Walau baru sekali bertemu dengan CCO dari HIJUP, Hanna Faridl, saya mendapat banyak insight. Dari segi karier maupun kehidupan sebagai orangtua.
Pembawaan Hanna Faridl, Chief Community Officer HIJUP saat berkunjung ke kantor Female Daily Network terlihat sederhana. Dari kesan pertama, saya pikir awalnya ibu dari Kirana (4) dan Aidan (3) orangnya kalem, tapi ternyata sangat ceria. Terbukti dari sesi ngobrol kami yang berjalan penuh dengan gelak tawa.
Perempuan bertubuh mungil jebolan Universitas Padjadjaran dan New York Institute of Technology ini, bergabung dengan HIJUP karena ia sendiri juga mempunyai satu brand fashion muslimah, Casa Elana. Dari situ kariernya di HIJUP terus meningkat, yang tidak lepas dari dukungan suami.
Hanna juga tergabung sebagai member di forum Female Daily Network, meski sekarang tidak bisa seaktif dulu. Hanna pun punya pandangan menarik menyoal komunitas perempuan, apa itu? Simak obrolan saya selengkapnya dengan Hanna, berikut ini, yuk mommies...
Bagaimana keterlibatan Hanna, sampai akhirnya bisa menjadi CCO HIJUP?
Saya kenal Diajeng Lestari, CEO HIJUP, itu dari awal HIJUP berdiri, tapi dulu itu sebagai tenant, karena saya juga punya brand Casa Elana. Brand saya ini, merupakan 6 brand pertama yang bergabung dengan HIJUP. Jadi sebenarnya gabung dengan HIJUP sudah dari awal sekali. Dan semakin dekat lagi waktu pertengahan 2012, saya dengan dua kawan lainnya ditawari untuk bikin majalah, yaitu Laiqa. Sampai akhirnya Laiqa juga diakuisisi oleh HIJUP. Lalu rekan bisnis kami Anne, fokus di Casa Elana, Fifi fokus di blog-nya dan saya melanjutnya bergabung dengan HIJUP waktu Laiqa di akuisisi. Dan seiring berjalannya waktu, saya akhirnya pernah menjabat di beberapa jabatan di HIJUP, sampai sekarang menjadi CCO-nya HIJUP.
Sampai sekarang kan makin banyak nih, perempuan yang menjadi pengusaha, menurut Anda bagaimana?
Menurut saya makin bagus, karena perempuan itu nalurinya based on community. Semakin besar komunitasnya, semakin melihat temannya berhasil, maka orang itu juga termotivasi melakukan hal yang sama. Contohnya saat kita menemukan lingkungan terdekat mengatur jadwal antara pekerjaan dan rumah dengan baik, maka kita akan tergerak melakukan hal yang sama. Semakin akan berkembang juga industri yang kita bangun, karena kita punya supporting system di luar sana, terlepas industrinya sama atau tidak. Tapi kita bisa melihat, teman kita mampu membagi waktu dengan baik. Kalau hal ini semakin berkembang, semakin banyak lagi laki-laki yang semakin pengertian sama perannya istri.
Dari dua peran yang Mbak jalani, ibu sekaligus ibu bekerja, dari masing-masing peran itu apa sih yang paling menantang?
Paling menantang dari semuanya adalah managing people, di rumah mengatur anak-anak, pengasuh dan ART. Kalau di kantor mengatur tim, jadi hal menantang karena semua orang punya background yang berbeda, punya ekspektasi yang berbeda-beda. Makanya saya ditempatkan di community, karena Adjeng punya kepercayaan ke saya mampu mengatur orang-orang. Saya merasa hal ini sebagai tantangan, tapi sekaligus hal yang saya sukai.
Sebagai perempuan yang berkarier tentu ingin sukses, tapi sukses setiap orang definisinya berbeda, nah pengertian sukses buat kamu apa?
Hal ini selalu ada dalam doa saya, ya. Sukses itu berarti bermanfaat untuk orang lain, sesederhana itu sebenarnya pengertian sukses untuk saya. Kita bisa impactfull ke society, bukan dihitung semata-mata dari materi, tapi semakin besar kita punya dampak dan berkontribusi ke lingkungan sosial, itu jadi goal-nya saya sebetulnya.
Selama ini, berkontribusi secara sosial yang tadi kamu bilang, selain di HIJUP, bergabung di komunitas apa lagi Mbak?
Saya dekat juga dengan Hijabers community, lalu Shifa. Ada juga IHB (Indonesia Hijab Blogger), pernah mengisi acara di sana juga. Lebih banyak yang berbau-bau HIJUP sebenarnya. Lalu saya juga gabung di forumnya Female Daily, tapi masih jadi silent reader. Tapi memang untuk referensi waktu hamil, saya sering mengunjungi Female Daily. Selain itu juga referensi hijab.
Waktu hamil itu, paling sering main ke thread apa sih?
Saya lebih main ke thread, dokter anak, melahirkan di rumah sakit mana. Karena masing bingung dengan RS yang mana yang pro ASI, pro melahirkan normal, dokternya juga, ada yang pro ASI ada juga yang pro caesar.
Bisnis fashion kan semakin banyak, nih, Mbak. Apa kiat dari kamu, supaya bisnis fashion kita tetap bisa bersaing?
Harus cari keunikannya, artinya karakter brand-nya mau diangkat seperti apa? Misalnya ada edgy yang supporty, ada edgy yang feminin. Ada juga syar'i, ada syar'i yang polos, syar'i yang bermotif bunga-bunga, macam-macam deh, ya. Kalau mau masuk ke industri fashion muslim menurut saya harus tahu target marketnya mau kemana – perempuan berjilbab yang seperti apa? Mau yang syar’i, sudah lama pakai jilbab, atau sudah pakai jilbab tapi masih sering hang out ke mal, artinya lifestyle-nya masih urban. Makin segmented, makin fokus, makin baik dan dimulai dari yang produksinya kecil. Misalnya kerudung, sebenarnya tes market yang paling pas. Karena harga produksi kerudung itu paling murah, dibandingkan baju. Baju lebih banyak tantangannya, baik itu di model, kain. Drama sama tukang jahit, kasih label-nya. Jadi dimulai dari ongkos produksi yang serendah mungkin.
Pasti Hanna sering bertemu dengan mompreneur lainnya, apa sih pelajaran bisnis dan hidup yang kamu dapat dari mereka yang kami ingat?
Selama saya ngobrol saya ibu-ibu lain, saya merasa kesuksesan perempuan itu, didukung oleh dukungan suami. Mau mimpimu setinggi apa, harus ada dukungan suami. Karena keyakinan saya sebagai muslim, restu istri itu ada di tangan suami, bukan lagi orangtua. Jadi ketika sudah mengantongi restu suami, insha Allah jalannnya dilancarkan. Rezeki itu kalau punya suami yang pengertian dan tidak membatasi, supaya bisa berkembang.
Bicara tentang peran pasangan, kalian saling memberi dukungan seperti apa?
Justru lebih sering aku yang patah semangat sebetulnya, kalau lagi nggak semangat bekerja dia bilang, dia nggak pernah melihat saya punya passion yang besar seperti sekarang ini, menjalankan usaha fashion muslimah ini. Kata suami saya sayang, kalau saya patah semangat.
Itu kalau dari pekerjaan, kalau dari segi parenting – kalian itu orangtua yang seperti apa?
Suami saya itu nggak gengsian kalau harus lebih banyak urus anak-anak, itu kaya saya penting banget. Karena pekerjaan urus anak itu, bukan sepenuh tanggung jawab ibu. Kalau saya sendiri, ternyata saya itu adalah ibu yang galak, dan baru tahu pas punya anak. Walau saya ini sebetulnya termasuk yang cengeng, sanguinis, dan penceria suasana. Tapi ternyaa begitu urusan anak-anak, saya orangnya galak. Contohnya kalau anak-anak nggak nurut, langsung deh mata saya melotot, hahaha. Tapi ada kalanya saya juga super friendly, kok.
Untuk kedua anak Mbak, gimana nih, apa sudah dipersiapkan juga jadi pengusaha?
Belum diarahkan ke sana sih, terserah aja. Tapi yang ingin saya tanamkan ke anak-anak adalah, mereka harus merasa cukup puas diri dulu, banyak content. Inginnya anak saya sampi besar nggak banyak mengeluh, nggak sirik, jadi feel content aja. Menerima diri apa adanya, menerima keluarganya apa adanya. Kalau dari kecil sekarang, saya fokusnya mereka harus bisa memahami perasaannya. Jadi saya lebih sering nanya, misalnya apapun yang sedang mereka lakukan, saya tanya senang atau nggak? Puas atau nggak? Sedih atau nggak? Marah atau jengkel misalnya. Anak-anak saya harus bisa mengekspresikan perasaannya dulu.
Oh iya Mbak, last but not least. Misalnya saya atau mommies lainnya sudah punya brand muslimah, terus mau kerja sama dengan HIJUP, bagaimana mekanismenya, Mbak?
Bisa masuk aja ke website kami www.HIJUP.com lalu klik home” kiri bawah ada fitur “Bergabung sebagai tenant.” Nanti akan ada proses kurasi oleh tim buyer kami, nanti dilihat brand-nya ini punya karakter atau nggak. Kalau punyapun, kami juga lihat, sudah banyak atau belum di HIJUP. Karena kami mau mengakomidir berbagai macam gaya, jadi jangan sampai gayanga mirip semua. Atau ternyata, gaya calon tenant kita ini terlalu mirip dengan karakter brang yang lain, meskipun tidak bermaksud meniru. Selanjutnya dari segi kualitas, jahitannya harus bagus, kualitas bahannya. Ketiga adalah kemampuan produksi, jadi kemampuan produksi sudah harus bisa banyak. Karena semua produksi ada di kami, jangan sampai pas foto, satu produk hanya punya satu barang. Kami punya tim kurasi yang sangat ketat.