*Gambar dari sini
Do you sleep with your kids?
Kalau iya, kira-kira sampai kapan ya anak kita akan satu kamar dengan orang tuanya?
Saya sendiri hingga saat ini anak berumur 5 tahun belum pisah juga. Karena jujur saja awalnya saya bingung dan merasa anak juga belum siap untuk pisah tidur dengan saya (atau malah ibunya yang belum siap?). Dari awal saya dan beberapa teman sesama Ibu memutuskan untuk sekamar dengan bayi dan merasakan manfaat-manfaat berikut :
Bonding dengan anak lebih intensifSaya ibu bekerja yang otomatis akan meninggalkan anak sepanjang hari, dan baru bertemu sepulang dari kantor. Jadi saat dirumah saya manfaatkan quality time dengan sebaik-baiknya termasuk tidur malamnya. Jarak yang dekat saat tidur dengan anak membuat perasaan nyaman dan sentuhan hangat dapat diberikan lebih intens. Hembusan napas ibu yang dirasakan oleh bayi juga dikatakan merangsang bayi untuk bernafas lebih teratur.
Mempermudah menyusuiSelama bayi masih menyusui di waktu malam, tidur didekatnya akan lebih mempermudah Ibu untuk langsung menyusui. Sewaktu bayi, Zahra bangun 2-3 kali dalam semalam, jadi akan lebih mudah bagi saya untuk langsung menyusui saat dia terbangun. Dan langsung bisa tidur lagi. Menyusui di malam hari juga membantu saya untuk menghindari payudara bengkak dan penuh.
Kualitas tidur Ibu dan anak lebih baikKarena kemudahan menyusui itulah kualitas tidur anak dan saya jadi lebih baik. Setelah menyusui anak kembali tidur, begitu pula saya. Lama-lama pola tidur kami jadi terbiasa seperti itu dan badan pun tetap fit karena kualitas tidur kami yang lebih baik.
Emosi anak lebih stabilKarena anak dapat merasakan kehadiran Ibunya sepanjang malam. Baik saat dia bayi, maupun balita. Night terror yang dialami anak yang rata-rata dimulai usia 2 tahun memang tidak dapat dihindari, tetapi pengalaman saya dan beberapa teman, anak akan jauh lebih tenang jika merasakan kehadiran orangtuanya, diberikan pelukan dan siap memenuhi permintaan anak akan memberikan efek rileks yang kemudian nantinya akan melatih dan membangun kepercayaan diri.
Lalu kapan saatnya anak pisah kamar dengan orangtuanya? Simak penjelasan di halaman berikutnya, ya!
Bertanya pada beberapa teman yang punya anak seumuran, rata-rata sudah mulai “pisah ranjang” dengan anaknya sejak umur 3 tahun. Wah berarti saya terlambat dong ya? Karena saya juga teringat sewaktu datang ke seminar parenting Ibu Elly Risman mengatakan, idealnya anak pisah kamar dengan orangtuanya saat dia berusia 2 tahun. Kenapa? Karena di usia 2 tahun dia sudah mulai bisa berpura-pura dan meng-copy apapun yang dilihat. Dalam hal ini Bu Elly mungkin bermaksud mengatakan jangan sampai si anak melihat “aktivitas” kedua orangtuanya.
Lalu saya pun bertanya kepada sepupu yang kebetulan masih satu kamar dengan anaknya yang sudah menginjak kelas 1 SD, kenapa masih sekamar dengan anak? Jawabnya “Ah nanti kalo udah gede juga misah sendiri, selama masih kecil pengen aja di kekep terus”. Lalu saya tanya lagi apa gak takut nanti “aktivitas”-nya dengan suami ketauan anak? Jawabnya “Itu sih orangtuanya aja yang gak kreatif”. Saya hanya tertawa. Karena saat ini saya masih sekamar dengan anak dan sedang hamil 34 minggu. Untungnya selama ini gak ketauan anak sih, jangan sampe deh.. horor banget buat saya dan suami kalo kejadian, dan memang bener rasanya kalau alasannya cuma “takut ke-gap” banyak cara kreatif yang bisa dilakukan.
Jadi pertanyaan kapan saatnya pisah kamar dengan anak kemudian bisa saya jawab dengan “Ketika si anak merasa siap”. Karena hingga usia 4 tahun Zahra masih suka kaget di malam hari dan langsung minta dipeluk. Ketika menjelang tidurpun dia minta dipeluk dan protes kalau dipunggungi. Sebenarnya semua gangguan tidur pada anak bisa kita atasi dengan membangun pola tidur yang baik.
Turning point saya, adalah saat saya hamil kedua dan ternyata Zahra sendiri yang minta dibuatkan kamar warna pink. Jadi saat ini kami sedang memenuhi permintaan si anak 5 tahun, dan dengan sendirinya dia bilang mau tidur di kamarnya. Tapi baru diucap dimulut aja nih, realisasinya belum karena kamarnya belum jadi.
Kalau Mommies sendiri, apa yang membuat Mommies merasa “Inilah saatnya pisah kamar dengan anak?”