(Bukan) Anti Kartu Kredit

Financial Wellness

neena_aime・06 Feb 2013

detail-thumb

Resolusi tahun 2013 ... salah satunya adalah bebas dari kartu kredit. Hari genee enggak punya kartu kredit?

Tadinya saya dan suami sama-sama mempunyai 3 kartu kredit, jadi total 6 kartu kredit bercokol di rumah kami. Saya sudah menggunting 2  dari 3 kartu kredit milik saya, sedangkan saya masih belum menutup 1 kartu kredit tersisa karena sudah telanjur membayar iuran tahunan dan belum redeem point rewards. Tentu saya nggak mau rugi, dong :))

*gambar dari sini

Alasan utama adalah karena status SAHM saya yang belum mempunyai penghasilan tetap bulanan, jadi harus mikir-mikir kalau mau gesek kartu kredit. Lha, nanti bayarnya gimana? Pakai tabungan pribadi? Ih, sayang amat, padahal ini tabungan hasil banting tulang dulu semasa kerja. Kalau dikuras terus, bisa-bisa nanti tidak bersisa. Pakai uang belanja dapur? Bisa-bisa sebulan penuh hanya makan mie instan dan telur ceplok. Minta dibayarin suami? Sesekali bolehlah, tapi kalau sering-sering, bisa-bisa suami melotot dan minta PHN atau putus hubungan nikah *amit-amit*. Jual aset investasi? Big NO *langsung mikir masa depan dan sekolah anak*.

Padahal, kalau dipikir-pikir, godaan kartu kredit bagi saya bukanlah masalah besar. Saya bukan tipe orang yang gampang tergoda sale, apalagi saya juga tinggal di kota lumpia yang departement store-nya hanya sekelas lokal. Tapi yang namanya perempuan, pasti sesekali sulit untuk mengendalikan nafsu berbelanja. Pembayaran dengan kartu kredit membuat transaksi terjadi begitu saja tanpa beban. Opsi membayar pembayaran minimum tagihan dan berharap bulan depan bisa melunasi, malah bakal membuat saya masuk dalam lingkaran setan tagihan yang tidak berkesudahan. Belum lagi saya harus membayar iuran tahunan untuk masing-masing kartu. Hmpppph!

Makanya, siap tidak siap, saya memilih PHK dengan kartu kredit ini. Kartu kredit yang tersisa hanya saya gunakan untuk membayar keperluan belanja bulanan. Kalau untuk ini kan ada dana yang benar-benar saya siapkan, jadi saya bisa bayar lunas ketika tagihan datang bulan berikutnya.

Awalnya,  suami meragukan keputusan ini mengingat batas kartu kredit saya ini lumayan sekali jumlahnya. Lah, saya punya kartu kredit, kan, bukan buat ambil tunai. Bisa pingsan di tempat kalau melihat bunga pinjamannya.

Jadi sekarang saya adalah pengunjung setia ATM. Sedikit ribet, sih, ya, tapi keuntungannya adalah frekuensi kunjungan ke ATM menjadi alarm pengingat saya. Saya jadi selalu up-to-date dengan saldo ATM. Ketahuan, ya, kalau saldo ATM ini berbanding terbalik dengan limit kartu kredit saya :))

Ada teman yang bertanya, "Kalau lagi traveling dan ada kejadian darurat gimana? Kan, nggak ada kartu kredit?" Untuk saat ini, toh, saya sepertinya tidak akan traveling sendirian ke suatu tempat entah di mana dan pastinya akan jika berpergian keluar kota pasti dengan suami dan anak. Booking tiket dan hotel? Saya memilih lewat biro travel saja. Dana darurat di tempat tujuan? Percayakan saja pada suami dan tidak lupa selalu berdoa bahwa Tuhan selalu melindungi keluarga saya dalam setiap perjalanan.

Memang sedikit merepotkan karena harus membawa uang tunai kemana-mana, tapi paling tidak hidup saya lebih sedikit tenang karena tidak harus membayar iuran tahunan dan tagihan kartu kredit, tidak gampang lapar mata jika jalan-jalan ke mal, tidak tergiur dengan program diskonan atau cicilan 0%  yang ditawarkan kartu kredit dan terbebas dari telepon dari,-dengan sangat hormat-, para staf penjualan kartu kredit yang menawarkan berbagai pinjaman.

Efek lain yang mengejutkan, akhirnya suami juga memutuskan untuk menutup 2 kartu kreditnya. Dia hanya  memertahankan 1 kartu kreditnya, karena pekerjaan yang menuntutnya berpergian (untuk berjaga-jaga) dan, tentu saja, adanya penghasilan yang bisa membuatnya membayar tagihan yang datang. Kartu kredit yang tetap dipakai adalah yang menawarkan bebas iuran tahunan, limit yang tidak terlalu besar dan bebas biaya transfer tagihan.

Tindakan kami menutup 5 kartu kredit bukan karena anti, kok, buktinya kami membutuhkan  kartu kredit. Dengan hanya memiliki 1 kartu kredit, mudah-mudahan bisa membuat saya dan suami lebih bijak untuk menggunakannya.