*Gambar dari sini
Tentunya kita tak pernah berharap untuk berada pada kondisi keuangan yang morat marit atau terlilit hutang yang berat ya ? Doa kita pastinya agar kita selalu diberi kelimpahan rejeki dan keadaan baik-baik saja bahkan ekonomi keluarga bisa meningkat. Amiin..
Bisa saja suatu saat kita dengan sangat terpaksa mengambil pinjaman dengan nominal yang besar, yang jumlah angsuran melebihi 30% pendapatan kita. Belum lagi pinjaman yang satu lunas, terpaksa cari pinjaman lagi untuk menutup kekurangan pemenuhan kebutuhan. Istilahnya gali lubang tutup lubang.
Hal ini memang sangat tidak disarankan, karena bisa-bisa ekonomi keluarga akan besar pasak daripada tiang. Namun jika karena satu dan lain sebab kita berada pada situasi demikian, pastinya stres ya ? Lalu apa yang harus kita lakukan ?
Catat secara rinci semua pinjaman yang kita punya: berapa nominal, berapa lama masa pengembalian, berapa angsuran setiap bulan. Dengan melihat secara detail berapa pinjaman, kita akan bisa lebih realistis melihat di posisi mana kondisi keuangan keluarga kita.
Dari semua anggaran pengeluaran bulanan plus kewajiban angsuran akan bisa kita lihat, apakah jumlahnya melebihi pendapatan kita. Syukur-syukur masih lebih besar pendapatan, karena dengan demikian masih akan ada sisa yang bisa kita alokasikan untuk hal lain, investasi misalnya.
Langsung merasa down ? Wajar, tapi jangan berlama-lama. Lihat baik-baik list angsuran, mana yang kira-kira bisa dinegosiasi ulang sehingga kita bisa mendapatkan nominal angsuran lebih kecil. Meskipun ini akan berakibat molornya tempo pelunasan pinjaman atau masa hidup prihatin jadi lebih lama.
Adakah anggaran yang bisa kita kurangi, atau malah dihilangkan ? Ingat-ingat selalu prinsip KEBUTUHAN VS KEINGINAN. Kebutuhan makan adalah mendasar, tapi makan di luar / rumah makan hanyalah gaya hidup. Pengen ngopi boleh-boleh saja, tapi tak perlu ke kafe kan?
Apa lagi yang bisa dilakukan? Ada 6 hal yang bisa kita lakukan lagi, simak di halaman berikutnya!
*Gambar dari sini
Begitu gajian, langsung lihat list anggaran, dan bayar angsuran-angsuran dulu. Baru penuhi belanja rumah tangga, bayar sekolah anak, dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya.
Jika kondisi keuangan sedang minim, tentunya kita susah untuk punya modal jika ingin membuka usaha untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Carilah peluang usaha tanpa modal, jadi reseller mungkin? Atau kerja sampingan di luar jam kantor?
Lihat-lihat apa yang kita punya, adakah yang bisa kita jadikan uang? Mungkin ada perhiasan yang bisa kita jual? Berat rasanya melepas perhiasan yang kita simpan selama ini, tapi besok-besok insya Allah bisa terbeli lagi saat kita sudah bebas hutang kan?
Sering-sering (jika tidak setiap hari) tengok list anggaran, jangan sampai kita keluar jalur yang sudah kita rencanakan. Banyak hal yang untuk sementara harus kita tahan, namanya juga sedang hidup prihatin.
Berhemat dalam segala hal, dari hemat air dan listrik (tagihan bisa berkurang), dan pengeluaran sehari-hari.
Cermat saat harus mengeluarkan uang, pikir-pikir lagi, perlu ga? Jika memang perlu ya bayar, kalau bisa ditunda atau malah ga perlu, ya ngapain?
Bersahaja menjalani hidup sehari-hari, yang sederhana saja, tidak perlu berlebihan.
Mungkin orang lain/ teman-teman kita akan melihat perubahan cara hidup kita. Dari yang tadinya sering makan di luar, sekarang tidak lagi. Dari yang tadinya sering belanja, sekarang nggak. Dari yang tadinya sering ajak hang out, sekarang lebih banyak di rumah.
Dan mungkin mereka akan berkomentar, atau membicarakan diri kita. Bisa saja komentarnya nggak enak didengar, atau bernada menuduh/ memojokkan. Jangan ambil pusing, tutup kuping saja. Hidup kita adalah milik kita, apa yang mereka katakan tak akan membayar hutang-hutang kita.
Penting sekali bahwa suami-istri benar-benar sepakat dalam rencana refinancing ini. Karena berat ringannya menjalankan ini akan sangat berpengaruh pada kondisi ekonomi keluarga secara keseluruhan.
Jika memang harus hidup prihatin sementara waktu, jangan sampai salah satu pihak secara sembunyi-sembunyi membelanjakan uang untuk hal yang tidak perlu atau hanya menuruti keinginan saja.
Jangan sampai juga sampai mengorbankan pemenuhan kebutuhan anak. Karena anak adalah amanah, dan kewajiban kita sebagai orangtua untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika anak sudah besar, bisa saja diberi pengertian bahwa harus lebih berhemat dalam segala hal. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak, sesuai dengan usianya.
And this too, shall pass. Jalani masa-masa berat ini dengan ikhlas, pasti akan tiba saatnya masalah ini akan hanya jadi masa lalu, dan tentunya kita berdoa supaya tidak terulang lagi. Insya Allah..