Gadget Detox

Behavior & Development

sazqueen・06 Feb 2013

detail-thumb

Terinspirasi dari postingan resolusi 2013 Hanzky, saya yang mulai terganggu melihat Menik kecanduan iPad. Saya pun termotivasi untuk melakukan poin nomor 9: Digital Detox. Tidak bisa dipungkiri, bekerja dari rumah, membuat saya tergantung dengan beberapa perangkat elektronik seperti komputer, tablet, dan telepon selular. Saat ini, usia Menik baru 15 bulan, tapi sudah andal sekali mengoperasikan iPad dan laptop. Dari mulai swipe untuk unlock sampai memilih aplikasi favoritnya, atau memencet tombol on ketika melihat laptop dalam keadaan mati. Walaupun, dalam pembelaan diri saya, aplikasi yang dimainkan modelnya interaktif yang konon katanya masih bisa ditoleransi ketimbang hanya video yang sifatnya searah, but deep down inside, saya merasa gagal. Belum lagi, Menik jadi suka mengedipkan mata secara berlebihan (terkadang hanya sebelah saja yang berkedip), matanya lelah karena terlalu banyak main iPad, dan yang tadinya cerewet jadi mulai jarang babbling. For me, it's a bad sign!

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Maka dari itu, di awal 2013 ini, saya bertekad untuk membuat batasan yang jelas soal penggunaan gadget ini. Targetnya, Menik mengerti bahwa bermain dengan iPad atau komputer hanya boleh seminggu sekali dengan durasi tidak lebih dari 30 menit. Akhirnya, pada awal Januari dimulailah detoks ini. Konsekuensinya adalah saya juga tidak bisa menggunakan si gadget sesuka hati seperti biasa ketika Menik masih terjaga. Jika Menik teringat, biasanya ditandai dengan berlari ke arah tas saya dan sibuk menunjuk sambil bergumam (yang tandanya meminta iPad yang memang selalu ada di tas saya), saya alihkan dengan mengajaknya menggambar, bermain dengan Buddy, anjing kami, di halaman depan rumah, bernyanyi, atau duduk di depan boks mainannya untuk memilih mainan sendiri.

Seminggu berjalan lancar, tanpa gangguan berarti. Tiba saatnya, trial untuk menggunakan iPad di hadapan Menik tapi Menik tidak boleh ikut menggunakan. Surprisingly, Menik bisa menahan diri. Secara otomatis, Menik menggelengkan kepalanya kemudian menyimpan tangannya ke belakang, tanda dirinya tidak boleh dan tidak mau menggunakan. HOREEEE!!

Begitu pun ketika melihat kakeknya menggunakan smart phone, Menik yang biasanya sibuk meminta, kali ini bisa cuek saja, atau kalaupun mengganggu, bukan meminta si gadget melainkan mengajak kakeknya untuk bermain dan meninggalkan si smart phone. Terkadang, Menik masih suka meminta si gadget, tapi kalau melihat tumpukan krayon dan buku gambarnya, biasanya hasrat coret-coret lebih besar sehingga lupa sama iPad. Tantangan berikutnya adalah memberikan pengertian soal waktu dan durasi penggunaan gadget. Doakan saya!

Menurut bahan bacaan, ketergantungan si kecil terhadapa benda eletronik seperti TV, komputer, dan teman-temannya, dapat mengganggu proses tumbuh kembang. Anak bisa malas bicara karena tidak terbiasa mengobrol, terkena gangguan mata, kecanduan suatu tontonan (makan harus sambil nonton sampai tidur juga harus nonton dulu), hingga obesitas. Saya yakin, Mommies sudah sering membaca soal hal ini dan saya juga tidak bisa memungkiri kalau alat elektronik sudah menjadi bagian dari hidup. Saya pun tergantung sama beberapa gadget atas nama pekerjaan dan eksistensi tentunya hahaha. Tapi segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, bukan?  So how to deal with it? Anggap saja , detoks ini juga untuk kebaikan diri kita sendiri. Tidak mudah, sih, tapi ternyata bisa, kok! Hahaha. Dare to join me and Menik? :D