Merasa kesulitan mengajarkan anak membaca? Atau si kecil tampak tidak suka membaca? Jika begini, apa yang harus dilakukan, ya?
"Duh, anak gue paling susah deh disuruh baca..."
"Kenapa, ya, anak gue sepertinya nggak tertarik dengan buku-buku?"
"Sebenarnya bagaimana, sih, cara kita mengajarkan anak membaca?"
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering kali dilontarkan oleh kaum orangtua. Paling nggak, saya kerap mendengar beberapa teman yang mengeluh soal ini. Apakah di antara Mommies yang yang mengalami hal serupa? Kebetulan belum lama ini kami mengadakan acara MD Lunch bersama Reading Is Fun dengan tema 'How to Raise Readers?'. Lewat acara ini saya mendapatkan insight yang menarik dan penting untuk kita ketahui.
Sebenarnya, agak menyedihkan, ya, kalau ingat tingkat kemampuan dan kemauan masyarakat untuk membaca di Indonesia sampai sekarang ini masih terbilang rendah. Berdasarkan beberapa sumber, salah satunya menurut Indeks Pembangunan Pendidikan UNESCO, Indonesia berada pada urutan ke-69 dari 127 negara.
Tapi saya sendiri yakin, kalau semua orangtua sebenarnya punya keinginan kalau anak-anaknya bisa mencintai buku. Menikmati dan mendapatkan banyak pelajarann lewat lembaran cerita yang dia baca dalam buku. Saya dan suami pun punya keinginan seperti itu. Makanya sejak dulu kami kami sudah Membiasakan Bumi untuk akrab dengan buku. Langkah pertama yang bisa kami lakukan adalah dengan menjadikan membaca buku menjadi sebuah kebiasaan. Untuk itu sejak Bumi masih bayi, membaca buku pun menjadi sebuah ritual yang harus dilakukan sebelum tidur. Syukurnya kebiasaan ini pun berlanjut sampai sekarang. Untuk memancing kegemarannya akan membaca, saya pun setiap bulan selalu memberikan jatah membelikan satu buku baru untuk Bumi.
Sebenarnya ada banyak cara untuk membuat anak-anak kita bisa merasa senang untuk membaca, bahkan menganggap membaca jadi sebuah kegiatan yang menyenangkan layaknya bermain. Pertama, penting bagi kita saat membacakan buku menggunakan suara yang jelas dan keras. Maksudnya, tapi tanpa perlu teriak, lho, ya. Ketika kita membacakan buku dengan suara yang jelas, secara otomatis pendengaran anak pun bisa terasah. Reading aloud mampu memaksimalkan panca indera anak-anak. Jadi, manfaatnya nggak cuma bonding antara anak dan orangtua saja, ya.
Lalu, penting juga bagi kita untuk menggunakan intonasi suara yang berbeda, menggunakan mimik bahkan gerakan yang disesuaikan dengan karakter dalam buku yang sedang kita baca. Di samping itu, ekspresi anda emosi yang ingin disampaikan dalam cerita yang sedang kita bacakan. Umh, bisa kebayang, ya, bagaimana rasanya apabila kita membacakan buku cerita dengan cara yang datar? Bukannya tertarik, anak malah bisa merasa bosan.
Untuk membuat anak tertarik membaca juga tidak terbatas dengan membacakan buku cerita. Media lain seperti koran, majalah, atau bahkan kotak susu atau serial bisa kita manfaatkan. Kuncinya, sih, kita sebagai orangtua memang dituntut untuk bisa lebih kreatif.
Selain membaca dengan suara yang jelas dan kencang, ada hal lain yang perlu kita perhatikan. Mulai dengan memilih cerita yang menarik untuk anak. Dalam hal ini, biarkan mereka sendiri yang memilih buku sesuai selera mereka. Bila perlu, sebelum membacakan ceritanya pada anak, latihan lebih dulu sehingga kita bisa tahu bagaimana mengekspresikan cerita tersebut. Bagaimana cara membuat gesture, suara dan gerakan yang tepat sesuai dengan cerita tersebut. Jangan lupa ajukan pertanyaan pada anak untuk mengetahui tanggapannya. Soal pesan moral, tidak perlu diajukan langsung. Biarkan anak menikmati lebih dulu.
Saya sendiri sangat percaya kalau anak kita belajar dengan cara melihat. Mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Banyak penelitian yang menyebutkan kalau anak yang sudah terbiasa dibacakan cerita oleh orangtuanya akan menimbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Mereka pun akan tumbuh jadi anak yang gemar membaca.