Bukan berarti sebuah rumah harus berlantaikan kaca dan berhiaskan emas di mana-mana layaknya Rumah Nabi Sulaiman, tetapi sebuah rumah adalah istana tempat kita melepaskan segala peluh dan kesah, serta mengubahnya menjadi kebahagiaan.
Sebuah rumah untuk saya adalah tempat dimana keluarga saya tinggal. Yes, I am a Family Woman. Saya hidup dan besar di kalangan keluarga besar, baik dari pihak ibu maupun bapak, dengan berbagai macam sepupu dari berbagai usia. Keputusan untuk memilih rumah di Jakarta cukup berat (dan memberatkan), tetapi harus dilakukan karena saya dan suami sendiri sekarang tinggal dan bekerja di Jakarta.
Walaupun hingga saat ini saya masih mengidam-idamkan sebuah rumah di kota kelahiran saya yang dekat dengan keluarga *fingercrossed*, memiliki sebuah rumah di kawasan Jakarta Selatan dan sekitarnya sedang menjadi prioritas saya saat ini. Sayangnya keinginan saya ini terbentur dengan budget. Sebagai seorang karyawan yang baru bekerja belum ada 2 tahun, tabungan saya (dan semua investasi kecil-kecilan yang saya lakukan) belum cukup bahkan untuk membayar DP (down payment)rumah idaman saya nantinya. Padahal teman-teman kantor saya bilang, kalau sudah ada keinginan membeli rumah (dan memilih lokasinya), segera lakukan! Semakin lama ditunda, semakin lama pula DP akan terkumpul karena nilai properti yang (katanya) semakin lama semakin naik.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Ada 2 pilihan. Yang pertama, menunggu DP terkumpul dengan cara investasi. Hal ini yang seharusnya kita lakukan, bahkan jauh-jauh hari sebelum kita menikah dan memutuskan membeli rumah (Hear Hear, adek-adek yang masih Kuliah!). Investasi ini bisa kita lakukan melalui Investasi Berkala Reksadana, Deposito, Menabung secara Berkala, dan lain sebagainya. Untuk hasil yang optimal (apalagi jika jangka waktu investasi kita cenderung pendek), Reksadana Berkala bisa jadi pilihan. Kita bisa konsultasi dengan MI terkait dalam pemilihan reksadananya, supaya target DP dapat tercapai dalam jangka waktu yang diidamkan. Ingat, semakin tinggi target investasi, semakin tinggi pula risikonya. Think smart!
Pilihan kedua adalah melakukan Pinjaman untuk DP, bisa melalui Bank (bukan via KPR ya, tapi lebih melalui KTA – Kredit Tanpa Agunan atau Kredit Multiguna), Koperasi atau bahkan orangtua. Nah, yang disebut terakhir sebenarnya pilihan yang paling menarik, tetapi harus diingat kondisi orangtua juga ya, jangan sampai bantuan yang diberikan kepada kita malah memberatkan Beliau.
Untuk pilihan kedua, harus dipertimbangkan juga mengenai besarnya cicilan yang akan dibayar, karena apabila pinjaman untuk DP ini berhasil, maka cicilan yang akan kita bayar per bulannya pasti akan menjadi ganda, yakni KPR dan Pinjaman DP itu sendiri.
Jadi, menabung dulu atau langsung pilih rumah? Apa pun jawabannya, harus dipertimbangkan pula kondisi keuangan kita masing-masing ya..
Stay Smart, Ladies!