Ditulis oleh: Nayu Novita
Epidural bisa menjadi pilihan untuk meredakan rasa sakit yang muncul dalam persalinan normal. Tapi, kenali dulu plus minus pemakaian epidural sebelum menggunakannya.
Pengalaman persalinan yang dirasakan oleh setiap ibu itu terbilang unik dan tidak ada duanya. Pengalaman persalinan saya pasti berbeda dengan pengalaman Mommies. Pengalaman saya saat melahirkan si kakak (10) juga amat berbeda dengan pengalaman ketika melahirkan si adik (6), meski sama-sama normal.
Proses persalinan pertama saya terbilang cepat, hanya perlu waktu 3 jam sejak bukaan 1. Tapii..proses persalinan si adik memakan waktu 4 kali lipat dibandingkan kakaknya! Makanya, meski persalinan kedua menggunakan anestesi spinal alias ILA (Intrathecal Labor Analgesia), saya masih tetap mengalami mulas kontraksi yang cukup seru hingga bukaan 4 (karena ILA baru bisa diberikan pasca bukaan 4). Walau begitu, saya tetap menganggap ILA sebagai “dewi penyelamat” karena bisa menghapus rasa sakit hanya dalam hitungan menit.
Mendengar pengalaman ini, seorang teman yang berniat melahirkan secara normal jadi agak gentar. Ia pun mempertimbangkan untuk menjalani persalinan normal dengan suntik epidural untuk mengatasi rasa sakit. Beda dengan ILA, epidural memang bisa digunakan sejak bukaan persalinan lebih awal, sehingga setiap fase persalinan bisa dijalani secara lebih santai.
Tapi sebelum memutuskan, sebenarnya apa saja sih plus minus pemakaian epidural? Supaya lebih jelas, simak penjelasan Dr. Caroline Hutomo, Sp.OG dari Morula IVF—RSIA Bunda, Jakarta.
*Image dari americanpregnancy.org
Bagaimana prosedur epidural?
Pada anestesi atau pembiusan epidural, obat dimasukkan ke dalam ruang epidural, yaitu ruangan sebelum rongga saraf tulang belakang yang dibatasi oleh selaput durameter (pembungkus terluar ruas tulang belakang). Dalam prosedur tersebut, obat akan dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan kateter tipis, yang akan terpasang hingga proses persalinan selesai.
Anda akan diminta untuk duduk dengan posisi agak membungkuk atau tidur menyamping dalam posisi meringkuk, agar lekuk tulang belakang tampak jelas. Setelah itu, dokter akan menyuntikkan obat melalui punggung ke daerah epidural. Setelah disuntik, pasien akan merasakan sakit kontraksi menghilang, kaki agak kesemutan, tekanan darah turun, dan kekuatan kaki berkurang meski masih dapat digerakkan.
Penggunaan epidural tidak mengakibatkan menghilangnya sama sekali rasa dan sensasi yang terjadi pada tubuh bagian bawah. Dengan demikian, mommies yang hendak melahirkan normal masih bisa mengejan mengikuti petunjuk dokter.
Keuntungannya...
- Mengurangi rasa sakit akibat kontraksi secara efektif
- Membantu menstabilkan tekanan darah.
- Mommies bisa beristirahat dan menyimpan tenaga untuk persiapan mengejan pada bukaan akhir persalinan.
- Dibandingkan anestesi spinal, efek epidural lebih tahan lama, yaitu hingga 6-7 jam.
- Jika persalinan berlangsung lama, dosis obat epidural bisa ditambahkan dengan mudah melalui kateter. Beda halnya dengan ILA yang hanya bisa dilakukan satu kali dan memberikan efek bius selama 1-2 jam saja.
Meski demikian...
... ada sejumlah hal yang menyebabkan Anda perlu mempertimbangkan pemakaian epidural.
- Dosis obat yang diberikan lebih banyak dibandingkan pada anestesi spinal.
- Harga prosedur epidural relatif lebih mahal dibandingkan anestesi spinal.
- Penurunan tekanan darah pada ibu pasca pemberian epidural bisa ikut memengaruhi detak jantung bayi dalam kandungan.
- Efek bius epidural bisa memengaruhi bagian-bagian tubuh lainnya sehingga bisa mengakibatkan gangguan temporer, seperti kesulitan bernapas dan kesulitan menahan keinginan berkemih.
- Sebagian ibu mengalami sakit kepala setelah penyuntikan epidural dan mengalami proses persalinan yang relatif lebih lama.
Intinya, berkonsultasilah dengan dokter kandungan mengenai kondisi kehamilan Anda. Dengan begitu, mommies bisa mengambil langkah terbaik untuk mendukung kelancaran proses persalinan kelak.