banner-detik
PARENTING & KIDS

Membahas Mengajarkan Kecerdasan Emosi dan Sosial Anak di #MDLunch

author

?author?18 Sep 2015

Membahas Mengajarkan Kecerdasan Emosi dan Sosial Anak di #MDLunch
Akhir Agustus lalu MD Lunch kembali hadir dengan tema “Bagaimana mengajarkan anak untuk memiliki kecerdasan emosi dan sosial?” Mari cek cerita selengkapnya.

MembahasMengajarkanKecerdasanEmosidanSosialAnakdi#MDLunch3

Mommies sudah tahu dong, ya. Setiap akhir bulan komunitas Mommies Daily akan berkumpul dan ngobrol santai mengenai tema yang sudah ditentukan. Nah, kali ini kami diberi kesempatan berkumpul di Q Smoke House, berbincang mengenai ilmu parenting sambil ditemani aneka hidangan spesial – hmmm....semuanya enak! Di awal acara kami diberikan pilihan minuman, kalau saya pilih Virgin Mojito isinya itu irisan jeruk sunkies dan strawberry, bulir jeruknya itu looh segaaaar banget. Selain disuguhi appetizers, main dish dan dessert dari Q Smoke House. Semua peserta MD Lunch beserta narasumber membawa pulang goodie bag dari Aubeau Cosmetics.

Okay...okay mari bergeser ke inti acara, nara sumber kami hari itu adalah Vera Itabiliana Hadiwidjojo Psikolog Anak dan Remaja menjabarkan mengingatkan kalau persoalan tumbuh kembanga anak bukan melulu tentang hidup sehat secara fisik, di sekolahnya berprestasi. Karna si kecil adalah makhluk sosial, sudah pasti segala hal yang akan dia hadapi akan bersinggungan dengan emosinya.

Vera membagi menjadi 5 tahapan tumbuh kembang anak:

P: Physical

I: Intelectual

L: Language+kognitif

E: Emotional

S: Social

Atau “PILES”, agar mudah diingat. Pada poin dua terakhir ini, bisa disatukan. Karena erat kaitannya bagaimana anak-anak berhubungan dengan orang-orang disekitarnya. Nah, hubungan itu tidak bisa terjadi dengan baik kalau secara emosional juga tidak baik. Contoh kasusnya seperti ini, ada anak yang selalu mendapatkan apa yang dia mau, begitu dia ada di sekolah dia akan berhadapan dengan aturan. Pada akhirnya akan ada benturan-benturan, antara kenyataan di rumah dengan di sekolah.

Di halaman berikutnya, ada beberapa contoh kasus yang bisa dijadikan pembelajaran

MembahasMengajarkanKecerdasanEmosidanSosialAnakdi#MDLunch4

Contohnya, anak usia 2 tahun, yang selama itu pula semua permintaannya dituruti. Itu butuh waktu yang panjang untuk memperbaiki tahapan kecerdasan emosi dan sosialnya “Saya selalu bilang ke orangtua pasien yang memiliki kasus serupa, kenyataan terburuk yang harus dihadapi – butuh dua tahun lagi untuk memperbaiki kecerdasaan emosi dan sosial dia. Dan yang paling penting adalah mengikuti tahapan perkembangan anak. Jadi misalnya, pada usia tertentu dia melakukan apa, ya itu yang fokus ditangani.” Jelas Vera.

Dalam contoh kasus lainnya pada saat usia dua tahun tantrum, nah itu perlakuannya harus tepat. Karena itu akan menentukan tumbuh kembangnya di kemudian hari. Menurut Vera, hindari langsung memberikan apa yang dia minta, karena itu sama saja “melestarikan” sifat tantrum tadi, dan akan dijadikan senjata untuk tuntutan berikutnya. Nah, kalau ini terbawa hingga dewasa, dan sudah bekerja dia akan menjadi pribadi yang senang menghindari dari masalah – itu adalah bentuk tantrum dewasa.

Di sela-sela obrolan Managing Editor Mommies Daily – Fibra T. Amukti yang akrab dengan sapaan Fia, melempar pertanyaan bahwa ada atau tidak hubungan antara zaman yang serba mudah ini juga bisa memengaruhi kecerdasan emosi dan sosial anak? Salah satu efeknya daya juang mereka jadi kurang, maunya segala sesuatu didapatkan dengan mudah saja.

Vera bilang, sebetulnya situasi saat ini juga turut mendukung, misalnya kalau mau makanan tinggal pilih jasa antar saja, makanan bisa hadir di rumah, semua serba bisa dan cepat. Anak juga terbiasa serba mudah dan cepat.  Semua itu terpulang kepada orangtuanya, mau jadi nanti si kecil 15 hingga 20 tahun kedepan ingin menjadi pribadi yang seperti apa – jadi kita runut lagi si kecil harus memiliki kemampuan apa saja, supaya tidak terpapar efek negatif dari zaman yang serba instan ini.

Mau tahu kiat mengajarkan anak memiliki kecerdasan emosi dan sosial? Cek di laman berikutnya

Selain itu, ada juga pertanyaan dari beberapa Mommies yang datang hari itu. Saya rangkum jawaban-jawaban dari persoalan yang kerap akan dan sedang dialami Mommies dalam mendidik si kecil, yang berhubungan dengan kecerdasaran emosi dan sosial si kecil.

Kiat supaya sukses mengajarkan si kecil mandi sendiri

  • Di awal dampingi dulu si kecil saat mandi, kasih dia pelatihan.
  • Beri tahu tahapan mandi, dimulai dari mana saja.
  • Lalu ingatkan lagi, sudahkah dia membasuh bagian-bagian tubuh tersebut.
  • Boleh saja mengecek, tapi jika harus ada yang ulang, harus si kecil yang melakukannya.
  • Awasi bagian yang sulit dia jangkau, agar tidak terlewat.
  • Tetap tentukan durasi berapa lama dia harus menyelesaikan ritual mandinya itu, karena jika sudah sekolah harus bisa mandi dengan cepat. Tapi tetap latihan saat akhir pekan.
  • Si kecil yang terlalu luwes bergaul, dengan orang asing dan cenderung cepat akrab

  • Rundingkan kode yang Mommies gunakan di tempat umum. Kode mana yang akan digunakan jika dia boleh diajak ngobrol seseorang atau sebaliknya.
  • Bahas persituasi. Misalnya di tempat pernikahan atau arisan keluarga.
  • Si kecil takut sama orang lain dan lingkungan baru

  • Mommies harap bersabar ya jika berada di tengah situasi ini, jangan ikut terpancing
  • Butuh pemanasan untuk si kecil beradaptasi dengan lingkungan barunya
  • Antisipasi, artinya membuat kesepakatan dari malam hari, beri gambaran yang detail mau ke mana dan bertemu siapa dia nanti. Anda bisa membantu dengan visualisasi, misalnya mau ke rumah Nenek, tunjukkan rumah ibu Anda beserta foto-foto orang-orang yang tinggal di rumah itu.
  • Supaya si kecil bisa tidur sendiri

    Menurut Mbak Vera, tidur sendiri ini adalah tahap pencapaian kemandirian paling akhir. Karena tahapan ini lumayan berat, jangan dibarengi dengan momen berat lainnya misalnya ketika dia masuk SD. Karena pada masa-masa itu anak harus menghadapi rangkaian beradaptasi dengan macam-macam aturan. Target si kecil harus sudah bisa tidur sendiri adalah saat mereka akan masuk SD.

    Terima kasih, Q Smoke House untuk rangkaian hidangan makan siangnya yang lezat, dan Aubeau Cosmetics atas goodie bag serta bingkisan cantik untuk narasumber kami.

    MembahasMengajarkanKecerdasanEmosidanSosialAnakdi#MDLunch

    MembahasMengajarkanKecerdasanEmosidanSosialAnakdi#MDLunch6

    MembahasMengajarkanKecerdasanEmosidanSosialAnakdi#MDLunch2

    Sampai jumpa di MD Lunch September Mommies :)

    PAGES:

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan