarionya, makeup karakter, dan lain-lain. Dari sisi kreatifnya lebih diasah.

Baca juga: Berdamai dengan Anak Remaja

Dari pembicaraan singkat saya lewat telepon dengan Mbak Vera, ada fakta menarik yang terungkap. Ada kasus-kasus tertentu, si anak ini senang film horor, tapi lebih fokus dengan isu kematiannya. Nah, jika ketemu sama kasus macam ini, Mbak Vera wanti-wanti banget, supaya si anak terus mendapatkan dampingan, jangan sampai menyimpang kemana-mana. Ciri-cirinya, kalau nonton film horor, model anak begini, nggak ada reaksi berarti. Tapi dia lebih tertarik cerita seputar hantu, dan kematian. “Terus dampingi, ajak bikin cerita atau tertarik dengan isu kematian yang berkaitan dengan sebuah negara. Sekalian aja belajar tentang budaya negara yang bersangkutan,” tutup Mbak Vera.

Mungkin di antara mommies ada yang punya pengalaman serupa dan mau berbagi? Silakan, lho :)

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan