Siapa di antara Mommies yang senang minum teh? Atau bahkan menjadikannya sebuah ritual dalam keluarga? Saya sendiri bisa dibilang penikmat teh. Hal ini tertular dari kebiasaan suami yang sering minum teh. Baik saat pagi hari, sore hari bahkan ketika malam hari sebelum kami melakukan ritual pillow talk.
Entah kenapa, buat kami menikmati secangkir teh mampu membuat kami merasa lebih rileks, bahkan meredakan stres. Tapi ketika ngomongin masalah teh, ternyata banyak sekali ya treatmentnya. Maksudnya, hal yang harus perhatikan seperti saat menyeduh teh ataupun saat penyimpanannya.
Waktu acara peluncuran Teh Gelas dalam Kemasan Botol yang belum lama ini saya datangi, saya sempat berbincang dengan Ratna Somantri. Perempuan yang sudah lama menjadi pemerhati teh ini bilang, kalau masyarakat Indonesia masih banyak yang terbiasa menyeduh teh dalam waktu yang lama. Padahal, menyeduh teh cukup 3 sampai 5 menit saja.
"Baik teh tubruk maupun teh celup tidak boleh terus-menerus terendam air karena hal itu membuat air teh menjadi sangat pekat, kental, dan pahit. Selain itu, teh mengandung antioksidan. Jadi kalau dibiarkan terus-menerus terendam dalam air akan merusak antioksidan di dalam tehnya."
Saat menyimpan teh pun, perempuan asal Jawa Barat ini menyarankan untuk memilih wadah yang tidak transparan sehingga bisa mengurangi paparan sinar matahari yang mampu merusak kandungan teh. Mengingat selera masyarakat Indonesia, termasuk saya yang senang dengan sesuatu yang manis, saya pun sempat bertanya apakah kandungan gula yang dicampurkan dapat merusak manfaat teh? Jawabannya di halaman berikut, ya.
"Kalau merusak manfaatnya, sih, tidak. Tapi kalau saya sendiri memang terbiasa tidak mengunakan gula. Saat konsumsi makanan lain kan juga sebenarnya juga sudah kaya gula. Kalau kita mau minum teh untuk sehat, maka sebaiknya tanpa gula. Tapi kalau pahit, mau tidak mau kita tambahkan gula. Makanya harus menyeduhnya dengan baik dan benar," ungkapnya.
Ketika minum teh dalam kemasan yang siap saji, Ratna pun berpesan agar lebih hati-hati dalam memilih produk. Hal ini dikarenakan tidak semua teh kemasan menggunakan daun teh alami, karena ada yang memakai ekstrak teh untuk meniminalisir biaya produksi. Pun dengan kandungan gulanya, yang harus diperhatikan.
Toh, katanya, selain memerhatian kemasan, untuk mengetahuinya ready to drink tea tersebut menggunakan daun teh atau ekstrak sebenarnya bisa kita rasakan."Kalau benar-benar dari daun teh, rasanya itu agak sepat. Bisa kita ketahui, kok, dari after teste-nya. Untuk gulanya juga harus diperhatikan.
Sebagai salah satu minuman teh kemasan, Teh Gelas sendiri memiliki keunggulan rasa yang berasal dari daun teh asli dan 100% gula pasir murni. Umh, pantas saja, ya, kalau Teh Gelas berhasil merebut pasar ready to drink tea sejak pertama kali diluncurkan tahun 2007 silam.
Setelah meluncurkan kemasan karton di tahun 2013, tahun ini, Teh Gelas pun kembali melakukan inovasi dengan meluncurkan varian kemasan lain, yaitu menggunakan botol plastik. Seperti yang diungkapkan Yuna Eka Kristina, Head of Corporate and Marketing Communication OT Group, alasanya tentu nggak terlepas karena Teh Gelas ingin memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat, sesuai dengan segala macam kondisi, kapan saja dan di mana saja.
Yang nggak kalah penting, berbeda dengan ready to drink tea lainnya, produksi Teh Gelas dalam kemasan botol ini juga menggunakan teknologi aseptik yang dilengkapi dengan cold filling technology yang menjaga kesempurnaan rasa. Aseptic technology ini menjamin higienitas produk Teh Gelas, karena teknologi ini menjaga tidak ada bakteri yang masuk selama proses produksi, sedangkan cold filling technology merupakan proses lanjutan setelah pemanasan dengan UHT, di mana suhu produk diturunkan selama waktu tertentu untuk menjaga rasa produk menjadi sempurna.