Dulu waktu belum punya anak, saya selalu memandang kasihan dan prihatin pada kaum ibu yang jalan-jalan ke mal dengan si anak tapi penampilannya berantakan banget. Rambut acak-acakan, muka berminyak, sandal seadanya saja. Padahal ada baby sitter yang ribet bawa-bawain barang dan dorong-dorong stroller. Kalo melihat ibu-ibu yang seperti ini, saya langsung menyenggol suami dan berbisik:
“Besok-besok, kalau kita punya anak dan aku berantakan kayak gitu, ingetin, ya.”
Suami mengangguk patuh, karena jelas sebagai lelaki, memang dia takkan mau lihat istrinya tampil kusut.
Tapi, apa yang terjadi saat saya punya anak? Kekusutan pertama yang saya rasakan adalah saat masih di rumah sakit. Setelah operasi caesar bener-bener nggak boleh mandi kan, ya, dan bodohnya saya nggak nanya apa ada servis cuci rambut khusus pasien (yang ternyata ada). Itu rasanya sejuta banget, deh: gembel, bau, lengket dan berminyak jadi satu. Tapi karena euphoria baru melahirkan keturunan baginya barangkali, suami saya berkata: “Kamu lebih cantik sekarang dibanding sebelum melahirkan.”
Seketika hati ini menjerit: “BOHOOOONGG!”
Tapi tak urung di pojok hati yang paling dalam, seneng juga, sih. Soalnya, kan, pasti dia lagi cinta-cintanya sama istrinya ini. Jadi nggak apa-apa, deh, telan saja pujiannya dengan senyum.Padahal kalau ditanya, sih, maunya segera mandi susu, luluran lalu creambath. Mana baju rumah sakit, kan, nggak banget pula.
Setelah pulang ke rumah apakah saya segera bertransformasi dari ridiculous menjadi fabulous seperti Krisdayanti? Nope. Tidak secepat itu. Seumur-umur, saya tidak pernah membayangkan harus memakai daster 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Kalau yang ini, sebabnya, sih, karena memang tidak punya waktu untuk mikirin apa-apa lagi selain “Bayi mesti menyusu tiap 2 jam sekali.” Jadi ibaratnya, pakai sesuatu untuk menutupi badan saja, sudah syukur. Tapi ketika si bayi mulai teratur menyusunya, waktu lowong mulai ada, dan keinginan jalan-jalan keluar rumah mulai memuncak, saya memandangi tumpukan daster di lemari dengan sebal. Untungnya, saya termasuk mereka yang lumayan beruntung, berat badan kembali normal hanya dalam hitungan hari. Jadi ketika jahitan di perut kering sempurna dan boleh mulai mandi, YES, tandanya bisa kembali pakai celana pendek kesayangan.
Terus mulai bisa, deh, jalan-jalan walau belum bawa si bayi. Setiap mau jalan-jalan, "upacaranya" banyak. Merah ASI dulu, nyusuin bayi dulu, minta izin sama eyangnya si kecil untuk bersedia dititipin barang satu atau dua jam, dan yang paling lama: dandan. Bayangkan, untuk jalan-jalan ke Senci saja yang cuma niatnya dinner sama suami, dandannya hampir lebih lama daripada acara makan malamnya. Semua itu saya lakukan atas nama nggak ingin kelihatan kucel. Kenapa?
I’ve been ‘mommy’ for weeks, I think I’m allowed to have the time to be ‘me’ just for a day.
Itu, dan bayangan ibu-ibu kucel nggak sempat merawat dirilah yang menghantui saya, sebenarnya.
Menjadi ibu memang pengalaman terindah dalam hidup saya, tetapi nama saya tetap Miund. Saya tidak ingin ‘hilang’ dalam identitas baru saya, dan bila dandan dan pakai baju bagus adalah jalan keluar terdekat dan termudah untuk mempertahankan Miund yang saya kenal sebelum menjadi ibu, then be it.
Memang sulit menyeimbangkan antara punya bayi atau balita yang berlarian ke sana-sini dengan dandanan yang tetap modis seperti saat masih gadis. Untuk itu, nampaknya saya punya sedikit kiat seputar benda-benda apa yang bias menunjang penampilan pasca melahirkan agar penampilan tetap prima. Mungkin memang nggak seprima para selebritas, sih, tetapi setidaknya representatif. Semoga bisa bermanfaat bila saya bagi untuk mommies di sini.
Buat orang yang suka warna-warna cerah seperti saya, pakai baju hitam itu lumayan siksaan kecuali untuk acara-acara resmi di malam hari. Tapi ternyata baju hitam ini luar biasa fungsinya untuk ibu-ibu baru. Pertama, jelas untuk menyamarkan bentuk tubuh yang berubah. Kalau pun nggak jadi gemuk banget gara-gara hamil, tentu ada gelambir-gelambir yang mengganggu. Ini bisa ditutupi sempurna dengan warna hitam. Kedua, ibu menyusui pasti mengerti banget, deh, warna hitam ini amat berguna kalau ASI sudah penuh dan breast pad tiba-tiba bocor, pakai baju warna hitam akan menyamarkan noda bocor di dada. Acara jalan-jalan, jadi aman, deh.
Dalam keadaan normal, trend legging atau jegging is soooo three years ago. Tapi dalam keadaan baru melahirkan, dua benda ini membantu banget memberikan siluet kaki langsing sambil menunggu skinny jeans kesayangan muat kembali,lho. Hal-hal kecil yang bikin hepi begini penting biar mood kita bagus terus, ASI lancar, dan si kecil sehat terus. Bukan begitu?
Mitos bahwa seorang ibu baru sebaiknya punya rambut pendek agar mudah dan praktis saat merawat bayi itu ada benarnya. Tapi kenapa harus pendek? Kenapa nggak bias panjang, layered dan dikuncir ‘cuek-cuek terencana’ seperti bintang-bintang Hollywood? Bukankah itu semacam tren baru di kalangan para Yummy Mommies? Jadi ingat, model rambutbaru, bukan berarti harus dipotong, yaaa :)
Tak pernah saya sangka bahwa saya akan sangat tergantung pada benda ini sesaat setelah melahirkan. Ya, gimana, kalau bayi sempat kolik dan ibunya nggak tidur sampai 24 jam, maka pastilah terjadi ‘fenomena mata panda’. Di sinilah keampuhan concealer Anda diuji. Saya membuang 2 dan mempertahankan 1 yang menurut saya paling ciamik.
Ibu baru itu baunya seperti bayinya. Bau susu, dan bau cologne bayi. Enak sehari dua hari, kalau sudah berminggu-minggu, ya, bosan juga. Jadi, keluarkan parfum kesayangan yang sudah lama disimpan, lalu jangan ragu untuk memakainya. Tapi, untuk ibu-ibu yang menyusui, coba pakai parfumnya di pergelangan tangan sedikit saja dan hindari menyemprot di daerah dada. Banyak mitos seputar hal ini, tapi coba dilihat saja kalau si anak ada masalah dengan parfum ibunya, ya, berhenti saja. Tapi kalau tidak, lanjut, Bu!
Selain beberapa hal di atas, jangan lupa juga untuk menyisihkan waktu untuk diri sendiri. Pergi ke salon, panggil tukang pijat langganan atau sekadar refreshing ke mal sendirian itu ternyata penting untuk menjaga mood. Saya ingat pertama ke salon rasanya bahagia banget walau memang kurang bisa menikmati karena ingin cepat-cepat pulang bertemu Shera.
Terakhir: jangan merasa bersalah kalau tampil cantik. Lupakan dan jangan dengarkan komentar negatif bernada nyinyir yang mungkin berasal dari orangtua, mertua atau masyarakat sekitar serupa, “Ih, punya bayi, kok, masih sempat-sempatnya dandan,” atau, “Kalau sudah punya anak itu yang diurusin anaknya, jangan dandan melulu.”
Be pretty, be happy. Because a happy mommy makes a happy baby!
Punya benda andalan yang bikin pede bertambah saat baru melahirkan?