Modifikasi Me Time

#MommiesWorkingIt

donakamal・19 Nov 2013

detail-thumb

Sejak Gendra lahir 10 bulan lalu hingga sekarang, saya sudah tak pernah melakukan “me time” lagi. Bukannya nggak ada waktu, tapi rasanya gak tega aja harus meninggalkan Gendra di rumah dengan eyangnya sementara saya bersenang-senang nonton di bioskop, berenang, krimbat di salon atau menggila berkaraoke bersama teman-teman single saya. Awalnya saya merasa menghilangkan daftar “me time” dalam kehidupan saya setelah Gendra lahir adalah hal tidak perlu terlalu dipusingkan, tapi ternyata saya salah.Sebulan, dua bulan, tiga bulan, sampai saat ini, Sembilan bulan tanpa “me time” memberikan efek yang cukup berarti bagi saya, terutama dari segi psikologis. Saya merasa jadi mudah stres, tidak santai dalam menghadapi masalah. Saya jenuh dan hal ini membuat saya gampang emosi. Efeknya, hubungan saya dengan suami juga jadi kacau, karena mau gak mau, dialah yang jadi “korban” dari emosi saya yang tidak stabil ini. *elus dada* 

Suatu hari, setelah menjadikan suami sebagai “korban” untuk kesekiankalinya, saya berpikir. Kondisi seperti ini gak bagus buat saya, suami, dan juga Gendra. Saya mencoba mencari apa yang salah, dan setelah me-review perjalanan selama 10 bulan setelah kelahiran Gendra, saya menyimpulkan, yang saya perlukan adalah waktu untuk diri sendiri alias ‘me time’. Namun, kembali lagi, karena saya belum tega meninggalkan Gendra sementara saya bersenang-senang, maka yang harus saya lakukan adalah mencari atau memodifikasi “me time”.

Yang saya lalukan pertama kali dalam rangka menemukan ‘me time’ yang baru adalah mendaftar kegiatan-kegiatan apa saja yang saya gemari dan bisa membuat rileks :

1. Berenang

2. Karaoke

3. Nonton

4. Liburan ke pantai atau ke gunung

5. Dengar musik pake headphone sambil nyanyi-nyanyi di kamar sendirian

6. Baca novel sambil tidur-tiduran

7. Tidur seharian

Dari daftar itu kemudian saya sortir. Dari hasil sortir, kesimpulannya nomor 1-3 harus dilakukan dengan meninggalkan Gendra di rumah, dan saya belum tega. Nomor 4 bisa dilakukan dengan mengajak Gendra, tapi nanti jadinya bukan liburan tapi momong *phiuh*. Nomor 5 gak mungkin dilakukan karena….heloooo saya kan sekarang sudah bukan single lagi yang kamarnya privat untuk diri sendiri. Sudah ada Gendra dan ibu saya yang gak mungkin saya cuekin tutup pintu kamar dan nyanyi-nyanyi di dalam sementara aktivitas Gendra sehari-harinya juga di kamar itu. Nomor 6, hmmm mungkin bisa, tapi tentunya banyak interupsi dari Gendra dan penghuni rumah lainnya yang pada akhirnya gak bisa bikin rileks tapi malah riweuh *pesimis.  Nomor 7, hmmm begini ya, sejak melahirkan sampai sekarang, saya bahkan sering didiagnosis kurang tidur sehingga tekanan darah saya drop. Dengan demikian nomor 7 ini dicoret dari daftar pake spidol merah.

Nah, kalau sudah begini jadinya gimana? Karena nampaknya dari ketujuh poin tersebut, tidak ada yang benar-benar bisa dijalankan. *putar otak. Saya berpikir, sejauh ini, waktu yang saya punya untuk jauh dari hiruk pikuk rumah adalah ketika di kantor. Tentu saja saat pekerjaan tidak sedang menumpuk. Hmm, sepertinya boleh dicoba ya menikmati me time di kantor *lirik bos*. Saya kemudian kembali memilah dari ketujuh poin di atas. Sepertinya yang bisa dilakukan di kantor adalah nomor 5 (tanpa nyanyi-nyanyi) dan nomor 6 (dan tanpa tiduran tentunya).

Dan sekarang, jadilah saya menikmati musik di depan komputer kantor sambil nge-blog (tentu saat bos gak ada *tengok kanan-kiri*). Memang tidak senikmat menikmati me time waktu jaman gadis dulu sih, tapi yaa sudahlah, paling tidak bisa rileks sedikit.

senjata "me time" di kantor

Btw, gimana dengan buibu yang lain? Mungkin ada yang bisa sharing tentang (modifikasi) ‘me time’-nya, siapa tau bisa saya contek :D

*thumbnail dari sini