Nggak cuma diare pada anak, diare pada orang dewasa juga wajib diwaspadai. Ada beberapa fakta soal diare pada orang dewasa yang perlu mommies ketahui. Berikut penjelasan dr. Felix Samuel, M.Kes, dari Rumah Sakit Pondok Indah.
Cukup menyedihkan, ya, kalau sampai saat ini diare masih jadi penyebab kematian tertinggi untuk anak-anak di Indonesia. Bagaimana dengan diare pada orang dewasa? Sama bahayanya, kok. Sayangnya, orang dewasa sering kali menganggap remeh jika mengalami diare. Padahal kalau tidak diatatasi secepat mungkin, akibatnya juga fatal.
Sebenarnya tulisan ini sendiri 'lahir' karena belum lama ini Fia, sempat mengalami diare hingga harus diopname. Satu bukti kan, kalau kita orang dewasa juga perlu hati-hati. Berkitan dengan diare, saya pun akhirnya bertanya ke dr. Felix Samuel, M.Kes, dari Rumah Sakit Pondok Indah. Ternyata banyak sekali data informasi diare yang perlu kita ketahui. Apa saja?
Definisi diare pada anak atau dewasa sebenarnya sama saja, yaitu perubahan konsistensi tinja yang lebih cair, dan frekwensinya lebih dari 3 kali. Normalnya tinja ada bentuknya, sementara kalau diare itu lebih cair, kemudian baru dikatakan diare apabila frekwensinya terjadi selama lebih dari 3 kali dalam sehari. Kalau memang hanya sekali karena makan kepedesan, sebenarnya itu belum termasuk diare.
Diare ini terjadi akibat kegagagalan proses penyerapan dalam usus besar, penyebabnya sebenarnya sangat banyak, namun paling sering disebabkan kerena terjadinya infeksi pada usus atau infeksi yang lain seperti karena obat-obatan seperti antibiotik. Namun kalau diare yang diakibatkan oleh obat-obatan memang lebih sering terjadi pada anak-anak. Diare bisa juga karena alergi makanan, kelainan proses pencernaan. Namun memang yang tertinggi di Indonesia, terutama Negara berkembang, diare ini lebih banyak disebabkan karena infeksi yang berkaitan dengan higienitas.
Sebagian besar diare pada orang dewasa (38,28% menurut literatur Amerika) disebabkan oleh bakteri terutama E. Coli. Untuk itu penting kiranya agar kita lebih mengenal tanda dan gejala dari diare pada orang dewasa yang disebabkan oleh bakteri. Sedangkan kalau anak-anak lebih banyak disebabkan oleh rotavirus, tidak mengherankan jika ada vaksin rotavirus juga pada anak.
Diare ini sebenarnya defence mechanism untuk mengeluarkan sisa kotoran, racun, bakteri, virus atau apapun yang memang mengganggu dalam tubuh, anggap saja makan makanan yang terlalu pedas. Maka secara otomatis tentu saja akan dibuang. Pada akhirnya jika tidak terkendali akan menimbulkan komplikasi, yang paling sering adalah dehidrasi. Dehidrasi ini akibat kekurangan cairan dan mineral.
Komplikasi dehidrasi ini memang ada beberapa tahap, mulai dari sering merasa haus, lemas, terjadinya kurang elastisitas pada kulit. Dehidrasi inilah yang akhirnya menyebabkan lemas, gangguan ginjal, hingga tidak sadarkan diri.
Tata laksana yang mengacu para WHO, diare khususnya pada orang dewasa adalah rehidrasi, lakukan ganti cairan yang disesuaikan dengan tahapan dehidrasi. Contohnya untuk orang dewasa, sekali diare, jangan lupa untuk langsung gantikan cairan dengan minum air putih satu gelas kurang lebih 200 cc sampai 300 cc, jumlah volume ini yang disesuaikan dengan usia. Jika dehidrasi sedang, perlu penggantian cairan secara massive yang harus dipantau setiap jam. Jika tidak bisa masuk, akan diperlukan infus untuk mengganti cairan yang keluar. Diare menjadi sulit karena akan disertai dengan muntah sehingga cairan semakin berkurang.
Apabila memungkinkan segera berikan makanan karena pada orag diare cenderung terjadi deficit energi, jangan dipuasakan. Pada orang dewasa diberikan diet lunak rendah serat, konsistensi makanan lunak dengan rendah serat. Sayuran dan buah-buahan dibatasi. Berikan pisang kepok karena mengandung bahan pektin yang membantu mengurangi diare.
Diare tidak bisa dihentikan secara langsung karena kalau dilihat dari tata laksana dari WHO sebenaranya memang tidak ada obat diare. Saat diare yang perlu dilakukan adalah rehidrasi, berikan makan, zinc, dan antibotik jika memang diperluka, serta edukasi. Di pasaran memang banyak yang menjual obat diare, tapi obat-obatan ini bekerja untuk menghentikan pergerakan peristaltik sehingga yang terjadi diarenya berkurang. Tapi diare tidak boleh dihentikan secara langsung karena diare memang merupakan mekanisme tubuh untuk 'membersihkan' kuman, racun, atau infeksi yang terjadi di dalam tubuh. Oleh karena itu yang perlu dilakukan bukan menghilangkan gejala diare, tapi mengobati yang menjadi penyebabnya. Sehingga obat anti diare tidak direkomendasikan karena memang tidak mengobati penyebabnya hanya menghilangkan gejalanya saja.
Baca juga : Membedakan Diare Karena Rotavirus Dengan yang Bukan Rotavirus