Gali bakat & minat alami anak dengan cara-cara yang menyenangkan, hindari terlalu fokus pada sisi akademis saja. Bagaimana caranya?
Kali ini saya akan fokus membicarakan menggali minat anak usia 7-12 tahun, karena menurut Dr. Lucia RM Royanto MSi, MSpEd, Psikolog Pendidikan tataran usia tersebut merupakan periode transformasi yang sensitif. Artinya perkembangan emosi anak tidak terduga, singkatnya anak sedang mengalami masa transisi dari anak-anak ke remaja. Contohnya, pernah nggak Mommies mengalami penolakan si kecil yang sudah tidak mau diajak pergi sama Mama-nya ke mal? (duuuh kok tiba-tiba saya mbrebes mili ya, Mommies). Nah, kata dr. Lucia itu merupakan persiapan dia untuk melepaskan diri dari kita orangtuanya (tambah pingin mewek nggak siiiih? :( ). Selain mengalami masa transisi, aspek kognitif, sosial, emosional dan fisiknya juga sedang berkembang pesat. Karena itu penting banget untuk mengenali kemampuannya agar kesempatan dia menemukan bakatnya terbuka lebar.
Perihal menggali bakat pada anak usia 7-12 tahun menjadi tema besar sebuah acara yang diadakan oleh Anchor Boneeto “Bantu Orangtua Temukan dan Gali Minta dan Bakat Alami Anak”. Dan di kesempatan yang sama juga terkuak sebuah hasil penelitian yang berjudul “Understanding Indonesian Kids”. Penelitian ini dilakukan oleh Anchor Boneeto, mencakup sikap, perilaku, aspirasi, dan figur panutan pada anak sekolah dasar antara usia 7-12 tahun di Indonesia. Hasilnya sebagian orangtua cenderung membesarkan anak-anaknya, semata-mata hanya fokus pada pencapaian akademis saja, dan berujung terhambatnya proses pertumbuhan.
Selain itu anak-anak cenderung dibesarkan dengan keterbatasan sosial, contohnya membatasi anak bermain di luar – padahal bermain di luar itu sangat penting, agar anak bisa bereksplorasi. Hal ini juga bagian dari proses menemukan bakat spesifik pada anak. Misalnya saja, dengan membiarkan anak bergerak aktif, orangtua bisa menemukan bahwa si kecil ini berbakat pada bidang kinestetik. Dari situ bisa diarahkan ke kegiatan yang mengasah kemampunannya. Agar timbul kepercayaan diri.
Berikut ini kecenderungan minat anak menurut dr. Lucia:
Dr. Lucia mengingatkan, hindari memaksa anak les atau kursus karena motif pribadi, “Karena dulu, saya nggak sampai selesai les piano-nya, anak saya harus les piano!”, duuuh jangan sampai begini ya, Mommies. “Intinya coba mengeksplorasi semua kemampuan anak, karena anak punya keunikan masing-masing, kegemaran satu anak dengan yang lainnya berbeda. Nah, keunikan ini harusnya digali lebih dalam, dan orangtua merupakan psikolog terbaik bagi anak untuk menemukan bakat hebatnya,” pungkas dr. Lucia.
Selamat menggali bakat dan minat anak, Mommies. untuk bekal hidupnya di kemudian hari :)