Sorry, we couldn't find any article matching ''
Money Talks; Kiat Berhemat Dalam Rumah Tangga
Sebagai Chief Financial Officer di keluarga, pasti dong kita sudah belajar tentang investasi. Nah, pertanyaannya sekarang, porsinya sebesar apa, sih, yang diinvestasikan? Atau jangan-jangan sudah terlanjur merasa tenang dengan kemungkinan return yang berkali-kali lipat sampai bikin kita lupa bahwa masih ada loh pos-pos pengeluaran yang harusnya bisa diperkecil?
Gambar dari sini
Semakin anak besar, pengeluaran pasti akan semakin banyak. Kebayang dong pengeluaran saya yang mempunyai 4 orang anak? Apalagi usianya nggak terpaut jauh. Jadi saya selalu mencari cara atau celah untuk menghemat pos-pos pengeluaran untuk urusan sekolah, baju, sepatu, pernak-pernik, dan makanan. Berikut yang sudah saya terapkan di keluarga saya:
Salah satu perbedaan yang paling mencolok dari sekolah murah dan mahal ada di fasilitas. Menurut saya, terkadang uang yang kita bayar untuk fasilitas tersebut tidak sebanding dengan frekuensi anak saya memakai fasilitas yang sudah saya bayarkan. Jadi semacam beli baju mahal tapi tidak pernah dipakai. Kan, sayang. Kalau memang sudah beli mahal dan dipakai setiap hari, baru worth it.
Darris dan Dellynn, anak pertama dan kedua saya, bersekolah di SD yang sama. Walau SD tersebut ada TKnya sebutlah TK Kembang Kuncup, tapi Devan si nomor tiga saya sekolahkan di TK dekat rumah yang uang pangkalnya hanya 1/4 dari TK Kembang Kuncup. Lagipula setelah saya hitung-hitung, uang pangkal TK Kembang Kuncup dan SDnya hanya berbeda sedikit. Padahal kan, SD lamanya enam tahun dan banyak kegiatan, sementara TK hanya dua tahun dan masih banyak bermain dengan aktivitas sederhana saja. Jadi saya pikir TK Kembang Kuncup ini agak overpriced. Mending saya pilih yang lebih ringan biayanya dan dekat rumah, hemat transportasi.
Baju rumah terutama, akan sangat lama bisa terpakai. Banyak baju rumah Darris yang masih dipakai Dendra si nomor empat. Baju yang jarang dipakai seperti baju pergi yang fancy, baju koko, atau batik, juga biasanya kondisinya masih bagus untuk dipakai turun-temurun.
Perangkat sekolah TK juga biasanya nggak terpakai lagi selepas TK karena kurang besar dan kurang lengkap. Bahkan kadang anak menolak untuk pakai karena gambarnya terlalu 'bayi'. Jadi biasanya perangkat ini banyak yang masih bagus.
Ketika anak lewat masa balita, biasanya pertumbuhannya akan ke atas, bukan melebar. Jadi banyak baju atau celana yang lebarnya masih muat, tapi sudah pendek atau ngatung. Saya mensiasatinya dengan membeli celana dengan ukuran lebih besar. Kalau terlalu panjang toh gampang dilipat ujungnya dan dijahit sekedarnya untuk kemudian dipanjangin lagi sedikit-sedikit.
Saya jadi hapal merek-merek baju bayi/balita mana yang awet dan mana yang cepat melar. Sebagian yang awet, masih terpakai sampai sekarang dari jaman Darris. Yang melar, umurnya cuma 2-3 kali pakai. Jadi ada saatnya kita beli yang lebih mahal, tapi karena awet, cost per wearnya akan rendah sekali. Oh ya, hati-hati juga dengan cuci-mencuci ya Mommies. Ada beberapa baju yang memang sebaiknya dicuci pakai tangan saja supaya awet.
Saya pernah menulis tentang mainan lintas umur di artikel yang ini dan yang nggak gampang rusak di artikel yang ini. Lumayan juga, lho, kalau nggak harus sering beli mainan. Selain bisa hemat, rumah juga nggak akan terlalu banyak barang.
Jangan gengsi beli baju, sepatu, atau mainan dari garage sale. Apalagi kalau yang jual teman grup sendiri yang kita lebih tahu kebiasaan dan caranya merawat barang. Baju anak, apalagi yang khusus pergi atau pesta, biasanya jarang terpakai jadi seringnya masih bagus-bagus sudah nggak muat. Beli baru juga akan sama nasibnya. Jadi, kenapa nggak coba garage sale saja? Check juga MarketPlaza di Forum Female Daily ya.
Kalau membeli roti yang notabene dikonsumsi setiap sarapan, saya pilih kemasan besar. Begitu juga dengan produk-produk lainnya, sih.
Itu tadi sebagian cara saya berhemat di rumah. Bagaimana dengan Anda?
PAGES:
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS