Tepat setahun yang lalu Bumi saya sapih. Saat pertama kali melewatinya, rasanya seperti ada yang hilang. Maklum, menyusui sudah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan selama dua tahun dua bulan. Rupanya, yang merasakan hal ini nggak cuma saya saja, Bumi sampai sekarang sepertinya juga nggak rela. Soalnya, Bumi masih terobsesi dengan PD ibunya. Sesekali pasti ada saja momen yang bikin dia mentil. Biasanya, sih, tangannya mulai nyamber ketika saya mulai mendongeng menjelang ia tidur :D
Buat saya, bisa menyusui Bumi hingga dua tahun lebih merupakan hal yang paling bersejarah dalam hidup. Hal ini dimulai saat pertama kali Bumi diletakkan di atas dada saya untuk proses IMD. Sayangnya, belum ada 30 menit dan IMD berhasil, suster sudah memutuskan untuk membersihan Bumi. Menyusui pun akhirnya baru bisa saya lakukan beberapa jam kemudian. Nggak usah ditanya, deh, rasanya seperti apa. Kalau ada ada kata yang mampu menggambarkan perasaan lebih dari bahagia, saya akan pilih kata itu.
Sejak hamil, saya memang sudah bercita-cita bisa memberikan ASI eksklusif hingga 6 bulan. Biar bagaimanapun selain ASIX merupakan haknya para bayi, nggak ada asupan lain yang bisa menandingi nutrisi ASI. Tapi sayang, rencana-tinggal rencana, karena setelah kepulangan dari rumah sakit, ASI saya nggak bisa keluar. Bahkan, saat diperahpun yang keluar hanya satu dua tetes.
Di tengah kepanikan karena ASI mandek, ditambah dengan tangisan Bumi yang makin menjadi, saya pun mulai stres. Panik! Belum lagi, waktu mendengar ocehan sana sini yang sering kali bikin drop. Duh, stresnya minta ampunlah!
Melihat ASI saya yang seret, ada saja yang yang memberi saran untuk memberikan susu formula. Termasuk orangtua saya sendiri. Alhasil, tanggul pertahan saya untuk tidak memberikan susu formula pun jebol. Bumi akhirnya sempat saya berikan susu formula.
“Sudah, Dis.... kasih susu formula saja dulu. Tega, tuh, liat anaknya kelaperan seperti ini? Sebelum ASI-nya banyak, nggak apa-apa, kok, dikasih susu formula dulu,” begitu saran mama saya waktu itu. Jadilah saat itu Bumi sempat minum susu formula.
Meskipun mama saya yang menyarankan untuk memberikan sufor, bukan berarti beliau tidak mendukung pemberian ASI. Buktinya, waktu itu mama saya sampai rela pergi ke Pasar Senen khusus untuk membelikan saya daun bangun bangun. Konon, daun yang jadi sayuran favorit masyarakat Sumetera Utara ini memang ampuh untuk memperlancar ASI.
Setiap hari beliau juga bilang, "Semua perempuan itu pasti bisa menyusui, kok. Nggak ada istilahnya ASI kering. Semua tergantung ketenangan ibunya."
Oh, ya, waktu itu, mama juga nggak ada capek-capeknya membuatkan segala macam sayur serta lauk pauk kegemaran saya untuk mencukupi nutrisi. Pokoknya saya makan enak terus, deh. Dan yang nggak kalah kasih support besar tentunya suami sendiri. Di mana Doni selalu mampu menciptakan suasana nyaman dan kondusif agar saya bisa menyusui.
Kalau saya sedang kelelahan, Doni juga dengan sigap mau turun tangan menggendong Bumi, mengganti popok, dan tentunya memijat saya. Suami siaga gitu, deh :)
Kondisi yang mampu diciptakan orang-orang terdekat seperti ini pun akhirnya membuahkan hasil manis. Setelah kurang lebih tiga hari Bumi minum sufor, ASI saya akhirnya membludak. Alhamdulillah saya bisa menyusui hingga Bumi berusia dua tahun dua bulan. Bisa dibilang ini merupakan prestasi terbesar saya, lho!
Kini, setelah bergabung dengan Mommies Daily, pengetahuan saya soal ASI pun semakin bertambah. Di Mommies Daily, saya nggak cuma sebatas bisa share dengan Mommies lain soal ASI ataupun tumbuh kembang anak-anak. Tapi lebih dari itu. Selain jadi punya kesempatan untuk kenal dengan lebih dekat dengan para pejuang ASI, saya juga sangat bangga bisa bergabung dengan Mommies Daily. Komunitas yang selalu peduli dan mendukung pemberian ASI secara total. Hal ini bisa dilihat lewat kebijakannya untuk tidak bekerjasama dengan susu formula. Intinya, saya lebih melek lagi soal ASI.
Hari ini, 1 Agustus 2013, juga bertepatan dengan hari ASI sedunia. WHO memang telah menetapkan tanggal 1 hingga 7 Agustus menjadi pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week). Di mana event ini bisa dijadikan mementum yang paling tepat agar masyarakat Indonesia lebih sadar akan manfaat memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan secara sempurna. Biar bagaimanapun, pemberian ASI bukan formalitas. Sekedar air susu yang diberikan ibu saat anaknya haus atau menangis saja. Tapi banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan bayi saat menerima ASI eksklusif.
Lewat pekan ASI sedunia ini, yuk, kita sama-sama merayakannya dengan saling mengingatkan kalau ASI merupakan makanan pertama terbaik dalam fase kehidupan seorang anak.