banner-detik
LOVE ACTUALLY

Motherhood Monday: Echa, 20 Bulan Memerah ASI, and Still!

author

sazqueen05 Aug 2013

Motherhood Monday: Echa, 20 Bulan Memerah ASI, and Still!

Perkenalkan teman saya Eksa Irawaty atau biasa disapa Echa, ibu dari Muhammad Rouzba Al-Farizi Wahyunugroho  atau biasa disapa Bebe. Echa ini  adalah ibu eping sejati. E-Ping atau Exclusively Pumping! Iya, selama 20 bulan ini, Echa memompa setiap hari agar Bebe tetap bisa minum ASI. Bisa memberikan ASI sampai 2 tahun adalah target utamanya. Lalu, kenapa tidak disusui langsung saja? Segitu ngototnya supaya bisa tetep kasih ASI? FYI, sebelum memutuskan untuk resign dari posisinya sebagai copy writer di sebuah stasiun radio swasta di Bandung, Bebe ini tinggal di Subang bersama orang tuanya. Lalu bagaimana caranya bisa tetap dikasih ASI? Let's read what Echa has done for her baby's right!

Cha, ceritain dong waktu pertama kali menyusui gimana rasanya?

Nyusuin Bebe? Kayak nembak cowok terus ditolak, hahaha, soalnya dia jerit-jerit tiap dideketin ke payudara saya. Pertama kali bisa merasakan enaknya menyusui langsung justru pas menyusui keponakan, anaknya adik yang beda 10 bulan dengan anak saya.

Tidak pernah menyusui langsung sama sekali?

Ketika akan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), saya melihat ada gurat khawatir di wajah para bidan, dan setelah saya bertanya, bidan bilang kalau rahim saya langsung mengkerut kembali ke ukuran normal, sehingga pendarahan tidak dapat dihindari. Akhirnya IMD batal, karena saya pikir yang penting saya selamat agar nantinya bisa terus bersama anak saya.  Dua hari setelah melahirkan, ASI saya belum keluar sama sekali, sementara anak laki saya ini sudah haus dan lapar, jadi menangis terus menerus. Akhirnya saya setuju untuk memberikan bebe sufor 30 ml dengan media dot. Sementara itu saya dibantu adik dan kakak ipar untuk memompa paksa payudara agar ASI keluar. Frustrasi karena ternyata sakit luar biasa. Hari itu Bebe minum sufor sebanyak 60 ml, sisanya ASIP yang mati-matian saya perah. Coba disusui langsung, dong? Iya, sudah! Tetapi anaknya jerit-jerit nangis, tidak mau. Akhirnya malam saya buat sufor 50 ml, tapi hanya diminum sedikit beda ketika dot diisi ASIP, dan ini yang menjadi penyemangat saya untuk terus pumping. Saya tidak punya banyak waktu untuk bersabar mengajar Bebe menyusu langsung, waktunya habis untuk memompa demi memenuhi kebutuhan ASIP Bebe yang ternyata tergolong rakus. This was the beginning of my pumping-everyday story.

Berarti Bebe bingung puting sejak awal, ya?

Bingung putingnya Bebe bukannya tanpa penanganan. Kami bertiga (saya, Bebe, dan Nanto -suami) sudah mencoba ke beberapa Konselor Menyusui (KL) dari yang Rp.75.000,- per sesi sampai yang hampir Rp.350.000,- per sesi, pernah dua hari habis lebih dari 1 juta rupiah untuk konseling dan pemeriksaan lainnya, dan ini bukan jumlah uang yang sedikit untuk saya dan suami.

Nah, ceritanya beberapa bulan awal usia Bebe, saya masih yakin bisa bikin Bebe menyusu langsung dari payudara, karena nanya-nanya ke AIMI dan hasil diskusi lewat bbm sama KL katanya “masih bisa”, but again, don't put your expectation so high! Ketika Bebe usia 5 bulan, saya memutuskan untuk resign, begitu Bebe sampai di Bandung, langsung janjian ketemu KL dengan harapan besar BEBE BISA NYUSU LANGSUNG, tapi pas ditanya apakah sudah ada kasus seperti saya yang berhasil? Ternyata jawabannya belum, langsung runtuh harapan! Mungkin ke depannya mereka yang memberikan konsul via social media atau bbm, jangan memberi harapan terlalu tinggi ke ibu yang kasusnya seperti saya tanpa melihat langsung kondisinya. Realistis saja, karena jujur saya sempat drop apalagi membayangkan harus mompa setiap hari. Tapi ada bisikan semangat dari suami.

“Ga perlu sama dengan cara orang lain, buktiin kalo dengan diperah aja kamu sanggup.”

“Apa aku bisa ng-ASI Bebe 2 taun dengan cara kayak gini?”

“Aku yakin kamu bisa”

“Tapi dari hasil browsing belom ada yang sampe 2 taun kalo eping”

“Kalo gitu jadi yang pertama!”

Bangkitlah semangat saya!

Waktu memutuskan untuk exclusively pumping, siapa saja yang kasih dukungan? Ada komentar miring, tidak?

Sebenernya bukan saya yang memutuskan, tapi Bebe :) Dia doyan sama isinya (ASI) tapi nggak suka kemasannya hihihi...

Nanto itu pendukung utama, walaupun dia bukan tipe suporter yang bersorak sambil bawa pom-pom, dia cuma bilang “Apa yang kamu mau buat Bebe? Apapun keputusan kamu, aku dukung. Kalo kamu mau ASI kamu musti kasih tau aku apa yang kamu butuhin, support seperti apa, butuh peralatan apa aja? Kalo kamu memutuskan pake sufor, aku ga bakal maksa kamu buat ASI, ya berarti aku musti kerja lebih keras biar bisa beli susu buat Bebe.” Jadi kalo gue lagi ‘down’ ajakin gue jalan-jalan (pacaran lagi, soalnya Bebe kan di Subang sama neneknya) atau beliin saya kue 1 loyang, sambil becanda dia bilang “Beliin kamu cake jauh lebih murah dibanding sufor, kalaupun musti keluar uang sama banyak, aku sih lebih rela uangnya buat beliin kamu sepatu, tas atau baju..”

Pendukung keriaan kakak dan adik ipar, pokoknya selama di Subang mereka menjaga emosi saya tetap stabil dan terus memberi semangat “Ayo Bubu bisa!” pokoknya tugas saya hanya pumping dan tidur, “Banyak istirahat biar ada tenaga buat mompa lagi!”

Yang kasih komentar miring? Menyedihkan untuk diakui, tapi di awal perjalanan justru Mama dan Bapak yang paling bikin drop, walau saya tahu maksud mereka tidak demikian Waktu saya lagi rajin-rajinnya mompa mama malah bilang “Bebe mulai dikenalin sufor lagi, biar nanti kalo ditinggal dia biasa sama rasanya, lagian ribet amat bawa ASI dari Bandung kesini". Terus Bapak juga ngomong gini “Udah lah, sufor aja yang gampang, tinggal seduh." Saya tahu sebenarnya maksud mereka, kasihan liat saya yang terlihat kelelahan pumping tiap hari, tapi denger kata-kata gitu dari orang tua sendiri bikin saya sampe nangis-nangis ke Nanto “Punya orangtua kok bukannya nyemangatin malah ngejatuhin sih?”

Tapi itu nggak berlangsung lama, pas minggu pertama saya kerja dan Bebe harus kombinasi ASI dan sufor karena kesalahan manajemen ASIP, Mama dan Bapak tiap hari telpon ngingetin saya agar banyak makan dan istirahat, soalnya mereka baru tahu kalo cucunya nggak doyan sufor, tiap dikasih dot isi sufor cuma dikenyot dikit, beda kalo dikasih ASIP yang langsung habis. Selain itu pendapat mereka soal ASIP itu ribet, juga berubah. Kalo pake ASIP tinggal angetin sebentar saja, atau langsung lep juga bisa (Bebe doyan ASIP dingin) tapi kalo sufor musti nyeduh dulu, takaran susu dan airnya musti pas, suhunya juga. Mereka bilang “ternyata ASI perah jauh lebih gampang yah!”

Kalo cuma yang ngomong ribet atau nanti payudara kendur, tidak terlalu saya pedulikan, sih. Tapi informasi dari suporter ASI atau ahli laktasi di Twitter yang suka bikin khawatir, soal bahaya dot bikin infeksi telinga lah, masalah gigi, dan lainnya. Terus kalo liat Bebe waktu masih bayi lagi ngedot, saya suka dikasih tatapan sinis, disangka isinya sufor, apalagi si Bebe ini montok-besar. Kan nggak mungkin jelasin ke tiap orang kalo itu isinya ASIP. Oh people and their negatives thought.

Sebentar, Bebe di Subang dan Echa di Bandung?

Iya, saya kerja di Bandung, sedangkan Bebe saya tinggal di Subang, dengan berbagai pertimbangan. Jadi setiap hari saya mompa dengan target minimal sehari 1 liter ASIP terkumpul. Jumat sore, saya dan suami naik motor ke Subang membawa oleh-oleh ASIP untuk bekal Bebe seminggu. Bandung-Subang itu bisa ditempuh dengan motor kurang lebih 3-3,5 jam. Senin subuh baru kembali ke Bandung. Selama weekend, Bebe minum ASIP fresh, saya perah langsung diminum. Lumayan biar dapet ASIP dengan kandungan gizi yang masih lebih baik dibanding ASIP beku. Tapi seperti yang saya bilang, ketika Bebe usia 5 bulan, saya resign, dan Bebe saya bawa ke Bandung. Jadi, deh, Bebe minum ASIP fresh setiap hari.

Jadwal pumpingnya gimana? Sampe sekarang masih mompa, kan? kendala yang dialamin selama perjalanan kurang lebih 20 bulanan e-ping apa aja?

Dua bulan pertama, saya mengusahakan pumping  tiap 2 jam, paling telat 3 jam. Jadi pas tidur malam juga pasang alarm. Setelah 3 bulan, jadwalnya 5-6 kali sehari, subuh biasanya paling banyak bisa dapat 400-500ml. Sampai kantor, mompa di jam makan siang dan sebelum pulang. Lanjut habis makan malam dan sebelum tidur, masing-masing 150-200ml. pokoknya target saya, pulang kantor minimal banget mesti bawa 450ml malah kalau bisa 600ml, total sehari minimal 1000ml (karena ini konsumsi minimalnya Bebe).

Sejak 5 bulan (saya sudah resign dan Bebe sudah di Bandung) saya sudah tidak mompa, tapi marmet (memerah pakai tangan), lebih enak dan cepet. Sampai sekarang masih marmet cuma sempet sekali sehari, soalnya ribet sama kerjaan rumah dan ngajak main Bebe, hasilnya pun ga se-spektakuer 1-13bln, sedapatnya saja, toh Bebe nafsu makannya juga bagus.

Kendala terbesar sih rasa malas, itu yang musti dilawan. Kalo tekadnya udah kuat mau pumping/marmet dimana aja pasti bisa, termasuk saat kondangan. Pernah saya marmet di toilet gedung bermodal botol dotnya bebe. Jijik? Ya pasti lah, tapi kalau sudah terdesak ya, Bismilah saja, kalau niatnya baik, Insya Allah, Bebe bakal sehat. Tapi ya lebih baik lagi kalo ruang laktasinya diperbanyak di berbagai area, nggak banyak ibu-ibu yang mau pumping di mana aja dan tebal muka waktu digedor di toilet mal gara-gara kelamaan di dalam.

Ini kan bukan perjalanan mudah, kenapa mau berkorban sedemikian panjang untuk ASI?

Menurut saya ini bukan pengorbanan, tapi perjuangan dan kompromi. Perjuangan saya memberi ASI buat Bebe. Maunya sih ngasih ASI cara nyusuin langsung, tapi Bebe maunya dot. Saya jadi ibu eping (ada-ada aja istilahnya, ya!) dan Bebe minum ASIP, itu merupakan kompromi kami berdua.

Jadi  kalo ditanya kenapa saya segitu ngototnya kasih ASI, alasannya karena saya punya pilihan sedangkan Bebe tidak. Setelah anak lahir pun orang tua yang punya pilihan, mau dikasih sufor atau asi, sekali lagi anak ga dikasih suara. Saya memilih ASI karena itu yang terbaik yang bisa saya kasih ke Bebe. Saya pengennya, Bebe bilang ke Allah SWT kalau Allah SWT nggak salah miih ibu buat dia, karena Bubunya fight banget buat dia hehehe...

Alasan lainnya karena saya nggak suka anak kecil dan nggak pernah berencana punya anak. Aneh? Enggak juga, sih, jadi saya pengin buktiin ke orangtua lain kalau saya aja yang nggak suka anak kecil dan nggak pernah merencanakan punya anak bisa sebegitu usahanya, masa orangtua yang niat banget punya anak nggak bisa lebih? ;)

--

WOW! *speechless total*

Semoga epingnya tetap lancar, ciuma sayang untuk Bebe!

Share Article

author

sazqueen

a mother of one who study Anthropology by choice! Hello motherhood.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan