banner-detik
HEALTH & NUTRITION

Stok ASIP Sampai Sekulkas? Nggak Perlu, Lho

author

adiesty22 Sep 2016

Stok ASIP Sampai Sekulkas? Nggak Perlu, Lho

Sampai hari ini saya masih sering melihat para busui yang memposting ASIP dengan jumlah yang banyak hingga memenuhi lemari pendingin. Saya pun kembali bertanya-tanya, sebenarnya apakah stok ASIP sampai sekulkas itu benar-benar perlu? ASIP seperti apa yang yang paling ideal?

Masa menyusui saya memang sudah lewat cukup lama. Lah, wong, saat ini anak saya sudah 6 tahun dan jadi murid SD. Tapi kalau ngomongin soal kenangan suka duka menyusui….. wiiih… nggak perlu ditanya, deh! Saya masih ingat sekali bagaimana ‘perjuangan’ saya memberikan ASI. Harus menyusui saat mata nggak bisa melek, harus makan daun bangun-bangun supaya ASI saya mengalir, termasuk harus belajar manajemen ASIP dan mulai stok ASIP karena harus kembali ngantor.

Ngomongin masalah stok ASI, dari dulu saya sudah sering melihat banyaknya para busui yang senang memposting hasil ASIP-nya. Saya? Pernah foto juga, sih. Tapi seingat saya hanya untuk kenang-kenangan pribadi tanpa saya posting ke social media.  Urusan memposting hasil foto ASIP ini jelas ranah pribadi, artinya kalau mau memposting, ya, silakan saja. Cuma karena saya tahu persis mengumpulkan ASIP nggak mudah, saya pun lebih memilih untuk tidak memposting, lagi pula takut kalau postingan saya malah jadi pressure buat orang lain.

Belum lama ini saya sempat bertemu dan ngobrol bareng dengan dr. Wiyarni Pambudi SpA, seperti yang kita ketahui, dokter yang satu ini memang sangat concern dengan masalah ASI. Waktu itu, dr. Oei kembali menegaskan kalau memberikan ASI bisa menjadi mudah dan gampang tapi tentu saja perlu effort yang sangat besar. “Tapi, keberhasilan menyusui bukan cuma kesuksesan ibu menyusui saja, tapi kerja keras satu tim, mulai dari ibu, bayinya, dan tentu saja support system, seperti suami, orangtua, teman kerja, termasuk atasan.”

ASIP

Lebih lanjut dr. Oei mengatakan, pada prinsipnya sebenarnya memberikan yang tentu saja dimulai dari yang paling segar dulu, yaitu langsung dari ‘pabrik’nya. Baru kemudian ASIP yang dingin, “Kalau memang terpaksa baru yang beku. Jadi jangan ditukar-tukar, ya,” tegasnya.

Pernyataan dr. Oei di atas memang bukan tanpa alasan, ia pun melihat kalau sampai saat ini memposting foto ASIP beku masih tampak seperti trend. “Di social media sekarang ini masih trend, ibu-ibu memposting susu ASIP beku.  Sebanyak-banyaknya seolah-olah ASI beku adalah  ASIP beku adalah ASI yang paling ideal. Sehingga ibu-ibu yang memang belum tahu informasi bisa meyakini kalau ASI beku adalah ASI yang paling ideal. Padahal, bayi akan lebih bagus jika mendapatkan ASI yang segar.”      

Walaupun begitu bukan berarti para busui nggak boleh stok ASIP, lho, ya… Kalau memang perlu, menurut saya hukumnya malah jadi wajib. Saya sendiri sangat takjub dengan cerita dan pengalaman para ibu seperti Della Sabrina yang stok ASIP hingga 600 botol, atau cerita Echa yang jadi  ibu E-Ping atau Exclusively Pumping sejati selama 20 bulan lebih. Hanya saja, yang paling ditakutkan terjadi salah persepsi saja.

Seperti yang diungkapkan, dr. Oei, pasti ada kalanya seorang busui menemukan kendala tidak bisa menyusui secara langsung. “Biar bagaimana pun menyusui langsung dengan memberikan ASIP akan berbeda. Ketika memberikan ASI secara langsung, bonding juga terstimulasi dengan baik, bagaimana ibu memeluk bayinya, bagaimana ibu dan bayi saling menatap.”

Untuk itulah, dr. Oei menyarankan agar para busui saat berada di rumah memberikan ASI secara langsung, ketika pergi ke kantor bisa stok ASIP seperlunya saja. Atau, jika ingin kualitas ASIP yang maskimal bisa menggunakan jasa kurir ASI.  “ASIP  terbaik adalah ASIP yang kondisnya mendekati ASI dengan yang dihisap bayi secara langsung. Artinya, dalam bentuk yang masih cair, kalau bisa tidak dingin. kalau memang terpaksa baru diinginkan."

Lebih lanjut, dr. Oei menjelaskan kalau ASI merupakan zat yang unik, karena bisa kita simpan dalam kondisi segar. Lagi bagaimana dengan kondisi Asi yang rusak? Seperti apa? Ternyata, satu-satunya cara untuk memastikan apakah ASI sudah rusak adalah dengan mencicipinya.  “Selama bayi masih mau, berarti ASI bagus. Jadi terkadang perubahan warna, perubahan secara tampilan fisik, tidak berarti ASI itu rusak. Sebenarnya kita nggak perlu, lho, menyimpan ASI banyak-banyak sampai satu freezer karena nanti bisa akan terbuang. Selama memang masih masih memenuhi kebutuhan tidak usah dimasukan ke freezer,” pungkasnya.

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan