6 Hal Penting Tentang Induksi

New Parents

fiaindriokusumo・22 Feb 2017

detail-thumb

Kita mungkin familiar dengan kata-kata induksi, tindakan yang seringkali terjadi dalam sebuah proses persalinan. Masalahnya, apakah kita tahu beberapa hal penting tentang induksi ini?

Saya ingat banget, menjelang hari kelahirkan anak pertama, mama saya sudah wanti-wanti agar apapun yang terjadi saya jangan sampai diinduksi. Alasannya? Karena mama tahu banget kalau anak bontotnya ini nggak tahan sakit, ahahaha. Kata mama sih, induksi ini rasanya lebih sakit daripda kontraksi biasa. Hingga detik ini saya juga belum tahu apakah benar yang dikatakan mama saya. Kan pada akhirnya dua-dua anak saya dilahirkan dengan cara operasi sesar :D.

Kalau saya cek di mbah google, pengertian induksi itu sendiri merupakan proses untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi, tujuannya mempercepat proses persalinan. Prosedur ini sendiri tidak dapat dilakukan sembarangan karena mengandung lebih banyak risiko. Sekarang, pertanyaannya, hal-hal apa saja yang perlu kita ketahui seputar induksi sebelum kita memilih untuk menjalaninya? Saya pun bertanya kepada dr Hari Nugroho SpOG.

6 Hal Penting Tentang Induksi - Mommies Daily

1. Hai dok, sebenarnya kondisi kehamilan seperti apa saja sih yang boleh dibantu dengan induksi?

Secara filosofis, sebagian besar kehamilan akan terjadi persalinan secara natural pada minggu ke 37-42. Namun, kapan sebuah persalinan dibutuhkan induksi? Pada keadaan ketika diperkirakan kehamilan tersebut perlu segera diakhiri, karena apabila dilanjutkan dapat membahayakan kondisi ibu, janin atau keduanya, maka akan dilakukan induksi.

Beberapa contoh kondisi yang membutuhkan bantuan induksi adalah :

- kehamilan lewat waktu

- ketuban pecah prematur yang sudah ditunggu hingga waktu tertentu tetap tidak ada tanda-tanda persalinan atau ada tanda-tanda infeksi

- Preklampsia (keracunan kehamilan)

- Kematian janin

- Pertumbuhan janin yang terhambat

Baca juga:

Preeklampsia Wajib Diketahui Ibu Hamil

Induksi persalinan pervaginam dapat dipenuhi jika syarat berikut terpenuhi: Letak kepala tidak cephalo-pelvic disproportion, tidak pernah sesar sebelumnya atau luka operasi di rahim sebelumnya, janin dalam kondisi yang baik dan dilakukan di rumah sakit dengan ditangani oleh dokter kandungan.

2. Pemeriksaan apa saja yang perlu dijalani ketika seorang ibu hamil akan diinduksi?

Serangkaian pemeriksaan akan dilakukan untuk melihat apakah syarat dilakukan induksi terpenuhi. Seperti palpasi (memegang perut Ibu), untuk menentukan bagian terendah janin, besar janin, pemeriksaan jalan lahir untuk menentukan apakah ukuran panggul bisa dilalui janinnya, pemeriksaan detak jantung janin untuk melihat apakah janin dalam keadaan gawat darurat, hingga USG (ultrasonografi) untuk melihat kesejahteraan janin dari jumlah cairan ketuban, gerak janin, dan sebagainya.

3. Risiko Induksi ada apa saja? Baik itu terhadap ibu hamil maupun janin?

Semua tindakan medis mempunyai risiko. Seperti halnya ketika kita naik kendaraan ke tempat kerja juga punya risiko kecelakaan, kendaraan mogok, dsb. Risiko induksi antara lain:

- rahim kontraksi berlebihan

- rahim robek (1 dari 5.000 induksi)

- emboli cairan ketuban

- induksi gagal (sudah dilakukan induksi ternyata tetap tidak bisa lahir)

4. Setelah ibu hamil menjalani proses induksi, bagaimana aturan main yang perlu diketahui?

Selama induksi berlangsung, tetap diperlukan monitoring secara berkala, baik itu keluhan ibu, tanda vital ibu seperti tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, hingga kondisi janin baik itu detak jantung, kemajuan persalinan (pembukaan), kontraksi rahim dan waktu.

Tidak semua induksi berhasil, induksi juga mempunyai angka kegagalan. Apabila diputuskan induksi gagal, tergantung kasusnya juga, mungkin sebagian besar akan dilahirkan secara sesar.

5. Adakah pengaruh terhadap proses persalinan pada kehamilan berikut jika sebelumnya ibu hamil melakukan induksi?

Tergantung dari penyebab dilakukan induksinya. Apabila karena penyakit tertentu yang kemungkinan berulang di kehamilan berikutnya, maka ada kemungkinan persalinan berikutnya resiko untuk dilakukan induksi lebih tinggi.