Lakukan 8 hal ini dalam menghadapi anak Anda yang beranjak remaja. Agar menghindari stres dan lebih bahagia menjadi orangtua.
Gambar dari www.bobmccoskrie.com
Di sini ada yang memiliki anak yang beranjak remaja, dan tengah pusing menghadapi tingkah pola mereka? Saya sendiri suka deg-degan sendiri mendengar curhatan teman-teman yang ada di situasi tesebut. Tapi juga sekaligus menjadi langkah antisipasi – misalnya teman sekantor saya bernama Santi Siera, Managing Editor Female Daily memiliki trik rajin kencan dengan anaknya untuk membangun kedekatan dengan mereka. Misalnya nge-gym bareng dan kencan di cafe favorit mereka – noted!
Adisty, Editor MD juga pernah membahas tentang 3 tantangan anak pra-remaja dan cara menghadapinya, di artikel itu dijelaskan bahwa masa pubertas anak perempuan akan terjadi pada usia 9 hingga 11 tahun. Sementara untuk anak laki-laki akan terjadi ketika mereka berusia 11 hingga 13 tahun. Dan terkadang menurut Vera Itabiliana seorang Psikolog anak dan keluarga di artikel itu pada masa-masa peralihan dari anak menjadi remaja – terjadi perubahan emosi. Perubahan emosi bisa berupa ngotot dan membantah kepada orangtuanya. Hingga akhirnya berpotensi menimbulkan beda pendapat anak dan orangtua. Dan akhinya anak akan mencari situasi yang lebih nyaman di luar rumah. Duuuh, jangan sampai terjadi ya Mommies kepada anak-anak kita.
Biasanya sih, jika saya ingat-ingat masa-masa memasuki remaja dahulu. Pada tataran usia tersebut, anak biasanya tidak suka di kekang – untuk itu sebagai orangtua tidak ada salahnya kita sedikit longgar dengan anak-anak, dan “menyerah” pada 8 keadaan untuk menghindari stres dan bisa lebih bahagia sebagai orangtua. Apa saja 8 hal itu?
Ilmu parenting semakin hari semakin banyak macamnya, jangan terpaku pada hal-hal atau aturan yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan. Nikmati saja alurnya, misalnya tidak ada salahnya sesekali mengizinkan anak laki-laki Anda pulang agak malam, dengan catatan sudah ada kesepakatan dengan Anda sebelumnya. Boleh pulang jam 10 asalkan, Anda sebagai orangtua tahu kemana dan dengan siapa mereka pergi. Atau bisa juga Mommies dan pasangan ikut hang out bareng dengan mereka? Jadi Anda pun masih punya kesempatan menikmati momen-momen berharga dengan si kakak.
Bounding atau ikatan Antara orangtua dan anak memang sangat penting, namun jangan sampai malah terkesan menjadi mengontrol mereka. Posisikan diri kita sebagai penasihat mereka bukan sebagai atasan, dengan keadaan ini mereka akan bisa lebih menerima nasihat atau saran dari orangtua. Tanpa membuat keduanya frustasi karena anak merasa dikontrol dan Anda merasa kehilangan kekuatan untuk mengontrol.
Meski sebagai orangtua juga memiliki hak penuh membuat keputusan dalam situasi tertentu, tapi perlu diingat ya Mommies, jangan lupa libatkan anak untuk membuat keputusan tersebut. Hal ini akan menolong dia untuk belajar bagaimana menghasilkan keputusan yang tepat untuk masa depannya kelak.
Menyerah untuk tidak lagi menyebut nama anak dan menyalahkannya saat Anda sedang kecewa. Hal ini hanya akan membuatnya tidak nyaman untuk terbuka dengan Anda. Dan berpotensi meluruhkan kepercayaan antara anak dan orangtua.
Tidak ada salahnya mengerjakan segala sesuatunya dengan sempurna, tapi jika terjadi kesalahan mari belajar untuk menerimanya dengan legowo. Artinya sebagai orangtua juga wajar jika pernah melakukan kesalahan, dari situlah kita bisa belajar banyak hal, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih baik.
Ada 4 hal lainnya yang bisa Anda lakukan untuk jadi orangtua yang lebih happy!
Kecemasan berlebih biasanya tidak akan menghasilkan apa-apa, kecuali berujung pada kecemasan itu sendiri. Iya sih, Mommies – beberapa kali saya membuktikan hal ini. Kecemasan berlebih hanya akan membuat anak Anda tidak lebih aman atau bahagia. Hal ini justru akan akan berbahaya untuk remaja, karena akan mengajarkan mereka hidup dalam ketakutan. Jadi, jangan “jebak” anak Mommies dalam ketakutan-ketakutan Anda sendiri.
Aturan standar pada ilmu pola asuh yang berlaku belum tentu bisa diterapkan pada semua anak, karena setiap anak berbeda dan unik. Selain itu, menerapkan aturan standar juga tergantuang pada situasi yang dihadapi. Satu aturan belum tentu cocok diterapkan bagi semua orangtua. Cari referensi cara lain yang nyaman dan sesuai dengan karakter atau gaya parenting Anda. Jangan hanya karena standar baku tertentu Anda mengorbankan kenyamanan anak dan diri Anda sendiri.
Jangan sepelekan kebutuhan dasar Anda loh, Mommies. Di balik kesibukan harian Anda, coba deh santai sejenak dengan melakukan me time – misalnya nih kalau cara saya seminggu sekali menyediakan satu hari untuk bertemu dengan sahabat-sahabat saya untuk ngopi bareng. Hal-hal ini semacam ini secara tidak langsung akan mengajarkan kepada anak, ketika dewasa nanti, sudah selayaknya mereka menghargai diri sendiri.
Sadar nggak sih Mommies, ada banyak kalimat atau pesan negatif yang berulang kali dilontarkan anak remaja, seperti, “kamu itu terlalu banyak main video game”, “kamu itu jadi orang terlalu pendiam, “Kaaa kamu kok bawel banget sih?” dan sebagainya.
Ganti kalimat-kalimat tadi dengan sesuatu yang positif, contohnya “Hai, Kak! Kamu jago deh main game Call of Duty, ajarin Mama dong sayang!”, atau “Kamu itu pendengar loh baik loh kak, terima kasih ya.”
Poinnya utamanya, lepaskan segala hal yang membuat Mommies tidak bahagia. Biarkan diri Anda menikmati gaya parenting ala diri Mommies sendiri, karena jika Mommies enjoy dan bahagia, anak Anda juga akan bahagia.
Artikel ini diadaptasi dari situs: www.wholisticfitliving.com