Sorry, we couldn't find any article matching ''
3 Tanda Seseorang Mapan Finansial
Ternyata dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak hampir 250 juta, baru 21,84% yang memiliki literasi keuangan yang baik. Sisanya, belum tentu bisa dikategorikan mapan finansial.
Terus terang saja, saya sempat deg-degan sih membaca baca di atas saat menghadiri acara HSBC dengan tema: Tingkat Literasi Keuangan Tentukan Ketepatan Perencanaan #MenujuMapan Finansial. Seperti tertohok dengan evaluasi secara cepat, hahaha *dalam rangka panik sesaat :p Sambil berpikir, apakah saya termasuk ke dalam presentase 21,84% atau di luar itu yaaa...?
Untuk memberikan gambaran yang jelas kepada peserta hari itu, kami dibagi perkelompok dan bermain permainan semacam monopoli, Praxis namanya. Lembaga bereputasi internasional yang sudah bisa memberikan pembelajaran melek keuangan melalui workshop interaktif dan simulasi. Dan yang pasti seru, karena sambil bermain juga.
Dari simulasi permainan tersebut, dan materi yang diberikan oleh HBSC saya menarik kesimpulan – bahwa tanda-tanda seseorang yang mapan finansial adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ketika bermain Praxis, terus terang saya ketika ditawari pinjaman untuk membeli rumah saya tolak mentah-mentah. Pikir saya, prioritas yang paling logis adalah dana pendidikan anak. Oh iya, semua peserta disamakan statusnya yaitu sudah menikah dan memiliki satu anak usia 2 tahun. Ternyata poin ini menduduki nomor urut pertama. Dan menurut HSBC memiliki rumah adalam komitmen finansial yang besar, karena hal ini menjadi penanda bahwa seseorang memiliki penghasilan yang cukup, memiliki tabungan, dan mampu mengantur keuangan dalam jangka panjang.
Nah, ini yang tadi saya pikir paling penting, hihihi. Meski ada di urutan ke-2, poin ini menurut saya juga tak kalah penting. Buat para Mommies yang tahun ini baru saja membayar uang pangkal anak masuk TK, SD, SMP apalagi SMA pasti dada masih terasa sesak :D karena biaya pendidikan sekarang, luar biasa mahalnya ya, Moms. Nah, karena itu sebagai orangtua harus mampu menyisihkan dana untuk keperluan masa depan anak. Kuncinya semakin dini perencanaan tersebut dilakukan, maka semaki n optimal hasil yang akan diraih dan masa depan si kecil juga terjamin.
HSBC menyebutnya sebagau “kemapanan pamungkas”, karena membuka usaha sendiri membutuhkan modal yang besar. Dan setelah menjalankan bisnis tersebut seseorang juga harus mengelola dan menyisihkan modal kerja yang dihitung dengan cermat, supaya mampu menopang kebutuhan bisnis hingga bisnis tersebut mulai bisa menyokong dirinya sendiri. Alias tidak lagi jadi pegawai, saya jadi inget deh kata-kata sahabat saya. “Setinggi-tingginya jabatan lo di kantor, ya tetap aja lo itu pegawai. Tapiii, kalau lo punya usaha, lo itu adalah pemimpin!.” Yaaa, memang bener sih ya, Moms – malahan bisa membuka lapangan pekerjaan, kan?
Nah, untuk mewujudkan ketiga poin tersebut benang merahnya sudah pasti menabung dong. Jadi jangan malas nabung untuk membayar DP rumah, mencicil biaya pendidikan anak dan modal untuk merintis usaha ya, Moms. Supaya lebih terencana dan dikelola secara profesional, misalnya Mommies bisa menggunakan HSBC Advance Home Ownership Plan, menabung selama 2 tahun sebesar 3,5 juta setiap bulannya untuk uang muka rumah. Atau HSBC Advance Children Education Plan dengan konsep menabung yang sama seperti mengumpukkan uang muka rumah tadi. Dan terakhir adalah HSBC Advance Business Start Up Plan bagi Mommies yang ingin mengumpulkan dana merintis bisnis.
Mari semangat dan komitmen menabung, demi menuju kemapanan finansial keluarga :)
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS