Iya, ini pengalaman saya pribadi. Si kakak yang ketika itu masih anak SD mulai suka sama teman sekelasnya, yang sama-sama kelas 4 SD. Brb… mama pingsan dulu. *sekian*
Huaaaaaaaa, anak sulung saya, yang (ketika itu baru) berusia 10 tahun, ternyata sudah punya gebetan di kelasnya. Cewek cantik yang katanya pintar dan kalem. Dari mana si mama bisa tahu? Dari wali kelasnya.
Jadi, berawal dari kegiatan mengambil raport di sekolah, terjadilah obrolan ngalor ngidul dengan si wali kelas. Hingga obrolan berujung kepada informasi mengenai si kakak yang naksir teman sekelasnya. Untung saat itu saya datang pertama, jadi masih sepi, hihihi.
Apakah karena saya sudah bertahun-tahun bekerja di dunia parenting (yang seharusnya sudah paham banget bahwa pubertas pada anak laki-laki memang ada yang dimulai dari usia 10 tahun) membuat saya cool?? Tentu tidak! Berdasarkan pengalaman, saya mau sharing tindakan apa yang saya lakukan :D.
BACA JUGA: Orang Tua, Lakukan 5 Hal Ini Agar Anak Memiliki Inner Child Positif
1. KAGET dan PANIK
Sejenak saya sempat merasa kaget dan panik. Karena di rumah si kakak nggak pernah menunjukkan tanda-tanda anak yang lagi punya gebetan. Tapi di depan ibu guru saya sok santai. Jangan sampai kreadibilitas saya sebagai Managing Editor Mommies Daily dipertanyakan, hahaha.
2. MENCARI TAHU SOSOK PEREMPUAN YANG DITAKSIR
Dengan wajah sok cool, saya malah asik bertanya kepada wali kelas, siapa nama anak cewek yang disukai sama anak saya, bagaimana sifat dan tingkah lakunya di kelas, bagaimana nilai mata pelajarannya. Tahu dong, kemampuan mama menyelidik bisa setara dengan Horatio Caine di film CSI Miami :p.
3. MENCARI TAHU SEJAUH MANA HUBUNGAN MEREKA
Hubungan yang saya maksud di sini bukan pacaran ya, namanya juga anak umur 10 tahun, belumlah itu ada pacar-pacaran *awasaja!*. Namun, saya bertanya kepada gurunya, bagaimana sikap mereka, apakah keterlaluan atau sudah mulai menganggu? Ternyata sekadar lirik-lirikan. Jadi mama sedikit bernapas lega.
4. JANGAN MARAH dan TANYAKAN LANGSUNG KE ANAK
Duluuuu, saya pernah membuat perjanjian dengan semua anak saya, bahwa kalau mereka sudah mulai naksir cewek, maka saya harus menjadi orang pertama yang tahu. Jadi, saat sedang berdua dengan si kakak, terjadilah percakapan antara kami berdua:
“Kak, ingat nggak dulu kita pernah buat perjanjian. Kalau kakak atau adik suka sama cewek, siapa yang harus tahu pertama kali?”
“Mama”
“Masih berlaku nggak sih kak perjanjian itu?”
Hening……………………………
“Kan mama nggak marah. Jadi masih berlaku nggak?”
“Masih ma”
“Nah menurut feeling mama, kakak lagi suka ya sama teman kakak namanya si *****”
Hening lagi……
“Emang, apa yang bikin kakak suka sama dia?”
“Kok mama tauuuuuuuuuuuuuuu???”
Plong hati saya, karena saat itu saya tahu bahwa saya sukses mengambil hati anak saya untuk bicara jujur.
5. BERBAGI PENGALAMAN
Agar si kakak tetap mau bicara jujur, saya pun bercerita mengenai pengalaman saya dulu, saat di kelas 5 SD sudah ada teman cowok yang mengirimkan kartu Valentine (iyaaaaaa kelas 5 SD) dan saat kelas 6 SD sudah ada cowok yang menyatakan rasa sukanya ke saya (fiuuuuuuh). Setidaknya, ini membuat anak saya merasa bahwa dia tidak melakukan hal yang memalukan atau sesuatu yang salah.
6. JADIKAN MOMEN GOBROL UNTUK MENYELIPKAN NASIHAT
Saat kami ngobrol berdua, itu membuat saya mempunyai kesempatan untuk menyelipkan beberapa nasihat ini:
- Bukan hal memalukan atau sesuatu yang salah kalau di usianya dia sudah menyukai lawan jenis. Jadi tidak ada yang perlu ditutup-tutupi dari saya.
- Sejauh mana batasan dia boleh menyukai lawan jenis di usianya saat ini.
- Tindakan apa yang sebaiknya dia lakukan. Misalnya, saya ngomong kalau dulu saya suka sama cowok yang pintar dan aktif olahraga. Harapannya, si kakak jadi makin rajin belajar dan makin aktif bergerak, hahaha.
- Saya juga mencari tahu tipe perempuan yang dia suka, agar saya bisa menambahkan pesan sponsor: cari perempuan yang nggak hanya cantik tapi juga pintar. Biar nyambung kalau diajak ngobrol.
Saya nggak tahu sampai kapan rasa suka si kakak pada cewek berinisial A itu bertahan. Tapi sekarang saya sudah nggak panik lagi, karena saya tahu bahwa sejauh ini dia masih menunjukkan perasaannya dengan cara standar :).
Time flies soooooo FAST my dear son ….
BACA JUGA: Jangan Menghargai Anak Hanya Sebatas Nilai di Kertas Ujian Mereka