*Gambar dari sini
Pernah nggak mendengar kasus seperti di bawah ini?
"Anak saya di sekolah pintar. Tapi kenapa, ya, anak saya ini nggak percaya diri, terlihat individualis, lebih parahnya lagi, kok, sepertinya nggak bisa kendalikan emosi dan nggak sensitif ya dengan lingkungnnya?"
Saya sendiri, cukup sering mendengar kondisi seperti di atas. Kalau lagi ngumpul bersama teman atau ibu-ibu di sekolahnya Bumi, pasti ada saja yang curhat colongan soal di atas. Kalau dipikir-pikir, sayang banget, ya, kalau anak kita pintar tapi tidak diimbangi kecerdasan emosional? Lalu gimana, sih, cara membangun kecerdasan emosional ini?
Biar gimana, bahwa kecerdasan emosional anak itu kan, salah satu aspek intelektual anak yang harus dikembangkan dengan maksimal seiring dengan pertumbuhannya. Dalam hal ini, kita sebagai orangtua tentu saja punya peran yang sangat penting. Begitu, bukan?
Cerdas emosional menurut Daniel Goleman adalah kemampuan memahami emosi diri dan orang lain, mampu membedakan emosi, menggunakan emosi untuk mengarahkan pemikiran dan perilaku. Dalam hal ini psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Nina menjelaskan untuk mengasah kecerdasan emosional anak ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Apa saja? Lengkapnya di halaman berikut, ya.
Menurut Mbak Nina, hal yang pertama harus dilakukan adalah mengajarkan anak untuk mengenali emosi dirinya. Misalnya, saat dia senang, sedih, atau ketika marah. Kedua, mengajarkan anak untuk mengelola emosi sehingga dirinya bisa menyesuaikan antara emosi yang disampaikan dengan situasi yang sedang berlangsung. Ketiga, mengajarkan untuk memotivasi diri sendiri.
Keempat, melatih anak untuk lebih peka terhadap apa yang sedang dirasakan orang lain. Mungkin salah satu contohnya adalah mengajarkan anak untuk lebih berempati, di mana rasa ini memang harus dipelajari. Dan yang terakhir, kita tentu saja harus memperlihatkan ke anak-anak kalau kita punya hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Baik dalam hal bersosialisasi, termasuk untuk berbagi, dan berbuat baik.
Kalau Mommies sering mendengar kalimat yang mengatakan, tidak ada kata terlambat untuk belajar, ternyata hal ini juga berlaku untuk mengasah kecerdasan emosional, lho! Soalnya, kecerdasan emosional bisa meningkat bahkan pada usia dewasa, asalkan mendapat training yang tepat tentunya.
Cara lain yang mungkin lebih mudah untuk dicoba adalah dengan menjalin hubungan dengan lingkungan atau orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik. "Jadi, dekati saja orang-orang yang punya kecerdasan emosional yang baik, karena seiring waktu yang berjalan, kecerdasan emosional dapat berubah setara dengan orang terdekat,” ungkap Mbak Nina.
Jadi kebayang, ya, betapa pentingnya peran kita dalam mengajarkan kecerdasan emosional pada anak. Lah wong, orang dewasa saja bisa dapat efek baik yang besar dengan bergaul dengan orang yang punya kercerdasan emosional. Kalau kita menebarkan aura postif ke anak-anak, tentu mereka juga bisa mendapatkan dampak yang baik.
Bagaimana peran orangtua meningkatkan kecerdasan emosional pada anak? Lanjutkan baca ke halaman berikut, ya, Mommies.
*Gambar dari sini
Dalam rangka mencerdaskan emosional anak, tentu saja banyak cara yang bisa kita lakukan. Tentunya harus dimulai dengan hubungan keluarga yang harmonis. Toh, sebenarnya memupuk hubungan yang baik dalam keluarga nggak terlalu sulit, ya? Untuk hari-harinya, bisa dimulai dengan bersama, dan sesekali kalau memang ada waktu bisa rekreasi. Kenalkan anak juga pada ekspresi dan emosi , menerapkan disiplin positif. Karenanya, Mbak Anna mengingatkan supaya kita para orangtua harus punya waktu untuk berbagi perasaan.
“Jadilah pendengar yang baik bagi anak, dan sensitif pada kebutuhan anak. Jangan lupa juga berikan apresiasi kepada anak. Dan, sering-sering saja ajak anak untuk bersosialisasi dan belajar untuk berbagi”.
Nah, mumpung sekarang lagi bulan puasa, sepertinya momen ini sangat tepat yang kalau kita lebih banyak mengajarkan anak-anak untuk berbagi. Lagi pula, bukankah berbagi merupakan bagian dari ungkapan rasa syukur dengan nikmat dan rezeki yang sudah dilimpahkan-Nya? Caranya, bisa melakukan kegiatan sosial seperti kunjungan ke panti asuhan bersama teman-teman, mengumpulkan barang layak pakai atau kebutuhan pokok untuk untuk disumbangkan. Yuk, ah!