Tepatnya hari Sabtu 15 Juni 2013 saya berkesempatan mengikuti seminar AIMI Bogor “Orang Tua Bijak, Anak Sehat dan Cerdas” yang diadakan oleh AIMI di Hotel Santika Bogor. Dengan pembicara utama dr. Wiyarni Pambudi yang sudah terkenal di dunia maya @drOei. Ah, pasti banyak Mommies disini yang jadi follower beliau )
Sari Intan Kailaku, ketua Riset AIMI Pusat, membawakan materi “Menyusi, Kesehatan Anak dan Kepekaan Ibu. Tidak perlu diragukan lagi semua badan kesehatan dunia dan nasional merekomendasikan pemberian ASI. Standar emas nutrisi bayi menurut WHO :
Kenapa ASI?
Kita semua tahu bahwa ASI mengandung sel-sel hidup, DNA ibu, hormon, enzim aktif, berbagai macam immunoglobulin dan zat lainnya yang MUSTAHIL untuk dapat ditiru oleh susu formula. ASI juga menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bayi oleh karena itu ASI ibu kandunglah yang sesuai untuk bayinya. Karena itu ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak dapat digantikan dengan yang lain. Jadi Mommies tidak usah membandingkan dengan yang lain (susu formula atau minuman/makanan untuk bayi lainnya) karena memang tidak ada yang setara dengan ASI. Dan ternyata ASI membuat bayi tidak picky eater loh, dikarenakan “rasa” ASI yang berbeda-beda sesuai dengan makanan ibunya. Hohoho, semakin bersemangat kan, Mommies buat menyusui.
Masih membahas manfaat ASI yang banyak banyak dan banyak sekali buat bayi kita. Di setiap satu tetes ASI mengandung ± 1 juta sel darah putih (leukosit) yang dapat membasmi kuman dan melindungi dari berbagai penyakit infeksi. Kualitas ASI di atas 1 tahun mengandung lebih banyak zat imun dikarenakan pada umur 1 tahun anak lebih aktif dan lebih banyak terpapar kuman.
Menurut dr. William Sears, ASI = Imunitas yang dibuat berdasar kebutuhan. Saat bayi terinfeksi kuman baru, ibu akan memproduksi antibodi terhadap kuman tersebut kemudian dialirkan melalui ASI kepada bayinya. Jika ibu sakit, hal terbaik yang bisa ia lakukan adalah tetap menyusui. Saat itu saya masih bertanya-tanya, mengapa ketika sakit kita masih tetap harus menyusui? Apakah si bayi tidak akan tertular? Atau bahkan bagaimana kualitas ASI kita saat kita sakit? Di pembahasan berikutnya, Sari Kailaku menjelaskan bagaimana mekanisme ASI sebagai Perlindungan Terhadap Infeksi, berikut siklusnya:
Lalu bayi ASI apakah masih bisa sakit?
Ya iya lah, PASTI BISA! Tapi jangan khawatir karena sakit adalah salah satu bagian dari tumbuh kembang anak.
Menyusui adalah latihan terbaik untuk “membaca bayi”. Hal ini disebabkan oleh respon otak ibu menyusui lebih besar terhadap perilaku bayi, rasa empati dan kepekaan ibu jadi lebih besar. Semakin lama menyusui semakin besar manfaat psikologis bagi ibu dan bayi. Status kesehatan mental ibu menyusui pun semakin baik dengan semakin lama menyusui. Ibu menyusui jarang kena stres karena ada hormon oksitosin, hormon yang bikin happy :D.
Jadi mulai sekarang bukan hanya menyusui ASI minimal 6 bulan saja, alangkah baiknya mulai menanamkan bahwa “Saya akan menyusui bayi saya minimal 2 tahun”. Keep breastfeeding less worrying!
Memasuki materi inti yang dibawakan oleh dr Wiryani Pambudi a.k.a @drOei yaitu “Kiat Menjaga Kesehatan Anak dengan Rational Use of Medicine (RUM)”. Pertama-tama kita sama persepsi terlebih dahulu “Apa tujuan ke Dokter?” jawabannya adalah “Konsultasi Medis” di mana terjadi perundingan antara dokter dan pasien untuk mencari sebab terjadinya penyakit dan untuk menentukan pengobatannya. Hasil dari kunjungan ke dokter tidak harus mendapat obat, karena obat hanyalah salah satu dari lima bentuk terapi.
Lima bentuk terapi dokter adalah Advis & informasi, terapi non farmakologi, terapi farmakologi (obat), rujukan 2nd opinion serta kombinasi dari 4 tindakan sebelumnya. RUM adalah ketika pasien mendapat 5 tepat, yaitu tepat DIAGNOSIS (kondisi klinis), tepat DOSIS (sesuai dengan berat badan bayi), tepat JANGKA WAKTU (periode pemakaian obat), tepat INFORMASI dan tepat HARGA.
Istilah yang sedang nge-trend saat ini adalah smart patient, tapi kita jangan salah kaprah bukan berarti smart patient itu anti obat, anti antibiotik atau anti dokter. Melainkan pasien cerdas dan pintar dalam membuat keputusan yang tepat. Menurut dr Oei tugas utama dokter itu ada 3 hal, yaitu mendiagnosis, melakukan terapi dan meramalkan kesembuhan. Oleh karena itu kita sebagai pasien harus menjadi smart patient dalam arti sesungguhnya, ya, mommies..
Kebalikan dari RUM adalah IRUD (Irrational Use of Drugs) yaitu kekeliruan memahami obat. Contohnya penggunaan obat mahal, kombinasi obat yang berbahaya, penyalahan efek samping obat, tidak memberikan obat saat dibutuhkan serta tidak membaca/mengetahui etiket obat dengan cermat (apakah harus dihabiskan, jenis obat jangka pendek/panjang, cara penggunaan obat dan lain-lainnya).
Kembali lagi mengenai pembahasan antibiotik. Penting untuk kita ketahui bahwa antibiotik digunakan apabila penyakit merupakan infeksi bakteri bukan infeksi virus. Hindari meminta resep antibiotik untuk infeksi virus (batuk pilek/selesma, diare dan luka ringan) karena infeksi virus butuh waktu 1 s/d 2 minggu untuk pulih, antibiotik tidak akan membantu.
Pesan dr Oei “Bijak dengan Antibiotik” di mana jika diperlukan antibiotik untuk inveksi bakteri mintalah yang spesifik untuk kuman tersebut dan jangan pernah membeli antibiotik untuk “persediaan”.
Mommies, perlu diingat bahwa semua obat punya efek samping. Maka ketika kita mendapatkan resep pastikan apakah kita memang benar-benar membutuhkan obat tersebut? Tanyakan alasannya. Sebagai pasien kita memeliki hak untuk mendapatkan informasi tentang indikasinya, kandungan aktifnya, berapa jumlah obatnya, resiko efek sampingnya, kotraindikasinya serta cara kerja dan cara pakai dari obat-obatan yang ada diresep. Dan jangan malu untuk minta obat generik bila ada.
Di bagian penutup dr Oei mengatakan bahwa sehat bukan proses instan. Sebaiknya sejak mengandung, kemudian memberikan ASI minimal 2 tahun dan bijak dengan obat-obatan.
Senang sekali bisa belajar di AIMI Bogor. Ditunggu acara berikutnya, ya!