Marriage, Packed in 5 Weeks

Love Actually

kirana21・31 Dec 2014

detail-thumb

Setelah lama nggak pernah tertarik nonton reality show sejak jaman The Osbournes dan Newlyweds: Nick and Jessica 10 tahun lalu (no, saya nggak pernah tertarik nonton Kardashians :D), belakangan saya menonton Married at First Sight. Mungkin mirip dengan the Bachelor/ette yang intinya cari jodoh, tapi ini berbeda karena bisa dibilang pacarannya belakangan. Jadi lebih enak dilihat secara kultur Indonesia yang masih ketimuran dan IMO lebih Islami, ya, macam ta'aruf, lah.

Bukannya sok Islami, tapi risih nggak, sih, nonton The Bachelor/ette yang nampak ganti-ganti pasangan, gitu? Saya, sih, risih, ya. Lagi pula karena jam tayangnya belum masuk jam tidur anak di sini, bikin sedikit banyak tertonton adegan-adegannya. Nah, setidaknya kami bisa jelaskan bahwa pasangan itu memang sudah menikah.

mafs1The Couples. Foto ini diambil beberapa jam setelah pernikahan yang juga saat pertama kali ketemu.

Kebayang nggak pasangan yang belum pernah ketemu, belum pernah kenal, sama sekali nggak dikasih sontekan seperti apa calon pasangannya, langsung menikah. Baru lihat saat di depan penghulu, dan cuma modal info bahwa pasangannya tersebut sudah melalui filter assessment dari empat ahli, yaitu seksolog, psikolog, spiritualis, dan sosiolog, berdasarkan wawancara dengan masing-masing calon peserta.

Dari saringan tersebut, ada beberapa orang yang lolos seleksi. Namun hanya ada tiga pasangan yang bisa dijodohkan. Jason-Cortney, Doug-Jamie, dan Vaughn-Monet. Pasangan-pasangan ini dinikahkan resmi, dan hidup sebagai suami istri dalam pantauan selama lima minggu. Setelah itu bisa memilih akan tetap menikah atau bercerai. Tadinya saya pikir dua minggu pertama pasti akan rikuh abis. Gimana nggak, today you're single the next day you're married to a stranger and moving in together right after the honeymoon, privasi diinjak-injak habis, kan? 

Ternyata saya salah. Masing-masing pasangan bisa get along naturally sesuai latar belakang karakter masing-masing. Persis seperti newlyweds yang sebelumnya pacaran atau minimal sudah kenal. Beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan, ya sama juga seperti pertama kali kita serumah dengan suami/istri. Ada kebiasaan-kebiasaan yang harus dikompromikan. Tapi mungkin karena memang nggak kenal jadi nggak sekaget yang lama pacaran dan menemukan ternyata ada kebiasaan pasangan yang selama ini nggak ketahuan :D.

Saya menonton bareng si Ayah sambil seperti mengaca dari pernikahan kami sendiri. Ternyata problem yang muncul dalam 11 tahun pernikahan plus dua tahun pacaran, poin-poin utamanya, ya, sama saja dengan perkawinan dadakan. Eh, tapi ini tanpa ada faktor perselingkuhan, ya. 

Apa saja poinnya?

wedding-couple-holding-hands*Gambar dari sini

  • Belajar memahami karakter pasangan.
  • Jangan salah, sampai beberapa tahun terakhir saya masih, lho, berusaha mengubah sebagian sifat atau kebiasaan bawaan suami. Baru-baru ini saja saya lebih woles :D.

    Salah satu pasangan, Jamie-Doug, si wanita mempunyai latar belakang hidup yang berat. Broken home, KDRT, dan harus mengayomi adik-adiknya karena si ibu pecandu narkoba dan bapaknya pelaku kekerasan. Riwayat relasi percintaannya juga nggak baik, sepertinya lebih banyak dikecewakan dan di-abuse. Berat nampaknya dia menerima ada orang yang tahu-tahu jadi bagian dari dirinya. Tapi rejection ini diimbangi oleh karakter si suami yang sangat sabar, bahkan dalam hal seks. Sampai akhir dari lima minggu tersebut, pasangan ini belum juga saling berhubungan dan dari yang terlihat si suami nampak santai saja.

    Tadinya saya nggak suka sama Doug karena...nggak cakep..hahaha! Tapi ternyata dia sangat sabar dan momong. So don't judge the book by its cover, ya. Pepatah ini saya rasakan sendiri...hahaha. O, ya, si suami berasal dari keluarga yang utuh dan saat salah satu peserta lain, Cortney, keluarganya nggak mau hadir karena menilai keputusan anaknya ikut acara ini salah, keluarga Doug mendukung penuh keputusannya.

  • Put your spouse forward, atau setidaknya into consideration dalam aktivitas rutin kita.
  • Ajak pasangan terlibat dan buat dia ikut menikmati hobi kita. Setidaknya kalau memang betul-betul nggak suka, dia bisa memahami. Dan ini harus seimbang di dua pihak, ya. Saya sering mendengar pasangan yang cekcok karena salah satunya lebih banyak mengurusi hobi ketimbang bersama keluarga/pasangannya.

    Ada momen di mana Cortney menonton Jason gulat walau sambil menutup mata melihat pasangannya terbanting-banting di arena. Saat yang lain Jason ikut Cortney tampil dalam kabaret. Kebayang nggak, sih, Jason yang berotot harus ikut pertunjukan kabaret? Eh, tapi ternyata dia cukup menikmati, lho!

    Jadwal, Konflik, dan Bersyukur

  • Mengatur jadwal baik dalam pekerjaan maupun aktivitas rutin.
  • Akan ada hal-hal yang harus dikorbankan demi waktu bersama pasangan. Jamie yang berprofesi bidan dengan jam tidak tentu; Jason yang petugas Emergency, calon Pemadam Kebakaran plus pegulat amatir; Cortney yang bekerja sebagai makeup artist sambil sekolah lagi dan pemain kabaret, harus pintar menyiasati supaya relasi dengan pasangan dan keluarga tetap terjaga.

    How many of us dengan waktu lebih luang dan kerjaan lebih fleksibel, tapi tetap nggak bisa menjaga waktu berkualitas bersama keluarga?

  • Berantem berkualitas.
  • Pasangan Vaughn-Monet menurut saya berantemnya sudah kayak pasangan yang bertahun-tahun menikah tapi nggak cocok-cocok. Bukan berarti pasangan lain nggak pernah berantem atau pasangan ini nggak pernah akur. Tapi entah, setiap berantem, kok, sebenarnya permasalahan yang kecil jadi besar dan makin besar karena ketimbang berusaha saling menyocokkan diri, Vaughn lebih banyak menunjukkan sikap ingin dimengerti dan ingin dituruti.

    Pasangan Jamie-Doug juga pernah berkonflik karena Doug sempat merokok dan bohong tentang itu padahal baunya tercium Jamie. Walau reaksi Jamie nampak lebay, 'ngerokok doang aja ribut', tapi menurut psikolog, dengan latar belakang yang seperti itu reaksinya sangat normal untuk orang insecure.

    Dengan bantuan para ahli, dan karena pasangan ini memang nggak punya masalah yang mendasar, konflik bisa selesai dengan baik. Beda dengan Vaughn-Monet yang walau juga dibantu psikolog, tapi lebih susah karena sepertinya walau mengklaim siap menikah, tapi Vaughn belum bisa bersikap sebagai partner.

    mafs2The Experts.

  • Be humble, grateful, and appreciate each other. Express the gratitude.
  • Cortney adalah peserta yang sepertinya langsung menerima pasangannya walau nggak terpukau. Jason dan Doug sejak awal langsung terpesona oleh pasangannya. Jamie malah kecewa berat melihat Doug. Sedangkan Vaughn dan Monet..entahlah, bagi saya seperti model pasangan yang cuma panas di depan lalu puuff..menguap di belakang.

    Jason-Cortney dari awal seperti hanya membicarakan pasangannya, bukan dirinya sendiri. Bagaimana supaya pasangannya nyaman, compromising things, dan tidak ada negativity saat mereka berdiskusi. Doug-Jamie memang awalnya agak nggak imbang, tapi karena sifat Doug yang momong, ke belakang Jamie banyak menunjukkan bahwa dia paham dan menghargai apa yang dilakukan Doug.

    Beda dengan Vaughn-Monet yang isinya berkutat seputar "Gue udah x kok lu gak y?", "Gue maunya lu y", dan "Lo tuh x deh!". Vaughn terlalu ingin dihargai atas usahanya, tapi nggak memberi lebih. Sementara Monet yang pada dasarnya mandiri masih menganggap usaha Vaughn biasa saja jadi nggak terlalu diapresiasi.

    Saat diminta untuk bercerita apa kelebihan/yang disukai dari pasangannya, Vaughn-Monet jawabannya paling cetek :D. Sementara dua pasangan yang lain terlihat saling mengagumi, the respect and adore each other both shows.

    Hadapi saat sulit, komunikasikan, dan satukan tujuan.

  • On a hard time, have a time out together. 
  • Situasi nggak akan selalu bagus dan nyaman. Bad moment pops anytime. Di saat seperti itu yang kita biasanya malah menjauh dari pasangan, ternyata harusnya malah have a time together.

    Saya iri, lho, saat Jamie-Doug perlu polesan kedekatan fisik, pergilah mereka les dansa. Cortney-Jason kebetulan mengalami minggu yang sibuk sampai jarang bertemu, in the weekend they went on a ferry sightseeing. Waktu Vaughn-Monet bertengkar lagi untuk yang kesekian kalinya, mereka panggil chef untuk mengajar masak dinner berdua di rumah.

    Kapaaann bisa begitu kita, yaaa?

  • Communicate and get on the same track.
  • Walau semua peserta bilangnya "Will do my best to make this marriage work", in the end it will show who did and who didn't. Dua dari tiga pasangan betul-betul berkomitmen to make it work. Mereka memang fokus pada perkawinan dan pasangan, bukan pada diri masing-masing.

    Ketiga pasangan ini sama-sama menjalani 'tugas-tugas' yang diberikan para ahli untuk menciptakan kedekatan dan makin memahami pasangan masing-masing. Beberapa kali masing-masing pasangan diberi tugas menulis di kertas seperti:

  • Sebutkan kelebihan pasanganmu.
  • Apa yang kau harapkan dari pasanganmu?
  • Sampaikan apa yang menjadi ganjalanmu.
  • Tulis permintaan maaf pada pasangan. Dan pasangan juga harus menulis balasannya.
  • PR ini sangat membantu saat komunikasi mandeg karena konflik. But still, walau PR-nya dikerjakan dengan baik, kalau pasangan tidak saling berkomitmen mendahulukan perkawinan dan menekan ego masing-masing, ya, nggak akan ke mana-mana.

    Familiar dengan semua poin di atas? It was all packed in only five weeks. Jadi, dalam lima minggu sebenarnya pernikahan sudah bisa tercermin mungkin, ya? Bagaimana sikap seseorang terhadap perkawinan dan pasangannya sudah bisa terukur.

    Mommies bisa menebak pasangan mana yang di akhir eksperimen tetap menikah dan mana yang akhirnya bercerai? Yang jelas tebakan saya, sih, cocok :D.