Ditulis oleh: Nina Samidi
Hampir setiap ibu bekerja yang berada dalam masa menyusui mengalami tantangan tersendiri untuk menghasilkan ASI. Anda juga? Ini dia lima tantangan yang paling sering dialami.
Tidak ada ruang menyusui
Meski setiap tempat kerja diwajibkan menyediakan ruang menyusui (untuk memompa ASI) bagi karyawan perempuan yang masih dalam masa menyusui, bukan rahasia lagi kalau sebagian besar kantor di Indonesia belum menyediakan ruang menyusui (demikian juga di kantor saya, hehehe). Nggak jarang ruang menyusui yang ada pun kondisinya memprihatinkan dan membuat kita nggak semangat untuk memerah ASI. Siapa juga yang mau memerah ASI berbarengan dengan tumpukan kardus berdebu atau bahkan menyatu dengan dapur kantor. Makanya saya iri melihat kantor-kantor yang ruang menyusuinya itu keren dan nyaman.
Nah ternyata nih, sebenarnya kita boleh lho untuk meminta kantor tempat kita bekerja untuk penyediaan ruang menyusui. Undang-undang Kesehatan tahun 2009 telah mengatur pemberian ASI, termasuk di tempat kerja. Di pasal 200 dan 201 UU ini disebutkan bahwa tempat kerja yang tidak menyediakan ruang menyusui atau menghalang-halangi karyawan perempuan memompa ASI akan mendapat sanksi, mulai dari denda uang sampai pencabutan izin usaha. Ya ngomong aja baik-baik, jangan juga tiba-tiba merengsek masuk ke ruangan bos sambil mengacungkan lembar fotocopy-an UU.
*Gambar dari sini
Rekan kerja tidak mendukung
Saat baru melahirkan anak kedua, rekan kerja saya dulu hampir semua laki-laki. Rata-rata mereka (terutama yang belum punya anak) susah banget untuk mengerti betapa maha pentingnya bagi saya menyediakan waktu untuk memerah ASI. Buat mereka, waktu 30 – 60 menit sehari untuk memompa ASI seperti sengaja membuang waktu dan kesannya saya sengaja lama-lamain proses memerah. Untung bos saya (meski dia juga laki-laki) mengerti kebutuhan saya. Karena itu, setiap rekan kerja rewel karena saya lama berada di ruang menyusui, saya bilang aja kalau saya didukung atasan. Tapi, saya juga konsisten menyelesaikan tugas meski waktu saya terpotong untuk memompa ASI, lama-lama mereka mengerti bahwa saya tetap memegang komitmen pada pekerjaan dan kemudian mengerti mengapa saya berusaha keras untuk tetap menghasilkan ASI di waktu kerja.
Atasan yang tidak kooperatif
Tapi bagaimana kalau bos kita sendiri tidak mendukung kita menghasilkan ASI selama jam kerja? Untungnya saya belum pernah ngalamin hal ini. So far atasan saya sangat kooperatif. Buat mommies yang apes dapat atasan nggak asik, coba deh bicarakan dengan sopan dan pribadi alias empat mata. Sampaikan padanya bahwa negara pun mendukung dan mengapa ASI sangat penting untuk setiap bayi. Tunjukkan padanya bahwa Anda tetap seorang profesional yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sekali waktu, tunjukkan kebanggaan Anda saat menghasilkan banyak ASI serta betapa Anda mengapresiasi dan berterima kasih padanya yang telah memberi kesempatan untuk memompa ASI setiap hari. Kasih tahu juga artikel di Mommies Daily yang menunjukkan bahwa dukungan perusahaan terhadap ibu hamil dan menyusui tak hanya bagus untuk ibu tapi juga perusahaan itu, bahkan negara.
Jam kerja yang tidak bersahabat
Saya dulu sempat stres karena banyaknya jadwal meeting setiap hari sehingga seakan tidak ada lagi waktu untuk memompa ASI di kantor. Tapi kalau ingat bahwa ASI saya akan berkurang jika saya mengurangi kegiatan memompa, sedih rasanya. Namun kemudian saya menceritakan hal ini pada seorang rekan kerja, lalu apa yang dia katakan? “Lho, kamu izin saja kalau memang harus pumping. Kami semua ngerti, kok.” Nah, ternyata kita cuma butuh sedikit terbuka dengan rekan kerja. Setelah itu, jam-jam meeting pun disesuaikan dengan kemampuan saya. Senangnya!
Jalanan yang macet
Kedengarannya sepele. Tapi kalau jalanan macet sementara payudara rasanya sudah keras sekali minta dipompa, ya pompa saja. Parkirlah sebentar di suatu tempat jika Anda menyetir kendaraan sendiri. Jika Anda bersama sopir atau naik taksi, pumping tetap bisa Anda lakukan di bangku belakang. Come on, Moms, tidak usah malu menyusui atau memerah ASI di depan umum! Pilih malu atau si bayi tidak mendapat cukup ASI? Nah, lengkapi diri dengan apron penutup supaya Anda (dan supir) lebih nyaman. Gunakan pompa elektrik dengan baterai supaya pumping lebih cepat. Lain lagi jika Anda naik kendaraan umum. Pastikan dulu payudara sudah kosong sebelum perjalanan pulang. Jadi, pompalah tepat sebelum pulang dengan asumsi bahwa Anda bisa saja terkena macet di jalan.
Semangat untuk para working mothers yang berjuang untuk tetap memberikan ASI untuk si kecil.