Sorry, we couldn't find any article matching ''

Tips Mengajarkan Anak Agar Tidak Materialistis
Ditulis oleh Prita Hapsari Ghozie, SE, Mcom, GCertFP,CFP®, QWP – Chief Financial Planner ZAP Finance
Perlukah mengajarkan anak tentang uang sejak kecil? Jika tidak diajarkan, nanti anak tidak paham mengelola keuangan, tetapi jika diajarkan khawatir anak menjadi “mata duitan”. Yuk, terapkan beberapa tips mengajrkan anak agar tidak materialistis
Penelitian yang dilakukan oleh Hitendra Patel dan rekan di dalam buku Early Childhood Education- The Unmet Need of the Century menyebutkan bahwa semakin dini usia seseorang, semakin mudah intelektual dan karakter dibentuk. Sehingga tidak ada salahnya bagi para mommies untuk mengajarkan konsep uang kepada si kecil sedari dini.
Pengenalan konsep uang kepada si kecil perlu dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan mereka di masing- masing tingkat usia. Setiap anak juga memiliki karakter yang berbeda, sama saja seperti kita yang punya style berbeda dalam hal berbelanja dan mengelola uang. Pengalaman saya dengan dua anak pun bisa berbeda, sehingga keseimbangan dalam menjaga supaya anak tidak jadi materialistis akan disesuaikan dengan gaya setiap anak. Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang jangan ditinggalkan saat mengajak anak berkenalan dengan konsep uang agar tidak jatuh ke konsep materialistis.
Untuk memudahkan pemahaman si kecil, ajarkan nilai uang dengan membuat perbandingan. Misalnya harga sebuah mainan yang diinginkan si kecil sebesar Rp100 ribu disetarakan dengan 10 mangkok bakso. Terangkan kepada si kecil bahwa uang yang dibelikan untuk membeli mainan yang diinginkannya bisa digunakan untuk mentraktir 10 teman- temannya di sekolah. Melalui konsep ini, si kecil bisa belajar bahwa beberapa barang yang diminta memiliki nilai sehingga perbandingan dilakukan bukan semata karena Rp100 ribu itu lebih murah daripada Rp200 ribu.
Uang di bank tidak datang secara magis, melainkan harus diperoleh dengan bekerja. Tidak ada salahnya untuk menyampaikan bahwa untuk bisa membeli barang tertentu, maka orang tua harus bekerja sekian jam terlebih dahulu.
Berbagi secara sederhana bisa diterapkan dengan memasukkan uang ke kotak amal, memberi bantuan ke panti asuhan, dan lainnya. Dengan kegiatan ini, harapannya anak akan menyadari bahwa uang bukan hanya membawa kebahagiaan untuk diri sendiri, tetapi juga bisa membantu orang lain menjadi lebih baik.
Percayalah bahwa anak kita pintar, jadi jangan menyepelekan arti pengajaran fungsi dibandingkan gengsi. Contoh sederhana adalah pembelian sepatu sekolah. Utamakan fungsi dibandingkan dengan merek, agar rasa percaya diri anak bukan bersumber pada merek yang digunakan, melainkan dari dirinya sendiri. Nah, untuk yang satu ini, mommies pun harus ikutan belajar agar dapat memberi contoh yang bisa ditiru oleh anak.
Live a beautiful life!
Prita Hapsari Ghozie adalah seorang perencana keuangan independen, penulis buku laris “Cantik, Gaya, & Tetap Kaya” serta “Make It Happen,” pembicara, dosen dan ibu dari 2 orang anak. Sebagai Founder dan Chief Financial Planner di ZAP Finance – sebuah konsultan perencanaan keuangan independen di Indonesia. Berpengalaman lebih dari 8 tahun sebagai perencana keuangan dan didukung latar belakang edukasi di bidang keuangan, Prita memiliki kompetensi untuk memberikan saran dan rekomendasi dalam hal keuangan.
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS