Ditulis oleh: Lariza Puteri
Pecah ketuban bisa berdampak pada keselamatan ibu dan bayi. Apa saja gejala, penyebab dan cara pencegahannya?
Salah satu yang saya pelajari saat senam hamil adalah mengetahui ciri-ciri pecah ketuban. Rasanya setiap kali datang untuk senam hamil, bidan yang menjadi instruktur senam selalu mengulang kata-kata yang sama. Menurutnya, supaya semua ibu hamil mengerti betul seperti apa rasa dan ciri-ciri dari pecah ketuban.
Ternyata, pecah ketuban memang perlu diwaspadai. Kejadian ini sangat mungkin berdampak pada keselamatan bayi dan saya, ibunya. Menurut dr Irman Christiono, SpOG, dari Siloam Hospitals TB Simatupang, pecah ketuban sebelum waktu melahirkan bisa terjadi saat kehamilan sudah cukup bulan maupun jauh sebelumnya. Sebagian besar ketuban pecah terjadi pada kehamilan aterm, yaitu saat usia kehamilan lebih dari 37 minggu, sedangkan sebagian kecil terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu.
Sekitar 60 - 70 persen pecah ketuban disebabkan karena infeksi genital, serviks yang inkompeten, faktor keturunan, overdistensi rahim pada bayi besar atau kembar, malposisi janin, kerusakan serviks, merokok selama kehamilan, usia ibu yang lebih tua, trauma saat berhubungan seksual, dan anemia. Seringkali kejadian ini bisa terjadi tanpa aba-aba atau tanda-tanda persalinan. Nah, lho! Seram, kan?
*Image dari http www.sehatfresh.com
Tapi, menurut dokter Irman, meskipun fenomena pecah ketuban ini jarang disertai dengan tanda persalinan, ada beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk mengetahui tanda pecah ketuban, seperti:
• Adanya cairan yang keluar dari jalan lahir (vagina) baik aliran deras maupun rembesan.
• Bau air ketuban biasanya amis dan tidak berbau pesing.
• Ciri air ketuban berwarna putih dan agak keruh.
• Biasanya disertai dengan partikel lemak (vernik kaseos) dan rambut halus janin yang lepas.
• Saat berdiri atau beraktivitas, biasanya air ketuban yang pecah akan lebih banyak keluar dalam bentuk rembesan.
Hal wajib lain yang harus diketahui tentang pecah ketuban adalah saat terjadi pecah ketuban, artinya terjadi pengurangan jumlah volume ketuban dan bisa mengganggu perkembangan janin. Kondisi ini bahkan bisa menimbulkan kematian janin. (Ketok-ketok meja, amit-amit jabang bayi). Tak hanya bahaya pada janin, pecah ketuban juga bisa berdampak pada ibu hamil seperti terjadinya infeksi ringan sampai berat (sepsis). Selain itu, ibu hamil juga bisa mengalami demam, nyeri perut atau kontraksi rahim beberapa jam setelah pecahnya ketuban.
Bila hal terburuk terjadi, dan pecah ketuban ini terjadi, dokter Irman menyarankan:
1. Tetap tenang dan jangan panik. Meskipun sangat sulit, tapi ketenangan bisa membuat otak lebih bisa berpikir dengan jernih.
2. Setelah itu, pastikan air yang keluar dari vagina adalah air ketuban. Caranya dengan melihat dan mencium baunya.
3. Jika benar yang keluar adalah air ketuban, usahakan untuk selalu merasakan pergerakan janin dan beristirahat dengan rebahan.
4. Segera minta pertolongan pada orang di sekitar Anda untuk segera mengantarkan ke rumah sakit.
Sementara itu, agar terhindar dari pecah ketuban, selama sisa masa kehamilan hingga menjelang persalinan, menjaga kebersihan adalah hal yang mutlak. Sebab dengan menjaga kebersihan, maka keluhan seperti masalah keputihan dapat dihindari. Selain itu, mengonsumsi air putih dalam jumlah cukup juga sangat disarankan dan hindari menahan keinginan untuk buang air kecil. Dan yang terpenting adalah rutin untuk melakukan pemeriksaan janin, minimal satu bulan sekali untuk memeriksa kondisi kesehatan kandungan.
Semoga kehamilan kita semua sehat selalu ya Moms :).