Ditulis oleh: Nina Samidi
(Katanya) di abad modern ini, Positive Parenting mengambil alih dan membuktikan bahwa metode ini lebih baik dan lebih efektif. Memang seperti apa sih Positive Parenting itu?
Saya ingat waktu umur 5 tahun, saya dipukul ibu saya karena menghilangkan guntingnya. Dia memang memukul bokong (area tubuh yang menurutnya paling aman untuk dipukul), tapi ternyata itu merupakan peristiwa traumatis bagi saya. Buktinya, setua ini saya masih mengingatnya. Sejak itu, perasaan takut kepada ibu mulai tumbuh. Iya, perasaan takut, bukan hormat. Jadi, mana yang Anda pilih, ditakuti anak atau dihormati anak?
Kalau dulu metode parenting yang diketahui oleh orangtua kita masih sangat terbatas, di masa sekarang saya menjadi Ibu sudah banyak sekali trend parenting yang bisa saya adopt (thank God). Dan salah satunya adalah metode Positive Parenting.
Apa itu Positive Parenting?
Konsep pengasuhan anak yang menekankan pada sikap positif dan menerapkan disiplin dengan kasih sayang. “Prinsip dasar metode ini adalah bagaimana kita menghargai anak di dalam pengasuhan. Intinya, membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab,” jelas psikolog anak Devi Raissa, sekaligus founder Rabbit Hole. "Mungkin awalnya kita ragu apakah konsep ini efektif untuk mendisiplinkan anak, tapi itu lebih karena kita selama ini terbiasa dengan konsep memberi hukuman agar anak menuruti orangtua,” tambah Devi.
Lebih jelasnya…
Coba ingat-ingat, waktu kecil, pasti kita tidak suka kalau orangtua kita berteriak, menghardik, mempermalukan kita di depan teman-teman, atau mengunci kita di kamar karena kita melakukan kesalahan. Nah, begitu pun anak kita.
Sebagai perbandingan, kalau kita punya atasan yang terbuka, selalu memberi dukungan pada ide-ide kita, menstimulasi kita untuk mencari solusi permasalahan yang terjadi, kita pasti lebih suka, kan? Begitu pula dengan anak kita. Bagi anak, orangtua adalah atasan di rumah, figur yang harus dia turuti. Namun seperti halnya karyawan, anak akan berkembang menjadi pribadi yang positif jika orangtuanya juga selalu memberinya contoh sikap-sikap yang positif.
Contoh sederhana, saat anak kita memecahkan kaca jendela, alih-alih menghukumnya (sebagai sikap negatif), lebih baik membantunya mencari solusi bagaimana memperbaiki jendela yang pecah. Bisa dimulai dengan membersihkan pecahan kaca, mengingatkannya untuk meminta maaf, menutup sementara jendela yang pecah dan mengajaknya patungan dari uang tabungan (jika ada) untuk membayar biaya penggantian kaca.
Di mana efektifnya?
Positive parenting atau positive discipline, lebih luas adalah pola pengasuhan yang dilakukan secara suportif, konstruktif, dan menyenangkan. Suportif artinya memberi perlakuan yang mendukung perkembangan anak, konstruktif artinya bersikap positif dengan menghindari kekerasan atau hukuman, serta dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Kita tidak mengajarkan anak disiplin dengan memberinya hukuman, tapi kita mengajarkan disiplin dengan cara memberitahunya mana perilaku yang salah dan mana yang benar.
Manfaatnya juga bagi orangtua…
Seperti yang dilansir Aha!Parenting.com, pendekatan dengan cara yang positif, seperti berbicara dengan lembut, membiasakan diri bertukar cerita, menyediakan time alone bersama anak, akan mendorong anak untuk mengubah sikapnya. Anak juga belajar mengendalikan emosi, bersikap terbuka dan ini bisa menjadi salah satu cara dari sekian banyak cara untuk meningkatkan rasa percaya diri si kecil karena dia tidak pernah dipermalukan.
Bagi orangtua, pola asuh yang positif juga lebih menenangkan dan melegakan. Saya sendiri merasa lebih rileks dan tenang dengan pola asuh ini. Kalau si kecil tidak mau mendengarkan, alih-alih berteriak agar dia memperhatikan saya, saya akan mendekat, berbicara lebih jelas, dengan menambahkan opsi “jika tidak dilakukan” dan “jika dilakukan”. Lalu, puff! Dia langsung menuruti permintaan saya. Ah, lega rasanya karena tidak perlu merasa bersalah akibat harus tarik otot dengan si kecil.