Adalah Aya Prasetyo seorang perempuan berdarah asli Jawa yang menjalankan usaha keluarga – Songolas Local Twist. Memanfaatkan sebagian area rumahnya seluas 3000m2 yang dipenuhi dengan pepohonan, aneka tumbuhan sayur mayur dan tumbuhan rambat untuk mendirikan tempat singgah dan restoran khusus vegetarian. Songolas sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti 19, sama persis seperti nomor rumah Aya. Kesan pertama kali datang ke sana, tak seperti ada di Jakarta loh Mommies, menenangkan dan fresh! Suatu saat nanti ia berharap dua anaknya Pranaja (6) dan Pradipta (4) bisa meneruskan usaha keluarganya ini. Simak cerita lengkapnya ya tentang Songolas berikut ini.
Ceritakan dong, Mbak asal muasal Songolas lahir?
Sebenarnya nama Songolas itu baru kita pakai di Maret tahun 2014, yang berarti 19 dalam bahasa Jawa. Tadinya kami menamakan tempat ini hanya rumah 19 saja. Tapi kayaknya kurang catchy. Selain itu kami juga bekerja sama dengan Burgreens, restoran yang berkonsep makanan sehat karena menawarkan menu yang terbuat dari bahan-bahan organik. Saya pikir harus membuat tempat ini menjadi suatu area yang mudah diingat orang – nah, itu kenapa sebabnya kami menamakannya Songolas. Itu dari segi penamaan.
Sementara dari gagasan yang lebih besar, awal terbentuknya area Songolas ini, karena dari kecil kami sudah lahir dan tinggal di sini. Nah, pas orangtua kami berpulang – kami merasa harus mengembangkan area tempat tinggal ini. Ayah saya dulu bekerja di dinas pertamanan, jadi otomatis Ibu juga suka tanaman. Awalnya dari mereka saya jatuh cinta dengan hal-hal yang berbau alam. Oh, iya, awalnya Kakak saya juga sempat membuka penyewaan tanaman, lalu usaha itu membutuhkan human resource yang lebih, dan itu agak susah tercapai, jadi kami mencari jalan lain supaya lahan ini bisa tetap dimanfaatkan tanpa menjualnya ke orang lain. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak membuang pohon-pohon dari usaha Kakak saya itu – kami membangun semacam kost-kostan – intinya kami nggak mau menebang pohon-pohon yang sudah ada. Kami pun sepakat untuk membuat residence dengan konsep: orang tetap bisa menikmati udara luar, jadi semua kamar yang kami buat mempunyai jendela. Yang membedakan kost kami dengan yang lain adalah, begitu penghuninya membuka pintu atau jendela mereka bisa menikmati pemandangan pepohonan yang rindang. Dan, kami tidak memaksakan jumlah kamar harus sekian, atau harus berapa lantai, singkatnya kamilah yang menyesuaikan dengan alam sekitar. Karena itu, kamar yang terbangun hanya 19 di atas area 3000m2
Di website Songolas, tertulis: “Songolas Local Twits”, tolong jelaskan Mbak artinya apa?
Kami inginnya masih ada unsur lokal, tidak semua berbau modern. Tapi bagaimana mengemas itu semua menjadi lokal, seperti Burgreens itu. Misalnya mereka mengeluarkan produk makanan, Karedok ala vegan tapi diracik sehingga bercita rasa western – itu namanya local twist. Kami inginnya di setiap elemen Songolas harus ada unsur lokal.
Apa saja yang Mommies bisa temui di Songolas? Cari tahu di halaman selanjutnya yuk Mommies.
Gambar dari sini
Di Songolas ini ada apa saja Mbak?
Pertama residence semacam kost-kostan, ada daily dan monthly. Kebanyakan dari mereka beralih yearly. Karena mungkin mereka merasa betah dan menganggap seperti tinggal di rumah sendiri. Kami di sini juga berusaha menjaga hubungan baik dengan para penghuni residence. Bukan seperti hubungan tenant, melainkan seperti teman. Mereka juga sesekali membantu Songolas jika ada event. Misalnya ada yang menjadi panitia. Kedua kami ada Burgreens, adalah sebuah restoran vegan, menu utama adalah burger – makanan di sana semuanya vegan. Burgreens beda kepemilikan dengan Songolas, tapi saya punya saham di situ. Chefnya adalah temannya keponakan saya. Kuliah di Belanda, back for good bersama pacar dan mereka langsung membuat Burgreens itu. Bisa di bilang nekat ya, dan ternyata berjalan dengan baik. Kami bantu dengan space yang ada di bagian depan Songolas, kami yang awalnya menawarkan. Konsep mereka vegan, kebetulan visi dengan kami sama, temanya organic lifestyle. Walau sebetulnya kami tidak 100% vegan, kami berusaha hidup sehat semaksimal mungkin, misalnya kami di sini punya kebun Songolas, intinya kami ingin membantu orang menerapkan hidup sehat. Karena hal-hal itu kami get a long dengan Burgreens.
Selain itu kami juga punya Legi 19, itu adalah produk saya sendiri, memang pada dasarnya saya suka gambar, latar belakang pendidikan saya graphic designer dari Trisakti. Jadi kami ingin recycle, kayu yang nggak terpakai lagi, atau kayu yang bekas maket, itu saya gunakan untuk bahan dasar postcard kayu. Saya buatnya menjadi postcard kayu, supaya orang itu nggak membuang kertas. Hal-hal yang saya kerjakan ini kebetulan juga berhubungan dengan konsep yang Songolas usung. Produk ini saya buat di atas talenan dan bisa digunakan sebagai homedecor.
Konsep besar kami adalah organic lifestyle, pokoknya kami berusaha menyehatkan orang-orang di sekeliling kami. Kami inginnya, orang balik lagi berkebun, menghidupi diri sendiri, bersyukur dengan apa yang sudah dipunya – jadi sifatnya bukan material things lagi. Kalau mau ke sini, boleh sambil kerja, makan makanan yang sehat, jadi jangan melenceng. Begitu keluar dari sini kami harapkan pengunjung sudah refresh. Hal ini menjadi bagian dari visi misi kami.
Tindakan nyata apa saja yang sudah Songolas lakukan untuk mencapai visi misi tersebut?
Kami membuat event yang berhubungan dengan semua visi misi itu, entah untuk Burgreens atau secara keseluruhan Songolas-nya. Nah, Songolas sebagai wadahnya, tempo hari kami berkolaborasi membut Pasar Pagam. Di acara itu Songolas menjual produk-produk unggulan kami, di antaranya adalah buah naga merah organik, kebunnya ada di Gunung Kidul. Acara itu jadi ajang kami promosi juga untuk produk unggulan kami itu, Burgreens juga berbuat hal yang sama. Prinsip Songolas mencari tenant-tenant yang mempunyai visi dan misi yang sama, melewati proses akurasi juga pastinya ya. Pasar ragam ini kami inginnya regular, selanjutnya mudah-mudah bisa diadakan di The Breeze BSD.
Siapa saja Mbak yang boleh bergabung dengan kegiatan Songolas, atau turut membantu?
Kalau tim inti memang hanya keluarga saja. Perwakilan dari Burgreens juga ada satu, tapi kami pun sudah menganggap dia sebagai keluarga. Kami sangat welcome untuk orang luar untuk membantu dalam hal apapun. Contohnya sebelum Pasar Ragam, kami punya acara “Peace Gathering” di November 2014, itu untuk ulang tahunnya Burgreens yang pertama. Nah, itu dibantu oleh salah satu penghuni residence kami. Mereka membantu kami dengan sukarela, tapi kami tetap profesional dengan memberikan mereka fee. Semangat kekeluargaan di tempat ini sangat kental.
Kami sempat mengadakan Yoga juga, namanya “Yoga Serambi”, hanya belakangan ini sempat vakum, mungkin karena promosi yang kurang maksimal kali ya. Imbasnya pesertanya on dan off gitu. Tapi akan kami adakan kembali, mengingat visi misi kami mau menyehatkan orang, kami ingin membuat Yoga for healing. Mudah-mudahan hal itu bisa tercapai di bulan Mei atau Juni, tahun ini.
Lewat Songolas Aya mempunyai impian, apa ya kira-kira? Temukan di halaman berikutnya
Impian Songolas?
Pada dasarnya kami tidak mimpi yang terlalu muluk-muluk. Keinginan kami bisa menyehatkan orang semaksimal yang bisa dilakukan, lewat kegiatan-kegiatan yang ke depannya lebih variatif. Misalnya meditasi, yang sifatnya healing lebih banyak, mungkin saja suatu saat nanti ada kelas berkebun dan workshop. Itu yang kami inginkan.
Menarik banget loh Mbak itu kelas berkebun...
Iya betul, tanpa disadari kita belanja di supermaret itu konsumtif banget, padahal kenyataannya kita bisa menanam di kebun sendiri, atau kalau tidak punya kebun bisa di pot. Walaupun kebun organik itu memang tergolong sulit untuk merealisasikannya. Kami juga masih menemukan kegagalan, baru-baru ini bayam kami tumbuhnya tidak sukses, justru malah pare yang berhasil di panen dalam jumlah yang lumayan besar. Kami sangat menikmati hasil panen sendiri dan bangga.
Hasil panennya dijual atau bagaimana?
Kami bagi-bagikan ke pegawai yang bekerja untuk Songolas, keluarga, penghuni residence. Kami tidak menjual hasil panen, kami berkebun untuk kepuasan batin. Kami juga punya beberapa pohon buah yang produktif berbuah, misalnya: rambutan, duren, mangga, jengkol, alpukat. Kalau ada yang berbuah kami bagikan ke penghuni residence.
5 kata yang menggambarkan Songolas?
Sehat, hijau, nyaman, sustainable dan kekeluargaan.
Ada juga tempat makan yang mengusung makanan sehat berbahan organik, penasaran? Langsung saja menuju laman berikutnya
Gambar dari sini
Burgreens yang ada di Songolas ini, mengusung alkaline diet. Bisa diceritakan nggak Mbak itu apa?
Semacam metode balancing diet, artinya jika kita sudah menurunkan berat badan tapi mau tetap stabil atau mau menurunkannya sedikit lagi. Alkaline pada dasarnya tidak menjanjikan akan menurunkan berat badan dalam jumlah tertentu, tapi sudah banyak kasus sukses menjalankan motode diet ini. Diet ini juga berfungsi sebagai detok, periodenya bisa satu dan dua minggu mengonsumsinya cateringnya. Nama Chef Burgreens adalah Max yang sudah mendapatkan sertifikat untuk hidangan row food dan bermitra dengan pasangannya Helga yang soon to his wife di tahun ini. Jadi Max ini yang me-maintain Alkaline diet ini.
Untuk Mbak Aya sendiri, gaya hidur go green sehari-hari seperti apa?
Membuang sampah tidak sembarangan, membakar sampah organik untuk dibuat pupuk, memisahkan sampah organik dan non organik, lalu kami juga masih menggunakan air tanah – air minum kami masak jadi kami nggak punya dispenser, bisa lebih hemat listrik kan berarti? Hahahaha. Membawa folding bag kemana-mana supaya nggak menggunakan kantong plastik, membeli barang yang terbuat dari bahan recycle. Oya, soal membuang sampah pada tempatnya ini saya paling concern, misalnya paling nggak banget deh tu buang sampah dari jendela mobil, lebih baik saya menaruh dulu sampah kertas parkir atau tol di dalam tas baru nanti dibuang pada tempatnya. Kebiasaan ini juga saya tularkan kepada orang-orang di sekeliling saya. Karena kalau bukan diri kita sendiri yang mulai siapa lagi?
Bagaimana mengajarkan hidup go green ini kepada dua anak Mbak?
Buang sampah pada tempatnya, menyiram tanaman. Sifatnya nggak saya paksakan, saya mau mereka berbuat kerena kesadaran diri sendiri supaya menjaga alam yang sudah ada di sekeliling mereka.
Suatu saat nanti ada rencana untuk mewariskan usaha keluarga ini ke mereka?
Inginnya begitu ya. Sejauh ini yang sudah dewasa adalah anak kakak saya. Nah, dia yang kami didik dari sekarang bahwa kita punya usaha keluarga loh. Ya kalau bisa usaha keluarga ini kami wariskan kepada keturunan kami. Karena menurut saya usaha ini bisa terus berjalan, nggak ada pensiunnya.
Untuk meng-upgrade pengetahuan yang berhubungan dengan usaha Mbak sendiri, sudah menempuh aja saja?
Saya ikut workshop berkebun dan sedang menjajaki kerjasama dengan perkebunan organik. Karena kami inginnya membuat kebun hidropinik sendiri – the real kebun. Karena kami masih butuh masukan-masukan dari para advance di bidang berkebun organik ini.
Bukti dukungan dari suami akan keberlangsungan usaha ini seperti apa Mbak?
Kebetulan dia suka masak, dia punya impian untuk makanan lokal twist juga. Suami saya juga berjualan di event-event. Dia berjualan es cincau dawet organik. Itu passionnya dia. Tanpa kami rencanakan, ternyata semua berjalan dengan visi misi Songolas.
Di halaman selanjutnya: pentingnya mengenalkan alam untuk tumbuh kembang anak. Aya membuktikannya!
Kalau menurut Mbak, pentingnya kehadiran alam ini untuk pertumbuhan anak apa?
Lebih mengenal akam sudah pasti ya. Mereka nggak kaget dengan kehadiran produk asli alam ini, misalnya kebun, dan kegiatan berkebunnya, bahkan berteman dengan soang, anjing, memegang rumput basah dan sebagainya. Dua anak saya juga nggak jijik sama tanah, pasir dan kegiatan alam lainnya yang cenderung bermain kotor tapi seseungguhnya bernilai edukasi cukup penting untuk tumbuh kembang mereka. Saya tuh mandiin anak-anak di kebun loh, saya siram pakai selang. Kenapa saya melakukan itu? Karena hal-hal semacam itu adalah bagian dari masa kecil mereka yang akan diingat sampai kapanpun. Waktu kecil saya juga melakukan hal yang serupa. Kalau saya sedang beraktivitas yang anak pertama saya lakukan adalah mengumpulkan daun dan membentuk huruf kanji dari dedaunan itu, kebetulan yang paling besar ini terobsesi segala sesuatu yang berbau Jepang. Pada akhirnya mereka juga nggak tertarik menonton televisi, mereka memilih main dengan benda-benda alam di sekitar mereka. Saat sedang proses kreatif mengerjakan proyek postcard kayu pun mereka dengan senang hati ikutan terlibat, karena semuanya manual tidak ada yang menggunakan mesin ya. Dan mereka sangat senang mengerjakannya.
Boleh berikan kiat sukses untuk perempuan-perempuan lain di luar sana yang ingin memulai bisnis serupa dengan Mbak Aya?
Menurut saya apapun usaha yang dilakukan harus dimulai dengan passion. Dan sejalan dengan visi misi diri sendiri, tanpa memungkiri ada kemungkinan faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak. Tapi kalau dengan passion dan mencintai yang kita kerjakan, semuanya menjadi mudah.
Songolas Local Twist ini bisa jadi destinasi menarik untuk si kecil dan keluarga, selain karena udara di sekitarnya yang masih segar, di tempat ini tidak menyediakan fasilitas wi fi, karena menyarankan para pengunjung bisa fokus berinteraksi dengan sesama.
Kalau Mommies ada yang tertarik berkunjung ke Songolas Local Twist, silahkan datang ke alamat ini ya:
Songolas Local Twist
Jalan Flamboyan, No: 19 Rempoa, Jakarta Selatan.
087825469311