Suatu hari, salah satu teman yang saya kenal melalui dunia maya berkeluh kesah pada saya melalui email. “Gue ngga bisa deh diet kayak elu. Teman-teman kantor selalu meledek gue. Gue dibilang kambinglah karena ngikutin elu yang selalu ada menu sayuran, dibilang ngga asik karena berusaha menahan diri cheating meal sehari aja dalam seminggu, bahkan ada yang tega bilang gue nggak akan berhasil menjalani diet ini sampai selesai. Suami gue juga bilang, ngapain gue olahraga karena nggak bakalan kurus juga. Mul, sedih gue. Hilang semangat gue jadinya”.
Alangkah kagetnya saya membaca isi email darinya. Jelas, teman saya yang sedang berusaha mengubah pola hidupnya (untuk menjadi lebih sehat) ini menjadi korban ledekan dari lingkungan sekitarnya. Rasanya, semua orang ikut berkomentar negatif saat dia sedang menjalankan (baca : berjuang) diet sehat. Tidak ada satupun orang yang berusaha mendukungnya. Bahkan sang suami pun sudah putus harapan di saat istrinya baru berjuang.
Miris, itu yang saya rasakan. Saya tahu persis rasanya menjadi orang yang memiliki kelebihan (sangat berlebih) dalam berat badan. Sederhananya, mau cari baju saja susah. Sekalinya ketemu baju yang diinginkan, eh sizenya nggak ada. Bergerak kesana-kemari pun kurang gesit untuk ukuran usia saya saat itu (yang masih dibawah 30 tahun loh). Saya juga gampang lelah, gampang mengalami keringat yang bercucuran (jalan kaki 15 menit saja, keringatnya sudah heboh) dan selalu mengorok saat tidur. Nggak harus telentang, tidur sambil duduk saja saya bisa ngorok loh. See?!
Bukan berarti saya atau teman-teman yang lain (yang sedang melakukan diet sehat dalam rangka menurunkan berat badan) ini termasuk kelompok orang yang kurang bersyukur loh. Iya, saya pernah di-judge “Tidak mensyukuri karunia-Nya karena diberi berat badan yang lebih” oleh teman saya sendiri. Kok bisa? Ya, gara-gara saat kumpul bareng dengan teman-teman, saya memilih untuk order salad buah sedangkan yang lain cuek-bebek order pizza. Langsung saya diberi label “Ngga asik, picky eater dan kurang bersyukur”. Reaksi saya, cuek sajalah. Toh, mereka juga tidak tahu rasanya menjadi obese atau overweight, kan.
Prinsip saya saat melakukan diet adalah selama yang saya lakukan masih di jalan yang benar (sehat) maka saya tidak melakukan kejahatan pada tubuh. Justru, jika dilakukan dengan cara yang sehat, tubuh makin sehat dan bonusnya bentuk tubuh akan lebih ideal. Sayangnya, tidak semua orang di dekat saya menerima perubahan ini. Dahulu, ibu saya dan suami pernah menentang keinginan saya untuk berdiet karena saat itu saya masih menyusui bayi berusia 10 bulan. Padahal, saya tetap makan sebanyak lima hingga tujuh kali sehari. Bedanya, menu saya lebih sehat di mana lebih banyak sayuran, buah, protein yang dimasak dengan cara yang baik, karbohidrat secukupnya dan konsumsi air putih yang cukup. Untunglah, dokter spesialis anak yang saya kenal sangat mendukung program diet sehat ini. Jadi, saya tetap maju terus-pantang mundur dalam menjalankan diet. Termasuk untuk kebal terhadap ledekan suami saat melihat saya (yang saat itu masih overweight) sedang melakukan olahraga di ruang tengah.
Dukungan adalah hal penting yang dibutuhkan oleh siapapun yang sedang berdiet. Tidak perlu membelikan pernak-pernik olahraga mahal atau menjanjikan hadiah mewah jika pelaku diet berhasil mencapai tujuan angka kiloan yang diinginkan. Kata-kata positif yang selalu menyemangati saja sudah cukup bagi pelaku diet untuk terus berjuang menjalankan program diet sehat. Bahkan, sekedar mengingatkan waktunya berolahraga atau menyadarkan tentang makanan yang akan dikonsumsi, semua itu akan dianggap sebagai bentuk kepedulian orang-orang sekitar terhadap pelaku diet. Intinya, reaksi positif dari orang-orang sekitar akan membakar semangat pelaku diet dan meringankan “bebannya”. Secara emosional, berpisah dengan gorengan atau cake favorit sementara waktu itu sangat menyiksa loh *curcol.
Maka, jika ada pelaku diet di sekitar Mommies atau mungkin Mommies sendiri yang sedang melakukan diet sehat, jangan malu untuk berterus terang. Katakan pada orang-orang di sekitar bahwa “Ya, saya sedang berdiet dengan cara yang sehat. Dan ya, saya juga sedang berusaha untuk konsisten melakukan olahraga meski gerakan saya belum sempurna”. Kalau ada yang meledek, biarkan saja. Toh, kita yang menjalani diet sehat ini, bukan mereka. Percaya deh, suatu saat nanti orang-orang disekitar kita akan terpana saat melihat “perubahan” fisik kita. Dan saat tujuan kita tercapai, tidak akan ada lagi komentar negatif karena yang ada hanya pujian.
Tetap lakukan diet sehat dan lihat hasilnya kelak. Stay healthy and do the healthy diet, Mommies!