Sampai saat ini preeklampsia menjadi salah satu penyebab terbesar kematian ibu saat melahirkan. Oleh karena itulah, semua ibu hamil perlu mewaspadainya sedini mungkin.
Beberapa waktu lalu tanpa sengaja saya mampir di thread Mommies Daily yang membahas soal preeklampsia. Berhubung saya ingin hamil lagi, rasanya informasi mengenai preeklampsia harus saya baca-baca lagi. Walaupun kehamilan pertama saya berjalan mulus-mulus saja, nggak ada salahnya untuk lebih waspada kan?
Ah, saya jadi ingat dengan salah satu cerita teman yang mengalami preeklampsia saat mengandung anak pertamanya. Begitu mau hamil lagi, ia pun sangat khawatir kalau kondisi ini bisa terulang. Sepengetahuan saya, salah satu langkah terbaik menjauhkan preeklampsia adalah dengan rajin kontrol ke dokter. Dengan begitu, tekanan darah serta kandungan protein dalam urine bisa diketahui dengan pasti.
Untuk memuaskan dan menjawab rasa keingintahuan saya mengenai preeklampsia, saya pun akhirnya bertanya pada dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG, dari Rumah Sakit Pondok Indah. Berikut kutipan wawancara saya.
Apa yang dimaksud dengan preeklampsia?
Preeklampsia merupakan salah satu sindrom, kumpulan gejala yang terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Preeklampsia ini timbul dari berbagai keluhan seperti hipertensi. Jadi preeklampsia bisa dibilang sebagai suatu sindrom atau penyakit yang spektrumnya bisa ringan sampai berat. Kalau hanya hipertensi saja bisa dibilang ringan tapi kalau kadar proteinnya tinggi harus diwaspadai. Perempuan preeklampsia akan mengalami gejala penyakit di daerah di mana pembuluh darah saling menjepit. Preeklampsia juga dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang berakibat pada tekanan darah tinggi. Di mana tekanan darah tinggi ini biasanya di atas 130/90, normalnya 120/80.
Apa saja penyebabnya?
Penyebabnya sampai sekarang secara pasti masih belum diketahui, masih misteri. Tapi banyak orang yang menghubungkan dengan kegagalan implatansi plasenta. Pada kondisi preeklampsia memang terjadi gangguan pada pembuluh darah plasenta sehingga menimbulkan respon peradangan atau implamasi. Bisa dibilang preeklampsia merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan plasenta.
Siapa saja yang berisiko mengalami preeklamsia?
Biasanya peremuan yang hamil di atas 35 tahun ke atas berisiko mengalami preeklampsia, karena berbagai penyakit mulai banyak timbul seperti hipertensi, ada faktor riwayat keluarga, kehamilan anak yang sudah banyak seperti anak ke-4 atau-5. Atau pada pasien yang sudah punya penyakit lain seperti asma atau paru, serta kehamilan multiple juga berpotensi mengalami preeklampsia.
Ada gejalanya nggak, sih, dok?
Bisa tanpa gejala, ya. Spektrum yang paling berat adalah kalau si ibu mengalami kejang hingga tidak sadar, ini yang harus dicegah. Tujuannya adalah menyelamatkan ibu jangan sampai terjadi keburukan.
Bagaimana penanganannya? Ada terapi yang bisa dilakukan?
Saat terjadi kita harus cepat menanganinya. Memang ada beberapa obat yang sudah bisa diberikan mencegah preeklampsia, tapi tampaknya belum bisa mencegah 100 %. Prinsipnya adalah harus mendeteksi sedini mungkin sehingga saat itu terjadi, mobilitas ibu tetap baik, keluhan tidak semakin berat dan anak bisa diselamatkan. Ketika hamil, sangat perlu makan sayur dah buah untuk antioksidan.
Penyebabnya ya karena kehamilan, karena penyakit ini baru akan hadir karena kehamilan karena adanya kelainan pada plasenta. Untuk mencegahnya sampai sekarang memang belum ada terapi untuk mencegah. Tapi untuk terapi definitif, ya, harus melahirkan bayinya. Ketika tekanan darah sudah amat tinggi, misalnya sampai 170 atau 200, satu-satunya tindakan adalah segera mengeluarkan janin, agar tekanan darah ibu kembali normal. Secara medis, memang penting untuk menyelamatkan keduanya. Namun, kalau tidak bisa, yang diutamakan adalah keselamatan ibunya. Kalau bayinya sudah dilahirkan, preeklampsia ini 99% sembuh, tapi ada juga yang mengalami hipertensi yang kronis.
Mendengar penjelasan dokter kandungan yang juga berpraktik di Klinik Dr. Sander B, Daya Medika ini, saya jadi tambah yakin saat sedang hamil kita memang tidak boleh menyepelekan untuk kontrol secara rutin ke dokter kandungan. Karena kematian yang disebabkan preeklampsia pada umumnya terjadi akibat keterlambatan penanganan serta ketidaktahuan.