Sebarkan Semangat ngASI, Yuk!

Breastfeeding

nenglita・07 May 2013

detail-thumb

Semenjak menjadi orang di belakang layar Mommies Daily, saya kerap mendapat pertanyaan tentang ASI dari orang sekitar. Entah itu teman SMA, kuliah, teman di dunia maya atau bahkan (aheum) mantan pacar (buat istrinya, lho, bukan dianya, haha).

Jujur, saya bangga dan puas sekali jika ‘pasien’ saya ini berhasil menyusui. Rasanya, saya telah berhasil ‘menyelamatkan’ sebuah keluarga dari godaan sufor. Haha. Ya, dong, sekeluarga. ASI bagi anak, sudah pasti yang terbaik. Menyusui bagi ibu, memberikan efek kesehatan (menurunkan risiko kanker payudara) dan memperkuat bonding. ASI bagi ayah? Ya, sudah pasti pengeluaran bulanan tidak bertambah.

Tapi ternyata, tidak semua orang berhasil saya ‘selamatkan’. Beberapa di antaranya malah orang-orang terdekat saya, lho. Sedih sekali rasanya. Umumnya, sih, karena mereka tidak mau bertanya. Padahal saya sering memundurkan waktu tidur saya karena menjawab pertanyaan via Whatsapp, BBM, YM. Seorang sahabat yang tinggal di belahan benua lain, yang notabene waktunya berbanding terbalik dengan Indonesia, juga kerap kali berkonsultasi pada saya perihal ASI saat ia baru saja melahirkan. Keberatankah saya? Tidak.

Saran saya untuk para calon ibu atau ibu baru:

  • Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang ASI SEBELUM melahirkan.
  • Kenapa? memiliki pengetahuan tentang ASI sebelum anak lahir, akan memudahkan kehidupan ketika menjadi ibu baru nantinya. Sudah pernah dengar baby blues, dong? Nah, salah satu yang bikin baby blues nongol ini biasanya karena adanya komentar dari kerabat dan para tetua, menyangkut tangisan bayi, ASI sudah keluar apa belum, dan lain sebagainya. Jika kita sudah mempersiapkan pengetahuan tentang ASI sebelum melahirkan, maka kita bisa lebih percaya diri menjawab komentar dari mereka.

    Note: cari informasi ini bukan hanya tugas ibu semata. Para ayah juga WAJIB tahu. Kalau misalnya proses melahirkan lewat operasi vaesar, maka beberapa jam pertama setelah operasi, biasanya kondisi ibu belum stabil. Siapa yang berperan? Ayah, dong!

  • Tanya-tanya-tanya.
  • Lima tahun lalu, saat saya melahirkan, social media belum tren seperti saat ini. Kalau sekarang, kita sudah memiliki akses langsung ke dokter atau akun-akun Twitter yang pakar di bidangnya masing-masing. Malas browsing? Pertanyaan- pertanyaan mengenai ASI, just a click away.

    Note: ingat pepatah ‘Malu Bertanya Sesat di Jalan’? Nah, ini pas banget, jika para pasangan baru malu atau enggan bertanya.

  • Buat support system sendiri.
  • Minim sekali tingkat keberhasilan ibu menyusui jika ia hanya sendirian. Ibu bekerja misalnya, ia butuh memercayakan anaknya ke pengasuh jika cuti melahirkannya sudah usai dan harus kembali bekerja. Tak hanya pengasuh, tapi dukungan dari kantor seperti kelonggaran waktu untuk memerah ASI dan ruangan menyusui juga sangat dibutuhkan.

    Selain urusan teknis, untuk mengurangi mood swing atau bahkan baby blues, ibu baru butuh sahabat. Kalau sekarang, nih, sahabat tak hanya seseorang yang hadir menemani di sisi si ibu baru, tapi juga lewat sahabat-sahabat di dunia maya. Aneka milis, forum serta kawan-kawan di jejaring media bisa menjadi sahabat baru ibu dalam membantu proses menyusui. Dari mana kita bisa tahu mengenai bayi jika bukan dari sesama ibu yang juga baru punya bayi?

    Note: Saya pernah menulis bahwa hanya 26% ibu menyusui yang berhasil menyusui tanpa didukung suami. Yap, suami merupakan support system pertama dan terpenting bagi seorang ibu.

  • Pilih satu orang atau sumber kepercayaan untuk masalah ASI.
  • Dulu, saya menjalani kehamilan bersama forum Female Daily. Ketika menjelang melahirkan, saya nggak bisa akses forum karena keterbatasan telepon genggam yang saya miliki. Beruntung saya sudah memiliki beberapa nomor handphone beberapa member yang juga baru memiliki bayi, maka tak henti-henti saya menanyakan segala macam pada mereka.

    Saya ingat sekali, setelah melahirkan, ASI saya tak kunjung keluar. Ketika badan saya demam sampai menggigil di hari ketiga setelah melahirkan, saya kemudian diberitahu oleh seorang anggota forum bahwa itu salah satu tanda ASI saya akan segera keluar. Benar saja, nggak berapa lama, ASI saya keluar dan saya bisa menyusui Langit :)

    Note: orang/sumber kepercayaan bisa dipilih berdasarkan kedekatan emosi, pengetahuan orang tersebut lebih DAN BENAR tentang ASI atau saat ini sudah banyak, lho, konselor menyusui yang bisa diundang ke rumah.

  • Terakhir, jangan jadikan ASI sebagai pilihan.
  • Tapi jadikan ASI satu-satunya asupan yang akan diberikan untuk si bayi kelak.

    Note: dikasih ‘bekal’ sufor sama pihak RS? Jangan dibawa pulang! Karena prinsipnya, selama tidak ada pilihan, maka kita akan lebih ‘maksa’ untuk memberikan ASI tersebut.

    Saya tak akan membahas panjang lebar mengenai pentingnya ASI, dan kenapa ASI perlu dan pantas diperjuangkan karena Mommies bisa membaca artikel-artikel kami di kategori ‘Breastfeeding’. Di forum kategori 'Meal Time' juga banyak percakapan mengenai ASI, gabung, yuk!

    Semoga tak ada lagi orang di dekat kita yang termakan mitos ASI, menyerah pada kondisi atau merasa tak yakin pada ASI. Jadiiii, bagi yang lagi hamil, yuk, persiapkan diri. Sementara sudah berhasil ngASI, let’s share!