Kalau banyak orang yang menganggap titik balik kehidupan adalah saat menemukan kondisi yang membuat terpuruk hingga harus bangkit lagi, saya tidak demikian. Kondisi yang bikin saya banyak berubah adalah ketika status saya dari single menjadi seorang istri dan kini jadi seorang ibu.
Dulu mungkin saya bisa sangat cuek dan egois, mau melakukan sesuatu sesuka hati, sekarang nggak bisa seperti itu lagi. Menjadi seorang istri dan ibu memang banyak mengubah saya karena jadi bisa banyak belajar tentang segala hal.
Belajar bagaimana bisa paham dan toleransi dengan pasangan, belajar untuk meredam emosi, belajar masak, belajar nabung dan mengatur keuangan, belajar memberikan life skill untuk Bumi hingga ia bisa mandiri, dan belajar banyak hal lainnya. Mungkin, kalau dijabarin satu persatu, nggak akan selesai-selesai. Lah, wong, saat menjadi ibu setiap hari pasti ada saja hal yang bisa kita dapatkan. Benar, kan?
Ngomongin soal titik balik kehidupan, Alexander Sriewijono sebagai psikolog sekaligus penulis bilang, kalau untuk berubah ke arah yang lebih baik memang sebaiknya nggak perlu nunggu titik balik kehidupan lebih dulu. Apalagi kalau titik baliknya merupakan suatu peristiwa yang menyedihkan, yang membuat kita terpuruk.
Kisah titik balik kehidupan seseorang memang nggak selalu merupakan kisah duka, bencana, ataupun musibah. Yang terpenting peristiwa tersebut memberikan teguran untuk kita supaya berubah. Momen titik balik seharusnya dapat membuat kita bergerak untuk mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan dari zona nyaman dan berani menghadapi tantangan.
“Namun saat memutuskan untuk melakukan perubahan, penting bagi kita untuk melakukannya dengan matang dan terencana,” tambah psikolog yang sering wira wiri di sosial media ini.
Beruntung sekali saya bisa bertemu jodoh, tipe lelaki yang penuh perencanaan, yang bisa dibilang sifatnya ini beda jauh dengan saya yang serba spontanitas :D Jadi, saya bisa belajar merencanakan masa depan lebih matang lagi. Kami pun cukup sadar kalau harus punya rencana yang matang untuk masa depan Bumi. Yah, nggak perlu hidup yang serba ‘wah’, yang paling penting, kami berusaha untuk memberikan yang terbaik untuknya. Baik pangan, sandang, papan, dan juga pendidikan.
Sebagai seorang manusia, saya dan suami memang sama sekali nggak tau rencana Tuhan ke depannya akan seperti apa. Kalau saja Tuhan bisa diajak negosiasi atau tawar menawar, tentu saya akan bilang, saya mau ini dan itu. Tapi, ini kan nggak bisa, ya? Untuk itulah semuanya harus disiapkan.
Manulife, perusahaan yang peduli dengan perencanaan masa depan, baru-baru ini meluncurkan Kampanye Titik Balik. Sebuah gerakan yang mengajak semua orang untuk mengenai momen titik balik kehidupan dan menebarkan inspirasi pada orang lain.
“Sebagai penyedia jasa keuangan kami ingin memberikan jalan untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik. Jangan sampai tidak siap. Contohnya, saat kepala keluarga meninggal lebih dulu, jangan sampai tidak bisa melanjutkan hidup. Sayangnya, tingkat kesadaran masyarakat untuk menyisihkan uangnya untuk masa depan masih sangat sedikit, dan ini harus lebih digalakkan lagi,” papar Nelly Husnayati, Vice President Director & Chief Employee Benefits and Syariah Officer. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia.
Yakin setiap orang punya cerita yang bisa mengubah kehidupannya lebih baik, Manulife pun mengajak kita untuk berbagi kisah lewat di www.titik-balik.com yang bisa diakses dari mobile device. Sedangkan aplikasi Facebook , MyLifeManulife bisa diakses dari personal computer.
Di akhir program Manulife akan memberikan reward untuk cerita yang paling inspiratif. Karena nggak semua orang mampu menceritakan kisah hidupnya secara gamblang terlebih kalau cerita tersebut merupakan cerita duka atau yang memalukan.
Jika Mommies punya pengalaman yang bisa memberikan inspirasi untuk orang lain, nggak ada salahnya, lho, berbagi lewat kampanye Titik Balik ini. Siapa tau, lewat cerita kita, banyak orang yang bisa tergugah untuk bergerak menyiapkan segala hal yang penting dalam kehidupan ini. Kalau selama ini kita berpikir keluarga paling penting dalam kehidupan ini, lantas hal apa saja yang sudah kita lakukan untuk mereka? Sudah menyiapkan apa saja, sih, untuk orang yang sangat kita sayangi ini? Biar gimana, masa depan harus direncanakan bukan cuma sekedar takdir yang harus dijalankan.