Walau di layar televisi, Ayu Dewi dikenal sebagai public figure yang pandai melucu, ternyata ia adalah sosok Tiger Mom untuk buah hatinya. Seperti apa ya, persisnya?
Saat saya temui pada acara peluncuran Parenting Club, yang diadakan oleh Wyeth Nutrition, Ayu Dewi menceritakan tentang perkembangan buah hatinya, Aqilah (3), akhir Oktober lalu di Jakarta. Bagi Ayu, dalam keseharian dia boleh saja terlihat humoris bahkan pintar melawak, tapi kalau sudah urusan anak, beeeh..., yang saya lihat Ayu cukup tegas. Dan sempat terucap dari mulutnya, kalau dia adalah sosok Tiger Mom.
Bagaimana seorang Ayu Dewi, yang mengaku sebagai Tiger Mom ini menjalankan perannya menjadi ibu?
Silakan simak hasil obrolan saya dengan perempuan berdarah Jawa ini.
Bagaimana cara menstimulasi Aqilah di rumah?
Kalau yang selama ini sudah saya lakukan, misalnya dia dapat buku baru dari sekolahnya, dia akan datang ke saya, “Mami-mami aku dapat buku baru nih”. Misalnya ada gambar burung, nah nanti saya akan tanya, itu hewan apa, beserta versi bahasa Inggrisnya, selain itu juga warnanya. Tapi selama dia senang, kan kata Dr. Thomas Armstrong, pakar multiple intelligence, selama caranya menyenangkan, ya nggak kenapa-kenapa dan anak juga jadi belajar. Kalau anaknya nggak senang jangan dipaksa.
Dan karena di rumah Aqilah adalah anak kecil satu-satunya, maka sisi people smart-nya dia mau saya asah lagi. Biar dia bisa sharing ke orang lain lebih cepat. Kalau dilihat Aqilah tipe observer, jadi dia kalau ketemu orang baru, akan lihat dulu, dia diam dulu, nanti kalau sudah tahu situasi seperti apa, baru dia akan bicara.
Buku-buku apa yang biasanya dibacakan?
Buku-buku yang sesuai dengan usianya, tadinya tuh saya mikir buku yang bahasa Inggrisnya masih sederhana. Tapi ternyata kata Dr. Thomas nggak apa-apa dikasih tahu bacaan-bacaan yang lebih kompleks. Karena anak-anak akan menyerap kata-kata baru.
Ada saatnya nggak, Aqilah nggak bisa bekerja sama untuk belajar?
Ada, biasanya pada saat tantrum, nah biasanya saya melakukan pendekatan dulu. Tanya kenapa, sampai dapat jawabannya. Habis itu baru saya melakukan tahapan selanjutnya. Kalau masih nangis, saya akan bilang “Mami nggak bisa bantu Aqilah, karena kamu nangis terus, dan menangis tidak membuat situasi menjadi lebih baik.” Lalu saya tinggal, tapi tetap dalam pengawasan kita. Yang penting dia tahu, kalau kita sebagai orangtuanya, nggak suka ketika dia bersikap seperti itu.
Dengar-dengar Ayu punya 3 peraturan yang diberlakukan untuk Aqilah, tolong jelaskan dong, apa saja?
Ahahaha, iya, saya itu bisa dibilang galak kalau di rumah. Namanya PR (Peraturan Rumah), ada 3 PR yang harus dia turuti.
Ayu kan sempat menyebutkan, di tengah acara tadi, sebagai Tiger Mom, nah tegas atau galaknya seperti apa, sih?
Tegasnya, misalnya kalau Aqilah sedang tantrum. Dia harus bicara yang jelas dulu, karena kalau nggak, saya tidak tahu apa maksudnya. Saya harus jauh lebih tegas karena, Nenek atau Kakeknya pasti kan lebih banyak memaklumi. Dan kalau saya sedang kasih tahu Aqilah, saya dan anak harus eye contact, itu sudah diberlakukan sejak kecil. Karena anak itu bisa membaca ekspresi orangtuanya berubah dari 10 bulan. Jadi ketika besar dia sudah terbiasa, melihat raut muka ibunya kalau sedang marah.
Tapi supaya nggak tertekan dengan peraturan yang dikasih, seperti apa kiatnya?
Sebelumnya ada pendekatan dulu, sekalian main, memancing self smart-nya dia. Misalnya dia tidak mau dikuncir model tertentu, nah kita kasih pilihan. Mau kuncir model apa.
Komentar dari suami tentang peraturan yang Ayu buat?
Ada ya pasti, tugas ibu kan cari-cari ilmu, nah abis ada ilmu, diterapkan, sambil cerita lagi ke suami bahwa anak ternyata punya 8 kepintaran, lho. Tinggal sitmulasi aja, yang penting komunikasi.
Keterlibatan parenting dengan suami?
Kalau suami lebih kepada mainnya, sih, ya, kalau saya bagian mencari informasi ilmu tumbuh kembang, nanti di rumah baru dipikirin bagaimana memformulasikannya. Kalau suami itu tadi, bagian fun-nya, tinggal nanti saya ingetin kalau udah agak melenceng.
Semoga, 3 peraturan tadi bisa terlaksana dengan baik, ya, Ayu :)