Liburan yang lalu kami jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta, lagi. Sebenarnya sih karena Aira harus mengerjakan tugas sekolah mengunjungi Museum Fatahillah dan Museum Wayang, tapi akhirnya tentu kami sekalian jalan-jalan. Apalagi ini adalah pertama kalinya Aidan diajak ke kota tua.
Biasanya, saya selalu memilih untuk parkir mobil di Ragunan kemudian naik Transjakarta ke Kota dengan tukar koridor di Dukuh Atas. Alasannya sih karena malas menembus kemacetan menuju Blok M. Tapi karena kali ini Jakarta masih lengang akibat mudik lebaran, jadi kami bisa mencapai Blok M tanpa harus bermacet-macet ria dan kemudian tinggal duduk manis dari Blok M sampai pemberhentian terakhir di halte Kota.
Nah, lagi-lagi biasanya, kami mengunjungi Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia dulu baru kemudian menuju Kota Tua. Kali ini kami ke Kota Tua dulu, karena kan tugas Aira memang harus berkunjung kesana. Ternyata itu adalah keputusan yang tepat. Karena pada saat kami sampai di Museum Fatahillah, pelataran di depan museum masih lengang dan teduh, begitu juga di halaman belakang Museum yang rindang. Saya dan Aidan bisa duduk-duduk di sana sementara si Kakak keliling museum mengerjakan tugasnya. Aidan memang belum begitu tertarik dengan isi museum, kecuali meriam-meriamnya.
Kami sampai di Museum Fatahillah sekitar jam 9 pagi, di saat museum baru buka dan pengunjung juga belum sesak. Begitu Aira selesai mengerjakan tugas, Museum sudah semakin sesak. Jadi kami pun keluar, menuju Museum Wayang di sisi kanan Museum Fatahillah. Museum Wayang jauh lebih sepi daripada Museum Fatahillah, padahal menurut saya pribadi, isinya menarik, lho. Apalagi untuk anak-anak. Ada berbagai jenis wayang dari seluruh Indonesia, termasuk yang tradisional dan yang modern di lantai bawah. Kemudian di lantai atas ada display berbagai adegan dari kisah-kisah perwayangan. Bagian ini yang paling disukai Aira dan Aidan, khususnya Aidan yang emang seneng banget sama Gatot Kaca. Aidan minta dibacakan cerita di hampir setiap adegan yang ada display-nya, dan mendengarkan dengan antengnya. Di lantai atas ini juga ada wayang-wayang dari berbagai Negara di seluruh dunia.
Setelah selesai tugas Aira, kami pun main-main di pelataran Kota Tua yang luas. Naik sepeda ontel, makan es potong, lihat kuda lumping, dan berfoto dengan manusia patung. Yang saya suka, semua dengan harga yang masuk akal, kita gak perlu was-was ditipu harga. Misalnya menyewa sepeda ontel, setiap penyewaan akan memberi harga yang sama. Atau berfoto dengan manusia patung, kita tinggal bayar sukarela, memasukkan uang ke keranjang yang sudah disediakan. Ada lagi pertunjukkan boneka yang menyerupai pertunjukan band. Seperti juga kuda lumping, tinggal bayar sukarela. Aira dan Aidan senang sekali. Aira meskipun bukan yang pertama kali, rupanya tetap menemukan keseruan baru dari kunjungan kali ini. Sementara bagi Aidan tentunya ia dapat banyak sekali pengalaman pertama.
Sebelum pulang, kami mampir ke Museum Bank Indonesia, salah satu Museum terbaik di Indonesia, menurut saya. Kami mengkabiskan waktu cukup lama di ruangan yang dipenuhi mata uang dari seluruh dunia. Gak disangka, Aidan sudah bisa menikmati kunjungan ke Museum BI.
Setelah itu kami pulang, terpaksa melewatkan Museum Bank Mandiri dan Museum Seni Rupa untuk kunjungan lain kali. Sepertinya kami memilih waktu yang tepat untuk kunjungan pertama Mister Aidan ke Kota Tua. Tepat saat matahari semakin terik dan Kota Tua semakin ramai, kami pun pulang. Aidan tidak sampai mengeluh kecapean atau kepanasan, malah semangat untuk kesana lagi bersama teman-temannya. Yuk, jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta!