Urusan memilih perabot elektronik di rumah, biasanya urusan siapa, sih? Kalau saya dan suami, biasanya saya yang memutuskan, suami yang menyediakan pembiayaan. Haha! Nggak deh, yang ngerti spek barang elektronik kan biasanya laki-laki, ya. Sementara kalau saya, saat membeli sebuah produk, lebih karena story-nya. Hihi. Misalnya, nih, saya memilih beli roti merek tertentu karena salut sama si Bapak Tukang Roti yang walaupun hujan-hujan tetap berjualan keliling komplek :').
Nah, sehubungan dengan story, saya senang sekali saat mengunjungi pabrik pembuatan AC Panasonic di Malaysia beberapa waktu lalu. Di kunjungan kemarin, saya jadi tau cerita di balik AC Panasonic yang membuat saya percaya bahwa sudah memilih produk yang tepat.
Kapan lagi bisa bergaya di pabrik? ;)
Proses pembuatan sebuah AC di Papamy (pabrik AC Panasonic) sangat detail. Jika sebuah pabrik biasanya bisa menghasilkan jumlah yang dahsyat selama sehari, maka di sini sangat mementingkan kualitas. Satu unit AC saja bisa melalui beberapa kali QC atau Quality Control. Saya sempat bertanya pada staf di factory, seberapa sering mereka menerima komplain atas AC yang mereka produksi? Menurutnya, komplain sudah pasti ada, tapi biasanya justru diakibatkan oleh instalasi AC yang kurang tepat, bukan dari produknya sendiri. Bagi yang pernah memasang AC Panasonic di rumah, biasanya tau deh, sebelum memasang, mereka akan mengajukan beberapa pertanyaan misalnya, rumah menghadap ke mana, ruangan ada berapa jendela, luasnya berapa, dan sebagainya. Ini bukan semata-mata iseng, haha, tapi memang menentukan posisi si AC ini nanti akan berada di mana, sehingga lebih maksimal.
Selain ke pabriknya, saya juga diajak mengunjungi pusat Research and Development (R&D). Wah, di sini seru banget! Selain ada simulasi untuk mengukur suhu sebuah ruangan, ada juga ruangan khusus untuk mengetes suara sebuah AC. Jadi, mesin AC Panasonic hanya diperbolehkan ada berada di desibel tertentu. Nggak heran, yang pakai AC Panasonic di rumahnya, pasti tau deh, betapa ‘halus’nya suara mesin AC Panasonic.
Di Papamy Factory perempuan dan laki-laki posisinya sama. Ini personal banget, ya, alasannya. Menurut Mr. Silvaraju, Executive Director Papamy, manajemen nggak pernah membedakan hal tersebut. Nggak heran, saya bertemu dengan banyak perempuan yang bidangnya cukup berat seperti packing atau memasang sekrup menggunakan alat.
Lingkungan kerjanya menyenangkan. Kesan pertama saya saat pertama kali memasuki pabrik ini adalah: bersih! Di mana-mana ada tanda bahwa mereka menjunjung tinggi kebersihan. Selain itu, saya sempat mengobrol dengan beberapa karyawan, rata-rata mereka bekerja sudah tahunan, lho! Mr. Silvaraju saja sudah 30 tahun bekerja di Papamy, salah seorang staf di factory 26 tahun masa kerja, hal ini setidaknya membuktikan bahwa mereka memenuhi kebutuhan karyawannya, ya. Menurut Mr. Silvaraju, pekerjanya nggak kenal lembur. Jam 5 sore, mereka harus pulang, akhir pekan nggak diganggu pekerjaan, “It’s time for their family!”, menurut pria yang sudah beberapa kali mendapat penghargaan sebagai pimpinan perusahaan terbaik ini.
Komitmen mendukung go green. Produk Econavi yang mereka luncurkan, melalui riset yang cukup panjang sebelumnya, lho! Tak hanya menerima bulat-bulat dari riset yang dikembangkan di Jepang, tapi Papamy R&D juga melakukan riset sampai setahun lamanya.
Berkaitan dengan poin terakhir, saya dan rombongan sempat mengunjungi Econation Center, rumah ‘hijau’ yang dibuat Panasonic. Rumah ini adalah sebuah rumah tua di kawasan Petaling Jaya yang diubah menjadi rumah dengan kekuatan energi matahari. Kami semua sibuk berdecak kagum saat dijelaskan mengenai rumah tersebut. Semuanya total menggunakan energi matahari! Bahkan perabotnya pun dibuat dari bahan-bahan daur ulang dan ergonomis. Asli, bagus banget! Kami yang mengunjungi rumah ini sibuk berbisik “ih, kalau rumah kaya gini, betah deh gue!”, haha…
Econation Center ini dibuka untuk umum, jadi kalau Mommies bertandang ke Kuala Lumpur, siapa tau bisa mampir. Alamat lengkapnya:
Panasonic Econation Center
No. 70, Jalan 16/1 (Dato’ Abu Bakar), 46350 Petaling Jaya, Selangor.
COMMENTS