banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Pendidikan Seks Untuk Spectrum Autism

author

cahyu0320 Aug 2014

Pendidikan Seks Untuk Spectrum Autism

 

autism

Sekarang ini ramai sekali perbincangan antara para Mommies mengenai sex education terutama setelah maraknya kasus kekerasan seksual akhir-akhir ini. Kemudian saya jadi tertarik untuk mencari tahu, bagaimana ya sex education untuk anak berkebutuhan khusus, anak dengan spectrum autism misalnya. Tentunya mereka akan membutuhkan metode yang berbeda dengan anak normal. Kebetulan, saya memiliki dosen di Fakultas Psikologi UI yang mendalami tentang autisme. Beliau bernama Adriana S. Ginanjar, beliau merupakan pendiri sekolah khusus untuk anak autisme yang diberi nama Mandiga (Mandiri dan Bahagia). Silahkan disimak hasil wawancara saya dengan beliau ya!

Apakah usia pubertas anak dengan spectrum autism sama dengan anak normal?

Masa pubertas anak dengan SA kurang lebih sama dengan anak normal yaitu sekitar usia 11-13 tahun

Apabila sedang tertarik dengan lawan jenisnya, anak dengan spectrum autism cenderung pasif/pemalu atau agresif?

Ada yang nggak memperlihatkan, tetapi ada yang secara nyata “deketin” dengan jarak yang benar-benar dekat sehingga orang yang ditaksir juga gelisah, jadi ketika jarak mereka sudah terlalu dekat biasanya akan dipisahkan dan diberitahu bahwa tidak boleh terlalu dekat. Untuk anak-anak tertentu harus ada pemicunya dulu baru bisa dikasih tahu, tetapi untuk anak-anak lain ada juga yang sudah bisa dicegah

Lalu, apakah anak dengan spectrum autism rentan mengalami pelecehan seksual? Lengkapnya klik halaman berikut,ya

Autism-Spectrum

Pada dasarnya, anak normal aja bisa terkena pelecehan seksual apabila diiming-imingi sesuatu, apalagi anak dengan special needs yang dijagainnya tidak terlalu ketat. Untungnya biasanya anak dengan special needs itu selalu diikuti ibu atau pengasuhnya, tetapi tetap harus diajarkan karena bisa saja pengasuhnya yang melakukan itu

Sebenarnya apa yang menyebabkan anak dengan spectrum autism rentan mengalami pelecehan seksual?

Karena terkadang mereka nggak mengerti dan justru menikmati jadi malah mereka yang mendekati dan nempel-nempel

Apa yang biasanya dilakukan oleh anak dengan spectrum autism setelah menjadi korban pelecehan seksual? Apakah diam saja atau bercerita kepada orang terdekatnya?

Tergantung anaknya juga. Ada yang memang jenis autismenya non-verbal atau nggak bisa berbicara, tetapi terlihat dari tingkah lakunya, misalnya suka takut. Jadi orang tua harus observe tingkah laku apalagi kalau anaknya sudah remaja. Kalau anaknya yang dekat sama ibunya biasanya mereka mau cerita, kecuali mereka diancam oleh pelaku, maka mereka akan diam saja.

Mulai kapan sebaiknya edukasi seks diberikan pada anak dengan spectrum autism?

Kalau berupa penjelasan sebaiknya diberikan saat pubertas, sekitar usia 10 atau tahun, tetapi kalau saya melihatnya secara umum, harusnya sudah dilakukan dari kecil dimulai dari pengenalan kebersihan, pengenalan bagian-bagian tubuh, ngajarin mandi, ngajarin toilet training, kemudian diajarin nggak boleh deket-deket dengan lawan jenis, dan nggak boleh disentuh sama orang asing. Kemudian saat masuk remaja yang penuh gejolak, terkadang mereka melakukan masturbasi karena mereka pikir itu satu-satunya cara untuk memuaskan tubuhnya yang penuh gejolak tetapi kalau remaja yang memiliki hubungan dekat dengan orang tua dan guru, biasanya masa remajanya akan baik-baik saja. Jadi tidak hanya dilhat dari edukasi seksnya saja tetapi juga diperhatikan tingkah lakunya.

Lalu, bentuk edukasi apa yang tepat untuk anak dengan spectrum autism? Langsung klik halaman berikut, ya!

photo (768x1024) (2)

Bentuk edukasi seksual apa saja yang dapat diberikan pada anak dengan spectrum autism? Apakah bentuknya sama dengan yang diberikan pada anak normal?

Sudah pasti pemberian edukasi seksnya juga berbeda. Anak autis itu sekarang disebutnya spektrum autistik karena mereka sangat berbeda-beda, jadi mereka yang autis pun juga berbeda-beda sesuai dengan kemampuan berkomunikasinya. Artinya kalau yang high functional autistic, yang sekolah di sekolah umum ya juga bisa mengikuti pemberian edukasi seks di sekolahnya, atau bisa juga dengan guru ngajinya atau melalui buku yang dibaca bersama-sama dengan orang tua, jadi mirip seperti anak normal tapi mungkin pendekatannya yang berbeda karena biasanya mereka memiliki pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Nah untuk mereka yang kemampuan kognitifnya kurang baik, agak susah tuh ngajarin edukasi seks, jadi memang saya melihatnya edukasi seks itu sudah dimulai dari anak masih kecil sih. Kalau untuk anak yang kemampuan kogntifnya baik bisa diberikan pendidikan agama jadi tidak terlalu berbau pornografi, hanya dijelaskan tentang menstruasi dan mimpi basah. Sedangkan untuk anak yang kemampuan kognitifnya kurang baik, biasanya juga ditampilkan dalam bentuk visual, juga yang paling penting adalah pelatihan berulang. Selain itu, biasanya orang tua saat saya tanya mengaku belum pernah memberikan edukasi seks pada anaknya padahal menurut saya mengajarkan mengenai kebersihan juga sudah merupakan satu tahap menuju sana. Seperti misalnya setelah BAB harus dibersihkan, kan itu juga merupakan kesehatan reproduksi ya, kan edukasi seks bukan semata-mata tentang seks saja.

Jadi tentang kebersihan alat kelamin, penjelasan tentang menstruasi (cara memasang dan membersihkan pantyliner), penjelasan juga kenapa kalau pagi-pagi alat kelamin anak laki-laki suka tegang sudah harus dijelaskan dari saat anak masih kecil. Jadi dimulai dari mandi, membersihkan diri, dan mungkin saat kecil mandi dengan orang tuanya agar dapat melihat perbedaan organ antar jenis kelamin yang berbeda. Ketika sudah remaja, dijelaskan mengenai menstruasi dan mimpi basah serta dijelaskan kalau berhubungan seksual sudah bisa hamil (itu untuk anak yang bisa mengerti). Sedangkan untuk anak yang kurang bisa mengerti, dilakukan pelatihan berulang pada situasi dan tempat sebenarnya. Jadi contohnya, ketika anak sudah berusia 10 tahun ia diminta untuk latihan ikut memakai pantyliner saat ibunya sedang menstruasi, juga latihan membersihkan dan membuang pantyliner untuk mempersiapkan diri, jadi ketika sudah waktunya ia menstruasi ia sudah nggak kaget lagi. Namun, yang susah ditanggulangi adalah mood swing dan sakit perutnya, mereka bisa PMS juga. Ketika mereka sakit perut, mereka dijarkan untuk mengkomunikasikannya seperti memegang perut atau menulisnya sehingga dapat diberikan obat. Untuk anak laki-laki, mimpi basah kan lebih susah diajarkannya, nah dari kecil paling mereka diajarkan untuk mandi di tempat tertutup, ketika semakin besar diajarkan untuk ganti baju di kamar mandi jangan cuma pakai handuk karena terkadang handuknya jatuh kemudian mereka lari-lari. Nah untuk mimpi basah, mereka sudah harus tahu ketika mimpi basah mereka harus paling tidak mengguyur seprairnya dengan air kemudian menaruhnya di tempat cucian dan menggantinya dengan yang bersih. Hanya saja memang perlu dijelaskan berulang kali.

Biasanya yang paling banyak diajukan oleh orang tua adalah pertanyaan mengenai masturbasi, karena orang tua dan guru banyak berpikiran bahwa masturbasi itu tabu karena mengaitkannya dengan hubungan seks dan yang porno-porno. Seringkali remaja itu dilarang, padahal dari sudut pandang saya sebagai seorang ibu dan psikolog, masturbasi ini merupakan dorongan yang harus disalurkan hanya saja caranya harus benar. Balik lagi, kalau anak SA yang bisa mengerti maka bisa dijelaskan mengenai perubahan hormon dsb, sedangkan untuk anak yang kurang bisa mengerti, mereka terkadang suka melakukan mastrubasi secara tiba-tiba, misalnya saat belajar dan caranya berbeda dengan orang dewasa yang suka melakukan masturbasi secara khusus, remaja ini biasanya menempelkan alat kelaminnya di lantai atau meja sehingga tampilannya memalukan karena melakukannya di tempat umum. Menurut saya, sebaiknya mereka diberikan waktu untuk melakukan masturbasi, namun harus di tempat tertutup seperti kamar mandi atau kamarnya sendiri, kalaupun di kamarnya sendiri kalau bisa pakai selimut dan pintu ditutup. Setelah itu kalau kotor atau basah ya mereka harus membersihkannya dan ganti baju. Saat mereka melakukannya di tempat umum, biasanya mereka diarahkan ke tempat tertutup atau diberi tahu bahwa tidak boleh melakukannya di tempat tersebut atau tidak boleh sering-sering.

Satu lagi, remaja juga harus menjaga privasi agar terhindar dari pelecehan seksual. Untuk remaja SA yang bisa mengerti, biasanya diberi tahu bahwa yang boleh menyentuh hanya dokter saat memeriksa atau ayah dan ibu saat mandi bareng. Oleh karena itu dari kecil biasanya sudah diajarkan bina diri, jadi walaupun mereka belum bisa mandi dengan bersih misalnya tapi mereka harus tetap usaha mandi dan sabunan sendiri, supaya tidak harus dibantu orang lain dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Nah untuk yang kurang mengerti biasanya menggunakan relationship circle.

chart-relationship

Biasanya di lingkaran tersebut ada gambar ayah, ibu, dsb. Kemudian dijelaskan kalau ayah ibu boleh meluk, kemudian kalau keluarga besar kayak nenek, oom, tante, hanya boleh salim, kemudian kalau tetangga hanya boleh salaman, tetapi kalau orang asing sudah tidak boleh dekat-dekat sama sekali. Ini harus dijelaskan berulang-ulang dan pada situasi sebenarnya. Jadi misalnya lagi di mall, remaja laki-laki tertarik sama perempuan harus dikasih tahu kalau mereka nggak boleh dekat-dekat, nggak boleh menyentuh dan disentuh, ngeliatin aja juga nggak boleh. Boleh juga menggunakan boneka untuk menunjukkan bagian-bagian tubuh mana saja yang boleh disentuh asal waktunya tepat dan tingkat pemahamannya sudah cukup baik. Sebab kalau pemahamannya sudah baik, mereka bisa mengidentifikasikan boneka itu sebagai dirinya tetapi kalau tingkat pemahamannya sangat buruk maka dia akan menganggap boneka itu tidak ada kaitannya dengan dirinya.

Intinya anak SA yang high functioning itu mirip seperti anak normal, tetapi kalau yang low functioning emang perlu effort khusus

Pihak mana saja yang kira-kira dapat memberikan edukasi seks agar mudah diterima oleh anak dengan spectrum autism?

Orang tua biasanya susah untuk diminta mengajarkan, jadi biasanya sekolah yang memberikan edukasi seks tersebut secara bersama-sama. Sebenarnya rutinitas yang dilakukan oleh orang tua dari semenjak anak masih kecil, seperti mandi bareng, itu secara nggak sadar sudah dilakukan tetapi ketika menyangkut hasrat seksual dan masturbasi biasanya mereka sulit untuk diminta menjelaskan. Jadi bisa juga melalui buku-buku atau gambar, atau bisa juga dijelaskan secara sequence jadi misalnya saat masturbasi kemudian ke tempat tertutup, kemudian setelah selesai ke kamar mandi untuk membersihkan diri

Banyak sekali ya informasi yang dapat diperoleh dari wawancara ini. Terima kasih banyak Bu Adriana!

 

PAGES:

Share Article

author

cahyu03

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan