Kebayang nggak kalau anak kita selalu punya pemikiran negatif? Dikit-dikit kecewa, dikit-dikit merasa tidak mampu mengerjakan sesuatu, atau malah cenderung memiliki rasa khawatir yang berlebih? Untuk mencegah hal ini terjadi, kuncinya adalah melatih anak untuk memiliki pikiran positif. Bagaimana caranya?
Bisa dibilang sifat saya dan Bumi memiliki banyak perbedaan. Salah satunya, nih, kalau saya cenderung santai dalam menghadapi segala sesuatu, sementara anak saya justru bisa dibilang pencemas. Kalau saya pikir, hal ini menular dari bapaknya :D
Cemas akan sesuatu memang sah-sah saja, hanya saja jangan sampai kebablasan di mana rasa cemas itu malah menghambat gerak dan langkah yang ingin dilakukan. Sadar kalau mengajarkan anak untuk bisa berpikir postitif sangat penting, bahkan lebih penting dari pada mengajarkan anak pelajaran matematika, saya pun akhirnya mencari cara bagaimana mengajarkan anak untuk berpikir positif dalam segala hal.
Menjadi contoh yang kongkret
Mengingat masa kecil merupakan momen yang tepat dalam pembentukan konsep diri, oleh karena itulah anak perlu dilatih untuk bisa memiliki pemikiran yang postitif. Mengajarkan anak untuk memiliki pemikiran yang positif sama pentingnya dengan mengajarkan anak untuk menguasai basic life skill. Jangan sampai ke depannya dia tumbuh menjadi anak yang selalu punya alasan atau pembenaran akan sikapnya yang salah. Nah, pembelajaran seperti ini tentu saja bisa terbentuk apalila anak memiliki tutorial yang tepat. Dengan demikian pikiran dan persepsi yang akan timbul dalam benak tepat. Peran kita sebagai orangtua tentu sangat besar. Contohnya begini, jika kita ingin anak pintar berenang, nggak mungkin, dong, kalau kita sendiri takut nyemplung ke kolam renang?
Anak butuh contoh lewat perbuatan nyata bagaimana caranya bersikap positif. Jadi, dalam kondisi apapun jangan sampai, deh, kita memperlihatkan sikap yang sebaliknya. Termasuk ketika sedang PMS. Sebagai perempuan, saya cukup sadar kalau saat tamu bulanan sedang datang, bisa membuat perubahan emosi bahkan sikap. Kadang kalau lagi PMS, tidak sedikit perempuan yang jadi nyebelin. Dan sayangnya, banyak perempuan yang menjadikan PMS sebagai sebuah pembenaran. Nah, dari pada anak melihat kita nggak konsisten, bagaimana kalau mengubah PMS ini menjadi Powerful Message to Self. Daripada sibuk mencari alasan dan ujung-ujungnya membuat kita nggak maju-maju atau nyebelin bagi orang-orang di sekitar kita, kenapa juga kita nggak mengirimkan pesan-pesan nyang positif ke diri kita sendiri dan kita tularkan pada anak-anak kita. Persis dengan tujuan campaign Female Daily Network tahun ini. Sudah ikutan movement Powerful Message to Self ini belum?
Menghargai dan bersyukur dengan segala nikmat yang dirasakan.
Mengajarkan anak untuk memiliki pikiran yang positif memang gampang-gampang susah. Tapi sebagai langkah awal yang bisa saya lakukan adalah untuk mengajak Bumi menghargai dan menghormati segala hal kecil yang sudah terjadi dalam hidup. Termasuk bersyukur karena sudah diberikan kesehatan dan bisa memiliki berbagai permainan favoritnya. Biasanya, sih, setiap malam menjelang tidur saya mengajar Bumi untuk menghitung nikmat apa saja yang sudah diterima.
Ajak si kecil melawan rasa khawatir yang berlebih
Nah, ini dia salah satu masalah yang saya rasa sering kali menjadi penghalang Bumi untuk bisa melangkah. Anak saya ini punya tingkat rasa khawatir yang cukup tinggi. Padahal, seperti yang kita ketahui rasa khawatir berlebihan seringkali mampu merenggut kesuksesan. Untuk itulah saya selalu mencoba meyakinkan Bumi untuk menghilangkan rasa khawatir tersebut dan mengajaknya untuk bisa mengendalikan rasa khawatir tersebut. Caranya, dengan membicarakan apa yang membuatnya takut atau khawatir sehingga bisa mencari solusinya. Harapannya, lambat laun Bumi bisa belajar menghadapinya dan fokus dengan apa yang dia inginkan dan harapkan ketimbang memikirkan rasa cemas.