Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%. Mengapa masih banyak anak yang terkena meningitis?
Beberapa waktu lalu saya sempat ngobrol dengan dr. Meta Hanindita, SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, lewat WA tentang kasus Myopathy pada anak. Yang kasusnya masih terbilang sangat langka. Di tengah obrolan, dr. Meta bilang, kasus penyakit pada anak yang terbilang lumayan sering dia alami adalah meningitis. Langsung saja, di kesempatan selanjutnya, saya menggali lebih dalam, fakta yang diungkapkan dr. Meta.
Meningitis sendiri adalah istilah medis untuk inflamasi/radang yang terjadi di jaringan meninges yang melindungi sistem syaraf dan otak manusia. dr. Meta membeberkan temuannya, terkait faktor risiko kasus meningitis yang jumlahnya terbilang masih tinggi.
Baca juga: Kenapa Vaksinasi Dibutuhkan?
Berhubung, poin pertama yang disebut dr. Meta adalah status imunisasi yang tidak lengkap. Mari kita kupas, sebenarnya vaksin apa saja yang dapat menurunkan risiko terjadinya mengitis?
Disimpan baik-baik ya, mommies ke-4 nama vaksin tadi, dan segera cek buku riwayat kesehatan si kecil. Jika belum melakukan salah satunya, segera konsultasi ke dokter spesialis anak.
Dilihat dari penyebabnya, secara garis besar dr. Meta menuturkan, terbagi menjadi dua.
Gejala meningitis yang muncul bisa berbeda, dari segi usia.
Meningitis yang disebabkan bakteri: dengan pemberian antibiotik, tentu atas resep yang diberikan oleh dokter ya, mommies.
Meningitis yang disebabkan virus: pada hampir semua kasus, tidak ada obat khusus yang dapat menghilangkan virus penyebabnya. Sehingga penanganan hanya bersifat suportif, seperti istirahat cukup, pemberian cairan yang cukup, dan obat-obatan simtomatik atau sesuai gejala. Hanya saja, karena untuk menentukan apakah ini virus atau bakterinya cukup susah dan membutuhkan waktu (menunggu hasil pemeriksaan laboratorium atau radiologis), biasanya anak dengan meningitis langsung diberikan antibiotik. Jika nantinya memang terbukti karena viral, antibiotik dapat distop. FYI, meningitis bakterial ini memang sangat berbahaya dan dapat mematikan jika penanganannya terlambat. Sedangkan gejala meningitis bakteri dan virus hampir tak dapat dibedakan.
Meningitis virus:
Kalau anak kontak dekat dengan orang yang menderita meningitis viral, anak terebut dapat terinfeksi virus yang membuat orang itu sakit. Tapi bukan berarti anak tersebut pasti akan terkena meningitis viral seperti orang tadi. Hanya sedikit orang yang terinfeksi virus yang benar-benar akan menjadi meningitis.
Meningitis bakterial:
Umumnya, kuman yang menyebabkan bakteri meningitis menyebar dari satu orang ke orang lain. kuman tertentu, seperti Listeria monocytogenes, dapat menyebar melalui makanan.
Saat seseorang terinfeksi bakteri, bukan berarti mereka pasti akan langsung menderita sakit. Mereka ini disebut “carrier” atau pembawa. Tidak sakit, tapi masih bisa menularkan bakteri tadi ke orang lain. Sebagai contoh:
Setelah melihat fakta bahwa, masih maraknya kasus meningitis yang terjadi, dr. Meta merekomendasikan beberapa hal, yang menurut saya patut kita ingat, untuk bersama mencegah terjadinya meningitis di lingkungan terdekat.
Baca juga: Harus Tahu: 9 Fakta Imunisasi Pada Anak
Baca juga: Kenali Jenis Batuk yang Berbahaya Pada Anak
Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati, ya, mommies.