*Gambar dari sini
Beberapa orang yang saya kenal masih sering bercerita tentang susahnya usaha mereka untuk memulai pola hidup sehat. Umumnya, mereka bingung harus memulai darimana. Ada juga yang merasa tidak ada masalah dengan angka timbangan, padahal kesehatah bukan hanya dilihat angka timbangan loh. Ada juga yang berkomentar “bagaimana mau makan sehat, secara di kantor berlimpah makanan dari restoran A atau kudapan dan minuman enak dari sebuah kedai kopi ternama yang mana nggak mungkin aku cuekin kan”. Ada juga yang berpendapat, makan makanan sehat berarti mengekang keinginan sendiri dan menyiksa diri.
Kalau boleh mengingat kembali, saya jadi ingat beberapa tahun ke belakang di saat saya memutuskan untuk mencoba mengubah menu makan saya. Mencoba mengubah menu makan saya yang “enak” menjadi lebih sehat. Waktu itu, saya belum paham benar mengenai nilai kalori setiap makanan yang akan saya konsumsi. Tapi saya berusaha untuk menjadikan semua yang saya konsumsi menjadi lebih sehat. Mulai dari lebih banyak mengonsumsi sayuran, mengganjal perut dengan buah-buahan atau kacang-kacangan, sampai akhirnya saya belajar mengenai bahan makanan apa saja yang bisa menunjang kesehatan saya dan seberapa banyak porsi yang saya makan.
Semua itu saya lakukan bukan dalam waktu singkat. Dua minggu pertama adalah saat-saat yang tidak menyenangkan bagi perut, mata dan otak saya. Beberapa kali muncul pikiran untuk mengakhiri semuanya dan menyimpulkan bahwa pola makan sehat itu tidak enak! Bagaimana mau enak, jika sebelumnya saya terbiasa mengonsumsi makanan tinggi lemak, makanan yang digoreng, santan dan balado yang berimpah ruah. Belum lagi kebiasaan saya mengudap makanan gurih dan minuman manis. Duh, kalau melongok pola makan saya yang dulu, rasanya tidak percaya saya bisa memasukkan banyak gula dan garam ke dalam tubuh saya.
Namun, ketika hari ke tiga belas berhasil saya lewati, saya mulai merasakan dampak positifnya. Yang paling saya ingat adalah, celana saya yang berukuran XL bisa saya pakai kembali (bisa dibayangkan dong sebelumnya ukuran celana saya lebih dari XL). Kali ini agak kendor dan butuh bantuan tali pinggang untuk mengencangkannya. Senang? Pastilah. Ternyata, usaha keras saya tidak sia-sia. Gara-gara insiden celana ini, saya makin berniat meneruskan pola makan sehat ini.
Padahal, yang saya lakukan selama 2 minggu itu cukup sederhana. Dan saya tetap memakan nasi putih sebagai sumber karbohidrat yang saya butuhkan. Yang berubah dari menu makan saya tidak banyak dan tidak membuat kelaparan. Hanya saja, rasanya yang sedikit berubah dan ada beberapa bahan makanan yang harus diganti.
Kalau dibandingkan dengan diet lain, Diet Mayo (Mommies bisa membacanya di sini) misalnya, perubahan pola makan saya ini nggak seberapa lho!
Mau tau apa yang saya lakukan saat pertama kali memutuskan untuk mencoba “menu makan sehat”? Lihat di halaman selanjutnya, ya!
*Gambar dari sini
Saya berusaha mengenali bahan makanan apa saja yang akan di konsumsi esok hari. Dengan cara seperti ini, saya bisa membayangkan resep apa yang bisa saya pakai atau bagaimana cara saya mengolah bahan makanan tersebut, sehingga selera saya tetap tergugah.
Dalam dua minggu pertama ini, jadwal makan berat saya ada di waktu makan siang dan makan sore. Sebenarnya makan sore ini adalah waktu makan malam, namun saya majukan jamnya. Saya selalu makan sayur saat jadwal makan berat tiba. Porsinya cukup membuat perut saya kenyang, yaitu setengah dari luas piring (bisa dibayangkan dong, di atas piring yang bundar itu ada banyak sayuran di atasnya).
Jadi, meskipun setiap kali makan berat saya hanya mengonsumsi 3 sendok nasi putih dan sepotong protein hewani atau nabati, perut saya tidak pernah kelaparan karena porsi sayuran yang cukup.
Saya masih bisa menahan diri untuk tidak makan gorengan. Namun saya sangat lemah dengan makanan manis juga gurih, baik itu cake, cokelat, biskuit atau keripik. Ketika keinginan mengunyah makanan manis tiba, saya selalu mengalihkannya dengan mengonsumsi buah. Dan saat saya tergoda untuk menikmati sebungkus keripik, saya segera mengambil kacang dan menikmatinya secara perlahan. Tak lupa saya selalu menyetok buah di kulkas dan berbungkus-bungkus kacang di lemari. Saat pergi keluar, saya sering membawa dua jenis buah dan sebungkus kacang yang bisa disimpan di dalam tas. Jadi, di manapun saya berada, snack saya tetap aman.
Demi terpenuhinya pola makan yang sehat, saya rela membeli satu botol minum ukuran 1 liter untuk saya sendiri. Sebagai pecinta soda dan minuman jus kemasan, saya akui meminum air putih dalam jumlah banyak itu bukanlah hal yang mudah. Dan saya sempat merasakan mual juga eneg karena selalu melihat air putih.
Akhirnya, saya melakukan trik mudah agar kebutuhan utama 2,5 liter air putih per hari dapat dipenuhi. Yang saya lakukan adalah selalu mengisi ulang air putih di botol hingga penuh jika saya lihat sisa air tinggal setengah. Jadi, setiap kali minum, botol saya selalu dalam keadaan penuh. Berulang kali saya melakukan trik ini, hingga sampai hari ini saya tidak bisa lepas dari air putih. Efek lainnya, saya bisa membebaskan diri dari minuman soda dan jus kemasan (dan lepas dari teh kemasan). Bangga? Tentu saja.
Saya juga tidak memusingkan tentang target apa yang harus saya capai ketika saya memulai pola makan sehat ini. Bagi saya, bisa berhasil hingga hari ke tiga belas adalah pencapaian tertinggi untuk seorang food junkie seperti saya. Poin utama yang bisa saya simpulkan, soal makanan sehat jangan pernah diambil pusing dan jangan pernah memasang target. Jalani saja dulu semuanya hingga akhirnya kita merasakan dampak positifnya. Jangan juga menghitung hari dan bertanya-tanya kapan semua ini selesai. Karena pada dasarnya, pola makan sehat itu dijalani sepanjang hayat, bukan untuk memenuhi target tertentu. Jadi, selamat mencoba pola makan sehat ya! Mumpung mau tutup tahun, siapa tau bisa dijadikan resolusi untuk tahun depan :)