banner-detik
MD POWERFUL PEOPLE

Motherhood Monday: Nadia Meutia – Potensi Bisnis MLM yang Menggiurkan

author

?author?20 Apr 2015

Motherhood Monday: Nadia Meutia – Potensi Bisnis MLM yang Menggiurkan
Siapa sangka, berkat bisnis MLM, ibu dua anak ini mampu terbebas dari lilitan hutang dan mendapat penghasilan dengan nominal yang fantastis.

IMG_0450

Successful people are not gifted; they just work hard, then succeed on purpose. – G.K Nelson

Quotes di atas saya pikir tepat untuk menggambarkan usaha gigih seorang perempuan bernama Nadia Meutia. Berawal dari keinginan terbebas dari lilitan utang dan membantu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya, Nadia ibu dari Haura (14) dan Khaira (10) mantap merintis bisnis Multilevel Marketing (MLM) Oriflame semenjak tahun 2005. Bisnis jenis ini memang kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, tapi fakta berbanding terbalik - dalam kurun waktu hampir 10 tahun ia berhasil mendapat reward berupa penghasilan dengan nominal yang fantastis. Selain itu juga ada sejumlah kendaraan mewah yang terparkir manis di rumahnya dan berbagai momen plesiran ke luar negeri bersama anak dan suami tercinta. Awal April lalu, Mommies Daily sempat berbincang dengan perempuan pecinta kopi dan kucing ini, kepada kami Nadia tak segan membagi kunci sukses dan perjalanan kariernya. Ingin tahu seperti apa? Silahkan disimak obrolan kami dengan Nadia atau familiar dengan sapaan “Jengnad” berikut ini:

Sempat berprofesi sebagai broadcaster dan terlilit utang, hingga akhirnya memutuskan menggeluti MLM untuk membayar utang, apa benar? Kenapa pilih MLM?

Intinya saat itu saya sudah memiliki anak dan ingin bekerja di rumah saja. Saat menjelang nikah, saya bekerja sebagai jurnalis untuk salah satu website di luar, jadi memang sudah pernah ngerasain serunya bekerja di rumah. Sebulan setelah menikah saya langsung hamil, otomatis biaya hidup langsung membengkak. Berhubung saya dan suami tipikal orang yang tidak suka bekerja di bawah pimpinan orang lain, kami pun nekad mencoba membuka bisnis percetakan. Oh iya, suami saya adalah musisi, tau sendiri kan kalau musisi penghasilannya tidak tetap. Jadilah saya berusaha cari tambahan, sampai akhirnya ketemu satu komunitas ibu-ibu yang suka bisnis dan menjual segala macam barang deh, pokoknya. Saat itu saya ngerasa, lumayan juga ya dagang seperti ini. Hanya saja kalau dulu kan nggak seperti sekarang, dulu masih lewat mailing list.

Kebetulan karena saya cocok dengan founder komunitas ini, Dini, kami berdua langsung menjadi sahabat. Dia bagian menghitung, saya bagian marketing dan promosi. Saking cocoknya, apapun bisnis yang kami geluti selalu kami lakukan bersama. Intinya, kami berdua butuh uang. Setelah itu kami mencoba bisnis aromatheraphy dan MLM. Ternyata, pas kita pelajari usaha aromatheraphy ini lumayan mahal untuk beberapa kalangan.

Beberapa waktu kemudian, saya bilang sama Dini, “Din, kita coba Oriflame yuk.” Sementara saya juga sedang mencoba bisnis lain yang memaksa saya menjual mobil dan barang berharga lainnya. Ini terjadinya sekitar 2004 atau 2005. Mulailah saya terlibat utang, dan mulai panik mencari cara untuk melunasi utang. Kami mulai berpikir MLM kayaknya ok nih, tapi produknya harus pas. Kalau produknya nggak pas susah juga menjalaninya.

Kami akhirnya membagi tugas, masing-masing mempelajari beberapa MLM. Lalu kita bandingkan, dan satunya-satunya yang bisa mendukung apa yang kami mau – ada pengantaran, diperbolehkan berjualan secara online itu hanya Oriflame. Kami juga mikir Oriflame kan produk sehari-hari, orang juga butuh terus – mandi dan sebagainya, makanya kami fokus mengerjakan Oriflame.

Kalo ditanya kenapa pilih MLM, karena kami sudah pernah mencoba MLM. Asal caranya benar bisa kok bisnis ini berkembang dengan baik. Kenapa orang Indonesia agak antipati sama MLM? Karena biasanya orang MLM ngajakinnya suka nggak to the point – muter kemana-mana, ada yang pake tipu-tipu bilang mau diajak ke mana, ternyata diajaknya ke presentasi. Jadi yang saya pelajari, caranya jangan seperti itu.

Berapa modal yang dibutuhkan, Mbak?

Sebelumnya saya sama Dini udah menjalankan MLM menggunakan nama perusahaannya Dini (d’BC Indonesia). Begitu saya bilang Oriflame ok, kami bikin d’BC Network. Awal bikin kami butuh biaya server dan sebagainya. Untuk modal, kalau MLM itu kan harus tutup point, harus belanja setiap bulannya. Waktu kami mulai di tahun 2006, masih sekitar Rp.200.000 per bulan. Jadi modal yang harus kami keluarkan per bulan untuk tutup poin ya sebesar Rp.200.000. Saya sih mikirnya, daripada belanja ke supermarket nggak dapat poin, mending alihkan semuanya ke Oriflame.

Bisa jelaskan sedikit mengenai d’BCN itu apa Mbak?

D’BCN atau The Business Chain Network itu sebenarnya, d’bc-nya (The Bussines Change),  sendiri bisnis milik Dini. Saya sempat jadi downlinenya d’bc Indonesia. Begitu saya mau masuk Oriflame, kami pakai nama d’bc karena sudah ada website replika, punya ilmu cara bikin e-book, SEO dan sebagainya. Terus aku minta menjadi upline. Terbentuk deh d’BC Network. Jadi semua konsultan Oriflame yang ada di bawah Nadia Meutia adalah anggota d’BC Network.

Nah, kalau Multilevel Marketing (MLM) itu sendiri apa?

Sebuah sistem di perusahaan, tentang bagaimana produk dipasarkan. Misalnya Tupperware, itu termasuk ke direct selling, dia bisa minta orang-orang bergabung sebagai anggota, kemudian anggotanya jualan, dia dapat keuntungan langsung. di Oriflame ada juga direct selling-nya, tapi yang jadi persoalan adalah nggak semua orang punya kekuatan jualan terus-menerus. Perusahaan MLM Oriflame berpikir, bagaimana caranya agar orang punya penghasilan bukan hanya dari jualan, tapi dari merekrut member.

Jadi MLM itu sistemnya adalah kita mengumpulkan poin dari poin-poin yang downline kita kumpulkan. Semakin besar poin kita, rupiah yang kita dapat juga semakin besar. Tapi harus diwaspadai adalah banyak MLM yang cara menghitung bonusnya tidak adil untuk orang yang masuk belakangan. Makanya orang suka takut masuk MLM karena takutnya kalau masuk belakangan, upline yang kaya duluan. Itulah yang kami pelajari, bagaimana caranya supaya adil, siapapun yang masuk dan kapanpun akan dapat. Saat kami bandingkan, Oriflame keren banget, karena sistemnya yang kerja yang menghasilkan.

Setelah meraih gaji yang fantastis, mobil mewah dan ruitn jalan-jalan ke luar negeri, apa lagi yang ingin Nadia kerjakan? Cari tahu di halaman selanjutnya ya Mommies

IMG_2856

 Januari 2015, saat menerima posisi baru sebagai Sapphire Executive Director & menerima cash award

Sudah mencapai segala macam pencapaian, jalan-jalan ke luar negeri, mobil, gaji fantastis setiap bulannya. Apa lagi yang mau dikerjakan?

Banyak banget, Alhamdulillah 2015 ini gaji saya nomor satu di Indonesia. Tahun lalu Dini yang nomor satu. Tahun ini saya juga masuk global top 15 untuk Oriflame dunia. Masih ada 10 level lagi di atas saya. Harapan sih, ingin mencapai level tertinggi - Diamond President Director. Untuk saat ini posisi saya ada di Sapphire Executive Director.

Yang jelas masih senang mengerjakan Oriflame ini. Hal lain yang membuat saya masih akan bertahan dengan bisnis ini adalah momen-momen yang bagi saya cukup mengharukan. Contohnya, saya masih ingat, dulu membeli tas Aigner second seharga satu juta rupiah berat banget rasanya. Saat itu harga tasnya seperempat dari gaji saya di Oriflame.

Selain itu, ada downline saya, TKI yang bisa pulang ke Indonesia, kemarin baru dapat kabar ada yang masuk top 15 Jogjakarta. Makanya salah satu isi di website kami adalah tentang testimoni mereka beli rumah, beli mobil, mengirim orangtua naik haji dan segala macam berkat usaha Oriflame. Hal-hal seperti ini yang membuat saya, sepertinya nggak akan berhenti.

Satu lagi, bisnis ini bisa diwariskan. Misalnya, di posisi saya sekarang, yang menjalankan anak saya. Asalkan anaknya sudah umur 16 tahun, dia bisa langsung meneruskan di posisi ibunya itu, nggak mulai dari bawah. Walaupun sebenarnya saya ingin anak saya belajar dari bawah. Di tahun 2015 ini kami mau fokus pada website baru, aktif di social media.

Jujur ketika baru memulai bisnis ini saya nggak berani menyebutnya bisnis MLM, karena 9 tahun lalu sebagian orang antipati dengan MLM. Saya memfokuskan penawaran saya pada bekerja dari rumahnya. Bahwa orang bisa mendapatkan penghasilan dari rumah. Masuk tahun ke-5 mulai membidik pekerja kantoran. Ibaratnya menawarkan mereka penghasilan tambahan lalu membahas impian mereka. Karena saat itu saya sendiri sudah merasakan keuntungannya. Tahun ini saya mau langsung bicara tentang MLM. Karena segala sesuatu yang dikhawatirkan tentang paradigma MLM, kami sudah membuktikan bahwa itu tidak benar. Memang ada MLM yang salah, tapi kalau menjalankannya benar ya hasilnya juga akan terlihat. Saya belum bisa bicara 5 tahun ke depan, maunya sih sudah pensiun, karena kalau melihat tawaran success package mereka, saya bisa banget pensiun dengan cara kerja yang benar ini.

Memang kalau pensiun tetap dapat bonus?

Kalau pensiun tetap dapat bonus, asalkan downline-downline-nya sudah kuat. Makanya yang saya lakukan sekarang membangun kaki 1, 2, 3, 4  dan seterusnya supaya kuat. Bahkan orang yang menempati posisi nomor 1 di dunia juga nggak pensiun, karena setiap tahun keluar negeri. Insya Allah ini tahun pertama saya mengalami global top 15 di Stockholm. Oriflame benar-benar memanjakan kami, semakin saya cerita kenyamanan yang saya dapat, di bawah saya semakin semangat mengejar target karena mereka juga ingin merasakan hal yang sama.

Di halaman berikutnya: Pasang surut bisnis MLM & cara Nadia menjaga passionnya

IMG_2855

 Merayakan tahun baru 2011 di New York bersama dua putri tercinta

Di luar bisnis MLM, apa yang ingin digarap?

Jujur kalau sekarang nggak ada. Next step,Insya Allah kami membidik para online shopper. Karena mereka sudah senang online shop, jadi sekalian saja mengerjakan MLM Oriflame. Buat pemilik online shop, semua masih harus mengerjakan semuanya sendiri –membungkus barang, inventaris produk dan lain-lain. But if you doing Oriflame, you don’t have to do all that. Karena semua sudah dikerjakan oleh perusahaan.

Bisnis ini ada pasang surutnya nggak Mbak?

Pasti! Sama seperti bisnis lainnya, penghasilan saya pun setiap bulan tidak pernah sama, tergantung total poin di bulan itu, juga tergantung berapa banyak orang baru yang saya rekrut. Makanya kalau ada orang yang bilang, nggak mau masuk MLM karena nanti diberi target, targetnya memang ada, tapi terserah mau mengejar apa nggak. Kalau orang kantoran kan, kalau nggak mencapai target, bonus dan gajinya nggak dipotong. Kalau kami ya sesuai dengan usaha yang dilakukan. Bedanya lagi Oriflame dengan MLM lainnya adalah kedekatan manajeman dengan bawahannya. Banyak proses diskusi yang kita lakukan. Sampai jadi buku cara getting started misalnya.

Tantangan terberat dari bisnis ini apa Mbak?

Bagaimana caranya memberikan kesempatan ini, tanpa mengecilkan yang sedang mereka kerjakan sekarang.

Bagaimana caranya selalu memotivasi para downline Mbak?

Saya harus mengetahui satu persatu alasan mereka masuk Oriflame. Ada yang alasannya karena ibunya sakit, anaknya berkebutuhan khusus, dan lain lain – itu semua saya catat. Saya juga mengharuskan mereka yang sudah jadi leader paham alasan downline mereka masuk Oriflame. Apa gunanya? Karena suatu saat nanti saat mereka sedang malas, saya akan mengingatkan alasan mereka bergabung dengan Oriflame.

Bagaimana menjaga passion di bisnis ini?

Saya mengingat momen ketika saya tidak mampu memenuhi keinginan anak-anak. Contohnya, saya ingat saat Isya umur 6 tahun dan Aya 2 tahun. Setiap kali masuk mal saya pasti menghindari lewat di depan toko mainan karena saya nggak punya uang pada saat itu. Sampai satu saat, Isya narik-narik baju saya dan bilang “Ma, aku tahu Mama nggak punya duit, aku nggak akan beli, aku cuma mau lihat, janji!” lalu ngomong di depan boneka “Aku nggak beli kamu ya, Mamaku nggak punya duit” rasa sedihnya itu loh.

Sekarang downline saya datang dengan masalah yang sama. Sementara sekarang anak-anak saya sudah bisa mendapatkan apa yang mereka mau. Jadi pada saat ini berat rasanya kalau saya tinggalin karena nggak adil untuk mereka yang saya ajak. Saya sedang berusaha membuat mereka merasakan apa yang saya rasakan.

Selanjutnya Nadia berbagi rahasia sukses bagi siapa saja yang ingin menekuni bisnis MLM

IMG_2854

Kamboja, Januari 2015

Apa yang Mbak lakukan di waktu senggang untuk kepuasan batin dan menambah ilmu?

Saya biasanya yoga dan membaca buku-buku motivasi dan biografi, tapi jarang dibaca sampai habis, hahahaha. Akhirnya anak-anak yang membaca buku-buku itu. Untuk saya menambah ilmu, saya lebih suka bertemu langsung dengan downline. Bertanya dia punya ilmu apa, lalu berbagi ide, kami panggil expert yang sesuai dengan tema yang akan diusung.

Kalau soal quality time dengan keluarga bagaimana Mbak?

Aku terapkan – kalau lagi di meja makan everybody put down your phone, tapi kalau lagi di luar rumah. Kalau di rumah saya bisa seperti tidak di rumah. Anak-anak sudah tahu ritme kerja saya seperti apa, cuma sesekali memang harus diingatkan kalau sudah terlalu asik bekerja. Tapi di sisi lain, kalau sedang jalan-jalan ke luar negeri, saya bilang sama mereka, Why I’m working so hard?  Ya salah satunya membuat mereka bisa jalan-jalan ke luar negeri. Pastinya saya bukan tipe ibu yang sempurna, bukan tipe ibu yang masak, kalau sedang masak berarti sedang bosan dengan pekerjaan. Di sela-sela pekerjaan yang padat saya bisa tenang dengan yoga. Tiga sampai empat kali seminggu.

Bagaimana memberi pemahaman kepada anak-anak tentang profesi ini, yang sewaktu-waktu tidak bisa diganggu?

Mungkin karena dari kecil, mareka sudah terbiasa melihat saya di depan komputer. Saya juga sering training offline, nah mereka biasanya saya ajak. Jadi mereka benar-benar tahu bahwa ini kerjaan Mama. Contohnya, baru-baru ini di Singapura, saya bawa mereka saat pengumuman Global Top 15, mereka yang harap-harap cemas menunggu pengumuman itu.

Bisa sharing kiat untuk para working mother maupun yang lainnya yang mau mencoba bisnis ini?

Sebenarnya, Oriflame itu tidak bisa diperlakukan sebagai sambilan – “kapan gue sempat gue kerjain”, nggak bisa seperti itu. Jadi harus benar-benar serius. Kalau Anda bekerja kantoran dan ingin punya penghasilan tambahan lewat Oriflame d’BCN, artinya Anda harus menyediakan waktu, karena akan lebih capek. Bayangin, Anda berangkat pagi, di sela-sela kantor mengorbankan waktu makan siang untuk menjawab email prospek, dan lain-lain. Walau semua sudah dipersiapkan, tapi tetap harus ada personal touch. Kalau nggak begitu kita nggak bisa maju, bahkan saya bisa saja membuat web seminar jam 10 malam, atau minggu pagi. Kalau itu mentalnya menjadikan ini sampingan nanti hasilnya tidak maksimal.

Saran saya ke para ibu pekerja kantoran yang niatnya mau menambah penghasilan saja, atau memang punya target supaya dia punya penghasilan saat dia resign, ya dia harus serius mengerjakannya. Sama seriusnya seperti downline-downline TKI yang di luar negeri, mereka mengerjakannya setelah majikannya tidur. Ya memang lebih capek untuk mendapatkan seperti yang sudah dicapai oleh leader-leader lainnya.

Perbincangan saya dengan penggila olahraga yoga ini seakan mengingatkan saya dengan kalimat yang sempat dilontarkan oleh teman saya dahulu – “Kerja keras tidak akan pernah berkhianat”. Apapun profesi dan jenis usahanya kalau diniatkan untuk hal yang mulia dan dikerjakan dengan hati pasti akan berbuah manis.

Terima kasih Mbak Nadia untuk perbincangan yang sangat inspiratif -  semoga impian untuk mencapai posisi Diamond President Director segera terwujud :)

PAGES:

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan