banner-detik
ETC

ART: Bagai Mencari Cinta Sejati

author

SepatuKaca17 Jul 2014

ART: Bagai Mencari Cinta Sejati

maidJangan marah dulu ya mommies, ini hanya guyonan di antara teman-teman saya lho. Apalagi kalau di grup Whatsapp saya saat ini sedang ramai curhat tentang orang kepercayaan tersebut sudah meminta pulang dalam rangka Lebaran. Sungguh was-was takut diberi harapan palsu lagi. PHP lagi PHP lagi...

Setelah masa kampanye telah lewat, ini pertanyaan yang beredar saat ini di kantor adalah:

"Gimana Yas? Duo Teteh lo bakal balik kerja lagi sama lo gak?"

Saya tidak tahu. Beberapa orang bahkan tercengang kalau tahu Duo Teteh saya (Asisten Rumah Tangga  saya di rumah) akan libur sejak tanggal 26 Juli 2014 sampai dengan 9 Agustus 2014. Itu belum termasuk libur tahun baru yang lalu selama seminggu, jadi amunisi cuti kami harus banyak. Kalau kata suami saya:

"Jadwal cuti kita ditentukan oleh Duo Teteh ya?" sambil bercanda.

Duo Teteh yang kebetulan kakak beradik, sudah bekerja di rumah saya sejak 3 tahun yang lalu, yang di mana menurut teman-teman saya merupakan sebuah rekor. Saya juga pernah merasakan masa-masa kelam mencari ART atau Baby Sitter (BS). Kalau boleh saya menggambarkan dahulu kehidupan rumah tangga kami, saat ini saya berstatus sebagai ibu rumah tangga dan pekerja, bertempat tinggal sekitar 80km perjalanan dari kantor saya, orangtua dan mertua masih aktif di kantor, mau gak mau saya harus mencari tenaga tambahan untuk menjaga anak-anak selain opsi menitipkan di daycare atau ke orangtua. Kadang timbul juga perasaan sudah di- fait accompli saat mencari ART. Inginnya A-B-C-D, sedangkan yang didapat adalah X-Y-Z. Mereka butuh pekerjaan, saya lebih butuh mereka.

Rekor paling singkat saya memiliki ART adalah 18 jam! Saya ingat ketika anak ke dua saya baru lahir, mantan ART keluarga saya membawa 2 anak di bawah umur dari daerah Gunung Merapi. Penampilan yang sedikit lusuh, berbadan tidak lebih besar dari anak sulung saya yang berusia 3 tahun saat itu, ditambah kenyataan yang lebih mengejutkan: mereka berusia 10 dan 12 tahun. Hati saya tidak tega, kasihan dan sedih, apalagi mereka masih anak-anak dan mereka tidak tahu bahwa akan diperkerjakan jauh dari Muntilan. Segera dengan segala kerugian transportasi yang harus kami tanggung, kami minta mereka dikembalikan kepada orangtua mereka. Saya tidak mau menjadi tertuduh dalam kegiatan child trafficking, pikir saya. Apalagi di kemudian hari mereka berempat (ART cilik dan anak-anak saya) harus sendirian berada di rumah.

Sebelumnya saya pernah memiliki ART yang mantan buruh migran. Karena saya pernah turun melakukan wawancara ke tempat pelatihan buruh migran, jadi saya merasa bahwa pastinya ART yang satu ini pastinya sudah memenuhi kualifikasi standar pekerja internasional. Ternyata saya belum beruntung. Secara pekerjaan memang bagus, tapi Bapak saya menjadi saksi bagaimana anak saya diperlakukan dengan kasar oleh ART tersebut.

Teman saya mengalami hal serupa, di mana BS yang dia pekerjakan, yang katanya mantan pekerja di salah satu model ternama dan sempat dia banggakan kecekatannya, ternyata ketika mengundurkan diri, barulah anaknya memberikan suatu pengakuan yang mengejutkan. Kebetulan anaknya sudah SD kelas 3 atau 4 dan memang terlihat sehat, tapi memerlukan pengawasan untuk pemberian obat harian sejak mengalami transplantasi organ. Anak tersebut ternyata sering di-bully dengan kata-kata seperti pemalas, anak bodoh atau apapun jika anak teman saya lalai melakukan suatu tugas.

Suka duka seperti ini tidak hanya dialami oleh saya sendiri, seyakin-yakinnya banyak teman-teman yang mengalami hal serupa. Saya pun sempat frustrasi ketika di mailing list, forum atau social media beredar video maupun cerita tentang ART maupun BS ini. Masih bergidik saya mengingatnya.

Lalu, bagaimana asal muasal Duo Teteh di rumah saya? Simak ceritanya di halaman selanjutnya, ya..

nanny_mommiesdaily

Sampai anak saya yang ke dua hampir berumur 2 bulan, dan saya sudah harus masuk kantor, saya dilanda kepanikan luar biasa. Saya belum mendapatkan ART yang dapat menjaga anak-anak saya. Akhirnya saya mencari penitipan anak di sekitar rumah, atau sudah mempertimbangkan opsi bahwa saya akan mengundurkan diri dari kantor. Sampai suatu waktu, ART orangtua saya membantu dengan sabar menenangkan si bayi yang sedang growth spurt. Ditambah, Teteh Tua (kakak tertua di antara Duo Teteh) cekatan memberikan ASIP dengan gelas. Saat itulah saya meminta izin orangtua saya untuk "menculik" salah satu ART orangtua saya, yang kebetulan memiliki adik yang bersedia bekerja juga. Kadang jawaban dari sebuah doa datangnya dengan tidak terduga ya.

Apakah saya mendapatkan ART yang sempurna? Tidak juga. Kedua ART saya itu lebih jago momong anak dan beberes rumah daripada memasak. Selarut apapun saya baru tiba dari kantor, jangan kaget kalau saya masih bekutat di dapur dini hari mempersiapkan menu masakan anak-anak, suami dan Duo Teteh, daripada anak-anak dikasih makan nugget, telur goreng dan sayur bening melulu (yang itulah keahlian Duo Teteh sementara ini).

Masak sayur asem dengan cuka supaya asam, pernah. Diminta goreng mpek-mpek, yang hadir malah tempe goreng :). Pernah hilang di mal berempat bersama anak-anak saya, sampai saya membawa bala bantuan kelompok ojek kompleks demi mencari mereka. Bayi kecil saya bersama Teteh Tua yang saat itu tidak membawa alat komunikasi pernah terbawa Bus Transjakarta berdua sendiri, di mana saya bersama Teteh Muda dan si Sulung tertinggal di halte dan menyebabkan kepanikan luar biasa petugas Halte Bus Dukuh Atas.

Anak bungsu saya pernah terjatuh di depan suami saya, ketika ditanyakan keadaannya, Teteh Tua merasa suami saya telah menghardik dirinya dan sedikit ngambek. Saat itu dengan muka bermusuhan saya berujar ke suami:

"Awas lho, kalau sampai Teteh keluar, kamu yang resign dari kantor untuk jagain anak-anak."

Jangan ditiru ya mommies, hehehehe, namanya lagi panik.

Frustrasi? Lupakan saja.

Saya sudah merasa sangat sangat sangat beruntung bisa bekerjasama dengan mereka.

Memang saat ini saya dan suami memakai istilah bekerjasama dengan Duo Teteh, karena kami saling membutuhkan. Suatu simbisosis mutualisme, saling menguntungkan untuk kedua belah pihak.

Kami berusaha menepati hak-hak mereka sebagaimana yang kami perjanjikan di awal mereka bekerja, dan mereka pun telah melakukan kewajiban-kewajiban mereka sebagaimana telah digariskan di awal "kontrak". Bahkan tahun lalu Teteh Muda sempat ingin mengundurkan diri dan memberikan one-month-notice sesuai dengan perjanjian awal. Saya pun saat itu tidak melarang dirinya, saya hanya menanyakan apakah saya ada salah atau bagaimana. Ternyata dia hanya merasa jenuh saja, bukan ingin naik gaji. Aha! Kalau untuk itu saya pun sangat mengerti, di kantor pun pasti kita merasa jenuh bukan? Saya menawarkan untuk diperkejakan ke teman-teman saya yang lain, supaya saya yakin dia akan mendapatkan pemberi kerja yang lebih baik. Dia pun ternyata kembali karena dia telanjur sayang sama anak saya.

Tahu kah Mommies, kalau dari hasil obrolan dengan Duo Teteh, masalah persamaan gaji, masalah diajak ke mal atau restoran, masalah THR yang ditahan supaya mereka balik dari Lebaran bahkan masalah diberi makanan sisa atau sama dengan yang di rumah menjadi obrolan mereka sesama pekerja di rumah. Sama seperti kita di kantor atau arisan membicarakan tentang bisnis atau bos kita. Mereka sama seperti kita semua, mereka pekerja, mereka pun juga punya keluarga di rumah.

Dengan beberapa keterbatasan yang mereka miliki, saya bersyukur mereka mengajarkan anak saya doa-doa pendek tanpa diminta, perhatian kepada anak-anak saya dan menjaga anak-anak saya ketika kami berdua terpaksa harus dinas bersamaan keluar kota. Bahkan mereka bertindak sigap ketika si Bungsu mengalami kejang. Kebayang kan jika saya masih mempekerjakan anak-anak dari Gunung Kidul di atas, belum tentu mereka mampu mengemban tugas yang berat seperti ini.

Saya terharu ketika mereka pulang jalan-jalan dari Tasikmalaya, mereka membawakan sendal jepit kerajinan daerah untuk anak-anak.

Ya, mendapatkan ART ini bagai mencari cinta sejati, jalan berliku-liku, tapi pastinya Yang Di Atas telah menetapkan jodoh kita masing-masing, ya tidak?

Semoga para mommies yang sedang galau akan di PHP oleh ART/BS nya diberikan kemudahan jalan.

Dan sampai sekarang saya pun masih deg-degan takut di-PHP...

Semoga kerjasama ini akan langgeng terus.

PAGES:

Share Article

author

SepatuKaca

still trying to be the best mommy and a devoted wife who enjoy seeing the world trough her 18-200mm lens


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan