Ada enam acara yang bisa kita lakukan agar anak kita terhindar dari toxic friends alias teman yang memberi pengaruh buruk.
Saya masih ingat sekali, zaman ABG, Mama saya selalu berpesan, “Kamu, tuh, kalau berteman nggak boleh milih-milih. Sama siapa saja berteman, nggak boleh sombong. Mama percaya kamu sudah mampu menilai sendiri mana teman yang baik dan mana yang nggak.
Sepanjang perjalanan hidup, tentu saja saya sudah menemukan beragam tipe teman. Seiring perjalanan waktu, proses penyeleksian pertemanan pun akhirnya berjalan dengan sendirinya. Yang jelas, saya bersyukur sekarang bisa melakukan #pertemanansehat.
Sekarang, tinggal tugas saya sebagai orangtua membantu anak untuk tetap berada dalam lingkaran #pertemanansehat. Buat saya, sih, pekerjaan ini nggak mudah, saya sadar nggak bisa mengontrol lingkungan sosial kehidupannya setiap saat. Artinya, yang paling penting adalah bagaimana saya menguatkan hubungan di dalam keluarga lebih dulu.
Terlebih buat anak-anak yang sudah masuk dunia pra remaja, banyak hal yang yang perlu dilakukan orangtua saat anak puber. Seperti yang dikatakan Psikolog Anak dan Keluarga, Ayank Irma Gustiana Andriani, ketika anak berada pada usia pra remaja - remaja kebutuhannya untuk bersosialisasi semakin kuat, hal ini sejalan dengan fase pembentukan identitas diri. “Maka yang namanya teman sebaya menjadi sangat penting bagi eksistensi anak.”
Masalahnya teman yang seperti apa dulu, nih? Bagaimana kalau (ternyata) di lingkungan pertemanan ada anak yang justru memberi pengaruh buruk? Mengajak anak kita melakukan hal yang di luar norma atau aturan yang sudah diterapkan di rumah?
Apa iya, kita sebagai orangtua boleh ikut campur secara langsung bahkan melarang anak kita untuk tidak bergaul dengan mereka- teman yang kita anggap bisa meracuni anak-anak?
Dalam hal ini Mbak Irma, selaku psikolog anak dan juga sudah punya pengalaman karena memiliki anak yang sudah masuk usia pra remaja memberikan beberapa kiat yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.