Ditulis oleh: Nayu Novita
Ada hal-hal yang wajib diketahui suami tentang proses melahirkan supaya kehadirannya nggak malah menjadi penghambat proses melahirkan.
Mendekati waktu persalinan, saya bolak balik bertanya ke suami, apakah dia siap menjadi menemani saya selama proses melahirkan? Bukan apa-apa, saya hanya nggak mau kalau saat saya senewen ternyata dia malah lebih senewen dibanding saya. Saya berharap dengan kehadirannya membuat saya lebih tenang, setuju kan moms! Jadilah saya sibuk ‘menyiapkan’ suami dan dia pun sibuk mencari tahu apa yang akan kami hadapi saat proses melahirkan terjadi. Dan, ini sedikit bocoran untuk para suami yang juga sedang menanti istri tercinta melahirkan.
1. Jangan remehkan “peringatan palsu”.
Menurut penelitian, mayoritas ibu hamil akan mengalami kontraksi palsu alias Braxton Hicks pada usia kehamilan minggu terakhir. Jadi kalau Anda sudah ngepot mengemudi dari kantor menuju rumah dan membawa istri Anda ke rumah sakit, ternyata itu hanya kontraksi palsu, jangan langsung pasang wajah cemberut ya. Kasih aja senyum manis. Ungkapan “Silence is golden” berlaku dalam banyak hal di dunia. Ini adalah salah satu di antaranya.
2. Biarkan ia meremas tangan Anda.
Untuk meredam nyeri kontraksi, pada umumnya ibu hamil akan meremas (atau mencengkeram atau mencakar atau mencubit) tangan (atau lengan, atau bahu, atau bagian tubuh mana saja yang bisa diraihnya) suaminya sambil berharap rasa sakit yang dirasakannya itu segera berakhir atau bisa tersalurkan ke luar. Jika ini yang Anda alami, jangan sekali-sekali memprotes istri dan menghindar darinya. Sekadar lecet atau memar saja belum sebanding dengan hebatnya nyeri kontraksi yang dirasakan oleh istri Anda. So, be a man and deal with it!
3. Selalu ada peluang untuk epidural.
Rasa sakit akibat kontraksi terkadang tidak tertahankan oleh calon ibu, sehingga dalam menjalani proses persalinan mereka akan meminta pemberian obat bius setempat alias epidural. Jika ini yang diminta istri Anda, segera temui dokter dan utarakan keinginan tersebut—meski tidak sejalan dengan rencana semula.
4. Taati perintah dokter.
Kemungkinan, saat berada di dalam ruang bersalin nanti, dokter atau bidan akan meminta bantuan Anda untuk memegangi kaki istri selama proses persalinan. Tak perduli berapa lama proses ini berlangsung, jangan sekali-sekali mengeluh capek atau pegal kepada dokter ataupun istri Anda. Pokoknya, jangan, deh!
5. Jangan marah meski dimaki-maki.
Tergantung tipenya, terkadang calon ibu yang sedang menjalani detik-detik persalinan akan kehilangan kendali atas perkataannya dan mulai melancarkan makian kepada sang suami serta menyalahkannya habis-habisan atas “penderitaan” yang dialaminya saat itu. Kalau ini yang Anda alami, jangan sekali-sekali ikutan marah apalagi balas memaki. Percaya deh, setelah momen persalinan berlalu, istri Anda tidak akan ingat sebagian besar dari kata-kata yang dilontarkannya selama bersalin.
Jangan berharap bayi Anda langsung lucu menggemaskan seperti yang ada di iklan atau film. Apa maksudnya?
6. Bersiap hadapi pemandangan mengejutkan.
Jika rumah sakit tempat istri Anda bersalin mengizinkan sang suami ikut dalam ruang tindakan, maka Anda harus bersiap menyaksikan pemandangan yang mungkin tidak akan pernah Anda lihat sebelumnya. Jika merasa sudah tidak tahan, Anda bisa memalingkan pandangan ke lantai atau dinding ruangan untuk sementara, hingga semuanya berlalu. Sayang kan, kalau Anda memaksakan diri ingin melihat semuanya, namun justru pingsan pada saat-saat menjelang keluarnya si kecil.
7. Jangan kaget saat melihat bayi Anda.
Jangan bayangkan bayi Anda akan tampak imut-imut dan menggemaskan seperti bayi di iklan-iklan televisi ketika baru lahir. Sebaliknya, ia akan lebih mirip seperti ‘alien’, yang dipenuhi lapisan lendir dengan tubuh kisut dan kulit penuh lipatan. Tapi yakin deh, penampilan ajaib seperti itu tidak akan mengurangi cinta Anda padanya. Segera setelah dokter selesai membersihkan si kecil, Anda akan tak sabar mengagumi wajah lucunya.
8. Jangan cela penampilan istri.
Sebesar apa pun harapan Anda—dan harapan istri Anda, untuk melihat tubuhnya kembali seperti saat sebelum hamil, namun harapan tersebut tentu tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Besar kemungkinan, penampilan istri Anda begitu keluar dari rumah sakit masih mirip dengan ketika ia masuk dulu. Psst… jangan sekali-sekali mengatakan ini kepadanya kalau tidak mau disuguhi muka masam selama sebulan penuh!
9. Pastikan semuanya lancar.
Setelah melalui saat-saat persalinan yang melelahkan, manjakan istri Anda dengan cara memastikan prosedur keluar dari rumah sakit berjalan lancar. Artinya, lengkapi semua dokumen yang dibutuhkan untuk membuat akta kelahiran dan untuk pembuatan surat keluar dari rumah sakit, pastikan carseat sudah terpasang dengan benar, mobil penjemput sudah dibersihkan dan bensin terisi penuh.
10. Tarik napas panjang dan tenangkan hati.
Setelah meninggalkan rumah sakit, maka tanggung jawab untuk merawat si kecil sudah berada di tangan Anda dan istri sepenuhnya. Terkadang kesadaran akan hal ini akan membuat seorang ayah merasa panik dan gugup pada saat membawa anak dan istrinya pulang ke rumah. Tapi tenang saja. Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan. Percayalah bahwa Anda akan mampu menjalani peran sebagai seorang ayah dan suami dengan sebaik-baiknya.