Ditulis oleh: Amanda Santoso
Siapa di sini yang sedang galau menentukan kriteria SD untuk anaknya? Saya mau sharing pengalaman saya ketika akhirnya memilih Gemala Ananda sebagai sekolah anak saya.
Beberapa waktu lalu saya termasuk kelompok Mommies yang di atas itu. Rasanya semua kriteria ingin dimasukkan. Lalu saya berdiskusi dengan suami. Apa saja, sih, hasil yang kami inginkan dari pendidikan anak? Buat kami, pendidikan dasar sangatlah penting. Pembentukan karakter dan sikap banyak terbentuk di usia SD. Sekolah harus bisa menularkan energi positif terhadap warganya. Dengan energi positif, anak jadi lebih menyukai aktivitas di sekolah sehingga proses pembelajaran jadi menyenangkan.
Saya pun membuat daftar sekolah swasta yang jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dari rumah. Idealnya memang sekolah tidak terlalu jauh atau melewati titik macet yang cukup bisa bikin stres.
Kemudian, daftar tersebut disortir lagi dengan pertanyaan, “Apakah sekolah tersebut cocok untuk Igo?” Banyak sekolah bagus tapi belum tentu sesuai dengan anak saya. Ia mudah bosan dan kurang cocok belajar dengan cara konvensional (duduk menghadap ke depan, mendengarkan guru dari awal hingga selesai). Ia harus melakukan lebih banyak praktik dan diskusi, tidak hanya sekadar menghapal. Jadi, sistem belajar, cara evaluasi siswa, sampai tatanan ruang kelas menjadi poin penting.
Kemudian, tantangan berikutnya adalah Igo tidak memperlihatkan ketertarikan belajar baca dan tulis, ia lebih suka berkreasi. Baca sana-sini dan sharing dengan teman, saya menyimpulkan seperti milestone lainnya, anak punya waktunya sendiri-sendiri untuk bisa baca-tulis. Kita hanya bisa kasih stimulasi saja. Berarti PR-nya adalah mencari sekolah yang tidak memberlakukan tes calistung saat proses penerimaan.
Baca juga:
5 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Saat Memilih Sekolah Dasar Swasta
Beruntung saya punya teman yang menyekolahkan anaknya di Sekolah Gemala Ananda. Saya seringkali turut larut dalam haru tiap kali teman post aktivitas sekolah anaknya. Jadi, kami memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh mengenai sekolah tersebut.
Pada saat Open House, Kepala Sekolah Gemala Ananda, Ibu Jasmin Jasin, menjelaskan dengan bahwa Sekolah Gemala Ananda adalah sekolah yang percaya bahwa tiap individu unik dengan potensi yang siap berkembang. Sekolah adalah mitra orangtua dalam mendampingi anak mengasah potensi. Beliau menekankan kata “mitra”, jadi orangtua betul-betul diharapkan berkontribusi aktif baik dalam proses belajar anak maupun komunitas sekolah.
Proses belajar dirancang dengan metode “brain-based learning”, di mana cara belajar selaras dengan cara kerja otak dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Kami juga melihat ruang kelas anak-anak, ternyata penyusunan mejanya tidak berbaris menghadap papan tulis melainkan dibuat per kelompok. Ini artinya siswa sering diminta bekerja sama secara berkelompok. Ruang kelas juga dipenuhi oleh karya siswa, bisa disimpulkan kalau siswa harus berproses dengan tangannya sendiri agar ia bisa memahami sebuah materi. Evaluasi belajar juga tidak hanya dengan ujian tertulis tetapi juga mengerjakan project dan presentasi terkait mata pelajaran. Pada titik itu kami sudah head over heels jatuh cinta. Dan bersyukur, setelah melalui proses observasi juga wawancara, Igo diterima di Sekolah Gemala Ananda.
Baca juga:
Biaya Sekolah di Beberapa SD Jakarta, Depok dan Bogor
Lalu, setelah menjadi bagian dari Sekolah Gemala Ananda selama hampir dua tahun apa yang kami rasakan? Awalnya, kaget. Betul-betul harus walk the talk alias menjalankan omongan ingin-terlibat-aktif-pada-proses-belajar-anak. Tugas yang diberikan sekolah seringkali membutuhkan anak berdiskusi dan mendapat pengarahan aktif dari orangtua di rumah. Tidak jarang juga orangtua harus terlibat berkreasi. Belum lagi ada ruang khusus dalam rapor yang diperuntukkan nilai keterlibatan orangtua pada acara sekolah. Buat saya yang tidak kreatif dan suami yang jam kerjanya cukup menyita waktu tentunya butuh adaptasi.
Baca juga:
Anak Sekolah, Orangtua Beradaptasi
Kami juga merasa seperti belajar kembali karena masuk ke lingkungan baru yang sudah memiliki sistem yang telah didesain sedemikian rupa sehingga tercipta ekosistem yang baik. Ibaratnya, diingatkan kembali cara bermasyarakat yang baik, lah. Misalnya, karena area parkir terbatas, di dalam Buku Panduan tertera jelas alur penjemputan dan pengantaran siswa agar arus kendaraan lancar sehingga tidak menimbulkan kemacetan di jalan depan sekolah.
Bagaimana dengan Igo? Ia menikmati setiap proses belajar dari mulai pengenalan konsep, pembahasan materi, bekerja kelompok hingga proses pengenalan diri sendiri. Sampai saat ini tidak pernah sekali pun ia berkata malas ke sekolah. Bahkan kalau sakit pun maunya, ya, masuk sekolah. Soal baca dan tulis, betul seperti yang saya perkirakan, ia bisa pada waktunya sendiri. Masuk kelas 1 diajarkan baca dan tulis dari nol, dimulai dengan cara memegang pensil yang benar. Tidak sampai akhir semester satu, ia sudah lancar baca dan tulis.
Buat Mommies yang penasaran ingin tahu lebih jauh mengenai Sekolah Gemala Ananda, bisa lihat situsnya. Open house biasanya diadakan tiap Oktober dan hanya melakukan satu kali pembukaan pendaftaran siswa.