Jangan sepelekan pantau pertumbuhan anak ke dokter dengan rutin, karena dapat mendiagnosa masalah kesehatan yang mungkin saja muncul.
Meski orangtua dan pakar kesehatan sudah banyak yang tahu, kalau golden period anak itu terjadi dalam 2 tahun pertama, tapi pada kenyatannya masih banyak yang melewatkannya. Setidaknya dalam 25 tahun terakhir, tidak banyak perbaikan yang terjadi pada kasus gangguan pertumbuhan uang didiagnosa pada usia dewasa. Fakta ini saya dapatkan ketika datang pada acara peringatan International Children’s Growth Awareness Day (Hari Kesadaran Pertumbuhan Anak Internasional). Yang diadakan oleh AP&AP Pediatric, Growth and Diabetes Center bekerja sama dengan PT Novo Nordisk Indonesia.
Tujuan International Children’s Growth Awareness Day tentu saja, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertumbuhan anak sebagai salah satu indikator kesehatan yang harus dipantau secara rutin. Salah satu yang menjadi fokus pembicaraan hari itu adalah, masalah pertumbuhan tinggi badan. Data dari WHO pada 2012 menunjukkan memperkirakan jumlah balita pendek di dunia pada tahun 2012 mencapai 162 juta, dan 56% diantaranya terdapat di wilayah Asia. Dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, prevalensi balita pendek di Indonesia adalah yang tertinggi.
Permasalahannya Mommies, persoalan balita pendek ini cukup berpengaruh pada beberapa faktor kesehatan kecil dari berbagai aspek, terutama gangguan pada perkembangan otak dan kecerdasannya. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K) selaku dokter spesialis anak konsultan endokrinologi dari AP&AP Pediatric, Growth and Diabetes Center menjelaskan, “Pertumbuhan tinggi dan berat badan adalah salah satu indikator terpenting untuk menilai kesehatan, status nutrisi dan latar belakang genetik anak. Anak berperawakan pendek berisiko tumbuh dewasa dengan tubuh pendek, selain itu perlu diwaspadai kemungkinan adanya gangguan pada perkembangan otak, kemampuan kognitif (kecerdasan) dan gangguan metabolisme tubuh lainnya.”
Tak hanya itu Mommies, kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan anak juga dapat mempengaruhi penglihatan, pendengaran, hati, paru-paru dan tulang anak. Dan jika tidak diatasi bahkan dapat mengurangi tingkat harapan hidup.
Lalu, apa sih yang bisa kita lakukan sebagai orangtua? Usai acara saya sempat berbincang dengan dr. Aman, sebaiknya beliau mengingatkan setelah masa imunisasi rutin anak kan biasanya ada pada usia 2 tahun dan akan mengalami pengulangan dalam rentang waktu yang agak lama. Dalam masa-masa itu, hendaknya Mommies tetap rutin ke dokkter untuk mengecek pertumbuhan. Jika dirasakan ada gejala yang tidak biasa, dr. Aman menyarankan pemeriksaan rutin dilakukan 3 bulan sekali, agar mendapatkan intervensi lebih cepat jika ada sesuatu yang dirasa tidak beres. Namun, jika pertumbuhan anak dipantau tidak ada yang mengkhawatirkan bisa dilakukan 6 bulan sekali.
“Diagnosis yang terlambat akan memberikan beban fisik dan psikologis pada anak dan keluarganya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memantau pertumbuhan anak secara rutin dan berkelanjutan serta merencanakan milestone pertumbuhan anak hingga usia pubertas. Orang tua dan pengasuh memiliki peran penting dalam mengenali perubahan pola pertumbuhan anak, sehingga bila ada gangguan pertumbuhan dapat segera dilakukan diagnosis dan pengobatan tepat secara dini oleh praktisi kesehatan,” tutup Dr. dr. Aman.
Yuk, jangan malas pantau pertumbuhan anak ke dokter anak kesayangan keluarga Anda, dan jangan lupa minta diplot ya, buku kesehatan di kecil :)
Baca juga:
Memutus Rantai Generasi Stunted
Kenapa Anak Perlu Tidur Sebelum Jam 9