Khitan Pada Balita: Sebelum Dan sesudah

Behavior & Development

mamul・19 Jan 2015

detail-thumb

toddlercold

Orangtua kami berdua sempat kaget saat kami beritahukan bahwa kakang (anak pertama kami) harus segera disunat. Tidak sampai dua minggu setelah kakang divonis mengalami fimosis, kami segera menyetujui tindakan dokter bedah anak untuk mengkhitan si sulung. Sempat terlintas, apa tidak ada cara lain untuk mengatasi fimosis selain dikhitan? Kekhawatiran orangtua kami sangat wajar adanya, karena kakang terhitung masih balita. Memang, saat kakang disirkumsisi, usianya baru 3 tahun 10 bulan.

Awalnya saya sempat ngeri membayangkan kakang harus dibius total. Namun, karena dilakukan di rumah sakit yang cukup saya percaya nama baiknya dan dilakukan oleh dokter yang ahli, maka kekhawatiran saya agak berkurang. Pertemuan demi pertemuan antara kami selaku orangtua kakang dengan dokter spesialis anak, dokter bedah anak hingga dokter anastesi, membuat saya tercerahkan bawah prosedur sirkumsisi pada anak, terutama balita, memang agak ribet.

Dimulai dari pemeriksaan awal di dokter spesialis anak, dirujuk ke dokter bedah anak kemudian dokter bedah anak melihat langsung bagaimana keadaan ujung penis anak, melakukan tes darah yang diminta oleh dokter bedah anak – kegunaan utamanya untuk mengetahui pembekuan darah pada anak, menetapkan hari eksekusi dan bertemu dengan dokter anastesi beberapa hari sebelum hari pelaksanaan sirkumsisi.

Dokter bedah anak telah menjelaskan pada kami bahwa pelaksanaan sirkumsisi akan dilakukan di ruang operasi dan anak akan dibius total. Tujuan dari dilakukannya bius total adalah untuk menenangkan anak saat proses sirkumsisi berlangsung. Kebayang ya kalau anak tidak dibius total, pasti akan meronta-ronta. Salah-salah bisa fatal deh akibatnya.

Meski berlangsung sebentar, persiapan yang dilakukan sebelum sirkumsisi bukanlah asal belaka. Aturan dan penjelasan dokter selama proses sirkumsisi berlangsung harus benar-benar diperhatikan. Terutama, saat calon pasien bertemu dengan dokter anestesi. Kita harus benar-benar memahami seberapa banyak obat bius yang akan dihirup oleh anak dan bagaimana kondisi anak setelah pulih dari anastesi. Saya sendiri sudah menyiapkan mental mendampingi anak saat akan dianastesi dan membantunya saat proses pemulihan. Sungguh, ini bukanlah hal yang mudah karena kakang sempat menangis dan meronta di meja operasi.

Selanjutnya: Metode khitan, moderen atau tradisional?

Karena kakang divonis fimosis, maka metode khitan yang dilakukan adalah metode tradisional (membuang kulit/kulup dengan cara dipotong kemudian dijahit). Cara dokter menjelaskan prosesnya sempat membuat saya takut. Namun, karena anak akan dibius total, anak tidak akan merasa sakit selama proses pemotongan berlangsung. Setelah itu, anak akan diberikan obat-obatan yaitu obat penghilang rasa sakit dan obat salep untuk dioles di sekitar luka jahitan.

Dokter bedah anak juga menjelaskan bahwa setelah dilakukan sirkumsisi, ujung penis anak tidak akan ditutup dengan perban atau diberikan penutup lainnya. Sebaiknya diangin-angin saja dan diusahakan tidak boleh terkena air pada bagian luka (bagian yang baru dijahit) agar luka jahitan cepat mengering. Diusahakan juga, luka jahitan tidak terkena gesekan. Biasanya, setelah 3 hari setelah sirkumsisi, luka akan mengering. Oh ya, usahakan jangan sampai terjadi nanah pada luka jahitan anak ya. Jika ada nanah, sebaiknya segera menemui dokter bedah anak untuk ditangani lebih lanjut.

Selain persiapan fisik anak agar tetap sehat hingga hari H tiba, persiapkan juga mental anak agar ia tidak merasa takut. Saya dan suami selalu mengajak kakang mengobrol mengenai sirkumsisi dan apa saja yang harus kami bertiga lakukan agar kakang tetap sehat setelah kakang dikhitan. Kami juga tidak menakuti-nakuti kakang meski kami jelaskan dengan sebenar-benarnya mengenai proses sirkumsisi. Namun kami selalu menekankan bahwa ini untuk kesehatan kakang hingga ia dewasa nanti.

celana_sunat*Gambar dari sini

Jadi inilah beberapa hal yang harus dipersiapkan orangtua saat anak akan di sirkumisisi, di antaranya :

  • Persiapkan beberapa potong celana sunat. Celana sunat ini bisa kita beli di apotik besar. Untuk kakang, kami menyiapkan 4 potong celana sunat yang bisa dipakai bergantian. Pada kakang, celana sunat ini dipakai selama seminggu.
  • Celana yang komprang/gombrong, baik itu celana pendek maupun celana panjang.
  • Kasa steril. Gunanya untuk membantu kita membersihkan ujung penis anak setelah ia buang air kecil.
  • Usahakan anak tidak jatuh sakit mendekati hari H. Pilek, batuk atau flu yang menimpa anak dapat membuat dokter mengundurkan hari pelaksanaan sirkumsisi.
  • Buat anak selalu ceria hingga hari H tiba. Jangan sampai mental anak jatuh karena akan dikhitan. Pokoknya, ceritakan hal yang bagus-bagus mengenai proses khitanan.
  • Dampingi anak saat menuju meja operasi. Mental orangtua yang mendampingi juga harus bagus supaya anak tetap tenang hingga naik ke meja operasi.
  • Jangan lupa berdoa sebelum sirkumsisi dimulai.
  • Selanjutnya: Perawatan pascakhitan di rumah!

     

    kids_sick

    Sedangkan perawatan di rumah juga harus diperhatikan agar tidak terjadi nanah/infeksi pada luka jahitan setelah sirkumsisi. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Selama beberapa hari setelah di sirkumsisi, jangan mandikan anak dengan cara mengguyur. Cukup diseka saja.
  • Jaga luka jahitan tetap kering dan oleskan obat sesuai petunjuk dokter.
  • Setelah anak buang air kecil, usahakan agar luka jahitan tidak terkena air seni. Kemudian cukup bersihkan lubang tempat air seni dengan cara ditotol menggunakan kasa yang diberi air bersih (saya menggunakan air matang). Sebaiknya tidak menggunakan kapas agar tidak ada sisa kapas yang tertinggal.
  • Jangan sampai luka jahitan terkena air atau basah. Pastikan luka jahitan dan daerah sekitarnya tetap kering.
  • Jangan mengotak-katik luka jahitan yang telah kering. Biarkan luka yang telah mengering luruh dengan sendirinya.
  • Hari ke empat setelah proses sirkumsisi, kami kembali menemui dokter bedah untuk berkonsultasi. Hasilnya adalah, luka jahitannya telah mengering (hampir sempurna) dan selanjutnya hanya perlu perawatan dari rumah. Dokter juga meminta kami untuk menghentikan pemakaian salep. Dan dokter juga meminta agar kakang menunda dulu naik sepeda selama sebulan.

    Lega hati kami mengetahui tidak ada masalah atau efek samping pada kakang setelah mengalami pembiusan total dan sirkumsisi. Paling tidak, satu masalah telah teratasi. Kami juga merasa, kewajiban kami sebagai orangtua untuk mengkhitan anak laki-laki kami sudah terbayarkan. Meski harus tega-tegaan ketika membawa kakang untuk buang air kecil pertama kali setelah di sirkumsisi.

    Untuk Mommies yang juga mengalami gejala seperti yang anak saya alami, alangkah baiknya dikonsultasikan kepada dokter spesialis anak. Karena bagi balita, penanganan fimosis tidak bisa sembarangan. Jadi, pastikan anak kita mendapatkan diagnosa yang tepat ya.