Anak Ikut Ekskul? Perhatikan Ini Demi Keselamatannya

Activity & Destination

fiaindriokusumo・05 Oct 2015

detail-thumb

Keselamatan anak di luar rumah menjadi tantangan tersendiri untuk orangtua saat ini. Ada tanggung jawab yang harus saya lakukan sebelum memberi lampu hijau ketika anak ingin beraktivitas di luar rumah atau jam sekolah.

Riska pernah bercerita mengenai kekhawatirannya sebagai ibu saat harus kembali bekerja, dan jujur saya setuju banget dengan semua poin yang dia tuliskan. Salah satu concern utama saya adalah faktor keselamatan anak-anak ketika saya sedang tidak berada di dekat mereka saat saya bekerja.

Waktu anak-anak masih kecil, urusan keselamatan paling ‘hanya’ memastikan rumah aman untuk anak-anak, memastikan mereka dipegang oleh tangan yang tepat ketika saya bekerja, memastikan asupan makanan dibuat sesuai dengan arahan si buku resep yang katanya bergizi. Kekhawatiran semakin bertambah saat anak-anak semakin besar, masuk sekolah dan mulai banyak kegiatan di luar sekolah alias ekstrakurikuler.

IMG_1492

Jadi, saat masuk SD, kedua anak saya mulai semangat mengikuti berbagai macam kegiatan di luar sekolah. Mulai dari les bahasa Inggris, Robotic, Aikido, Taekwondo, berenang sampai les musik. Di luar urusan bayar-membayar yang nggak terlalu saya sukai, ada printilan lain yang biasanya selalu saya lakukan sebelum memberi lampu hijau untuk mereka mengikuti kegiatan di luar sekolah. Printilan untuk menjamin keamanan anak-anak ketika mengikuti kegiatan tersebut.

  • Lihat waktunya
  • Penting melihat jam berapa kegiatan tersebut dilakukan. Dari sini saya jadi tahu kira-kira akan ada siapa di sekolah. Apakah sudah terlalu sepi, terlalu malam atau terlalu pagi.

  • Siapa yang mendampingi atau mengajar
  • Saya harus memastikan kualitas guru pendamping atau pengajar yang akan mengajar anak-anak saya. Apakah memang bisa dipercaya. Saat anak-anak ikut Robotic di sekolah, saya cek siapa yang mengajar mereka. Ternyata tim dari Robotic langsung. Kalau begini kan, saya jadi yakin dengan kualitas gurunya.

  • Berapa perbandingan antara jumlah pelatih dan murid
  • Waktu itu anak saya ingin ikut ekskul Biola. Ternyata ketika saya cek, yang melatih biola hanya satu dan yang ikut seluruh kelas 1 hingga kelas 6. Dan di jam yang sama. Kebayang nggak akan seriweh apa dan berani taruhan kalau murid pun juga akan sulit berkonsentrasi dan sulit menyerap ilmu yang diajarkan. Guru pun jadi nggak bisa fokus mengajar karena terlalu banyak murid yang harus diperhatikan. Apalagi kalau kegiatannya yang cukup riskan faktor keselamatannya, seperti berenang.

  • Perhatikan gaya mengajar dan berkenalan dengan pelatihnya
  • Yang ini memang cukup menyita waktu sih, karena berarti saya harus meluangkan waktu melihat ketika kegiatan ini berlangsung, bahkan sebelum anak saya ikut. Karena dengan melihat gaya si guru mengajar, saya jadi  bisa menilai apakah memang anak saya akan happy ikut ekskul ini. Buat apa mereka ikut kalau ternyata malah stress karena gurunya super galak. Saya juga biasanya suka sok kenal sok dekat dengan calon gurunya. Biasanya dari ngobrol-ngobrol ini bisa kelihatan tuh, si guru beneran pintar atau enggak, hehehe.

  • Titip sesama mommies
  • Nah, ini pentingnya mengenal sesama orangtua dari kelas yang sama dengan anak kita. Dan saya berterimakasih dengan hadirnya grup whatsapp yang memudahkan komunikasi antara orangtua semudah menjentikkan jari (kecuali kalau sambungan internet lagi dodol :p). Balik lagi dengan problem saya sebagai ibu bekerja yang nggak bisa selalu mendampingi anak-anak, hal paling mudah adalah meminta bantuan kepada sesama ibu yang anaknya juga ikutan kegiatan yang sama dengan anak saya. Terimakasih bangetlah saya pada ibu-ibu jagoan ini yang senantiasa menemani anak-anaknya dan masih mau menerima permintaan bantuan dari saya, hiks.

    Jadi, siap melepas anak untuk mengikuti banyak ekskul mommies?